Elbara : Melts The Coldest Heart

Jodoh yang Datang Sendiri



Jodoh yang Datang Sendiri

0Keesokan paginya …     
0

"Sa, berangkat bareng Kakak, kan?"     

Nusa menolehkan kepalanya ke sumber suara, terlihat Rehan di sana sudah rapih dengan kemeja hitam yang lengannya di gulung sampai siku, plus celana kerja hitam panjang dengan sepatu sneakers biasa. Jangan lupakan juga waistbag pria sudah menyilang di tubuhnya. Terlihat sangat kece? Tentu saja!     

"Janjinya sih El mau jemput Nusa, tapi chat aku dari kemarin gak di baca-baca nih." balasnya dengan nada bicara yang lesu.     

Bagaimana tidak lesu? Toh kan yang di harap-harapkan itu memang bisa melihat kondisi El saat ini, bukannya ia berharap untuk selalu di antar jemput oleh cowok satu itu.     

Rehan pun malah terlihat sama gelisahnya. Ia bahkan belum mendengar kabar apapun dari Reza maupun Mario yang diketahui dari cerita Nusa tadi malam, bahwa kedua cowok itu berada di rumah El.     

"Jangan di pikirkan." ucap Rehan, ia melangkahkan kaki ke arah Nusa yang baru beranjak dari duduknya setelah memakai sepatu. Lalu mengelus dengan lembut puncak kepala cewek tersebut, menyalurkan ketenangan yang dari malam tadi sempat terkikis hingga sekarang.     

Nusa menatap Rehan dengan dalam, lalu menghembuskan napas perlahan-lahan. "Gimana gak kepikiran coba? Aku khawatir, jujur aja nih ya." ucapnya dengan volume suara yang di perkecil, ia agak canggung saat mengatakan kekhawatirannya.     

"Kalau khawatir mah wajar, Kakak juga kok. Mau telfon Nyonya atau Tuan Adalard juga gak enak, kabarnya mereka mau terbang lagi ke luar kota pagi ini. Jadi, takut mengganggu."     

"Iya Kak, gak perlu sampai telfon begitu kok. Dari dulu sih emang El sering banget kan keluar-keluar malam gitu? Kalau iya, pasti sudah biasa dan gak akan kenapa-kenapa kok."     

Padahal tadi dirinya sendiri yang cemas keterlaluan, namun kini seperti sudah bisa mengendalikan diri pun langsung saja mengeluarkan kalimat penenang yang sebenarnya di tunjukkan untuk diri sendiri.     

Rehan memberikan senyuman manis, ia tau kalau sang adik tengah merasa cemas yang sangat. "Ya sudah kalau gitu kita berangkat aja, kalau nanti El kesini kan dia pasti langsung ke sekolah tau kamu udah berangkat duluan." ucapnya yang juga menenangkan.     

Nusa menganggukkan kepala dengan lesu, walaupun tidak bisa menerima kenyataan kalau El ternyata belum mengabari dirinya sama sekali. Setidaknya, biasanya kalau tidak di balas, ya pasti cowok tersebut hanya akan membacanya. Namun untuk kali ini, di balas atau di baca pun tidak.     

"Ya udah Kak, ayo berangkat ke sekolah."     

"Udah tenangan belum? Kalau belum, kita belok sarapan dulu di pinggir jalan nanti kalau ada yang jualan bubur."     

"Oke, kayaknya itu ide yang bagus. Lagipula jam masuk sekolah masih lama kok,"     

Rehan memilih menggunakkan mobil untuk saat ini, ia tidak ingin penampilan sang adik berantakan di pagi hari karena di terpa angin.     

Mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil, saling memasang seat belt pada tubuh masing-masing. Jangan lupakan itu, karena biasanya masih ada saja orang yang malas mengenakkan seat belt sebagai alat keamanan diri.     

Nusa menolehkan kepala ke arah Rehan, lalu menganggukkan kepala. "Ayo berangkat!"     

Setelah itu, mobil pun mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah. Nusa menundukkan kepala, menggenggam erat ponselnya dengan perasaan yang sangat berharap kalau El akan membalas pesannya.     

'Bara, kamu kemana?'     

…     

Sesampainya di tukang bubur ….     

"Ih itu punya Nusa yang gak pakai seledri dan kacang," ucap Nusa sambil menarik mangkuk yang berada di hadapan Rehan. Dengan tanpa melihat-lihat, cowok satu itu bersiap menuangkan satu sendok kecap ke dalam mangkuk yang dirinya tentu juga kurang menyukai kecap.     

Rehan meringis mendengar kalimat protes yang dilontarkan Nusa, lalu menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Masa sih? Kakak mah mana liat-liat isian, yang penting makan terusnya kenyang deh." ucapnya.     

"Yeeee itu mah Kakak, kalau Nusa kan beda lagi." balas Nusa sambil menjulurkan lidahnya.     

Mereka lebih dulu meracik lagi seperti tambahan kecap ataupun sambal, lalu Rehan adalah tim dengan cara bubur di aduk sedangkan Nusa tim yang tidak di aduk. Biasanya kalau kalian, tim yang mana? Sama seperti Rehan atau Nusa?     

"Kamu gimana di sekolah? Udah masuk ke esktrakulikuler apa?" tanya Rehan yang membangkitkan pembicaraan di antara mereka, lalu menyendokkan sendokan pertama berisikan bubur yang berada di mangkuk.     

Nusa mengangkat bahunya, ia menatap Rehan setelah berhasil menelan bubur. "Tadinya sih mau masuk ke mading, atau cheerleader. Tapi pas aku cari tau lagi, ternyata kelas dua belas gak terlalu di wajibkan mengikuti ekstrakulikuler." balasnya, lalu menambahkan sambal seujung sendok ke dalam mangkuk buburnya.     

Rehan menganggukkan kepala, mengerti dengan apa yang dikatakan oleh cewek di depannya. "Oh begitu? Mungkin supaya fokus belajar kali ya? Bagus deh, daripada nanti alesannya mau ekstrakulikuler tapi malah bolos kemana-mana."     

"Wuih sok tau apa pengalaman nih bos?" tanya Nusa sambil tertawa, menaik turunkan alis karena menggoda cowok satu itu.     

Rehan memicingkan mata, lalu ikut tertawa karena ucapan Nusa. "Kamu tau sendiri gimana masa lalu Kakak, males bolos-bolosan, tapi kalau sekali dua kali mah gak masalah lah ya."     

Mendengus kecil, berkat percakapan Rehan saat ini, dirinya menjadi tidak terlalu begitu memikirkan masalah sebelumnya yang menimpa dirinya. Masalah sepele, hanya mengenai kabar, namun bukan sepele lagi sih kalau bagi seseorang yang menaruh rasa cemas.     

"Oh ya Kakak gimana? Gak pernah denger punya someone special nih, masa iya Kakak gak punya pacar? Mustahil." ucap Nusa yang mulai penasaran dengan kisah percintaan sang Kakak.     

Mendengar itu, yang tadinya ingin menyuapkan bubur ke dalam mulutnya, Rehan mengurungkan niat. Ia kembali meletakkan sendok ke dalam mangkuk bubur karena belum menyentuh mulutnya sama sekali. "Gimana mau punya cewek, Nusa sayang? Kakak ngurus kamu aja udah repot, pernah kalanh kabut bahkan sampai lalai pun pernah. Gimana nanti kalau Kakak punya pacar? Yang pasti perhatian Kakak bakalan kebagi dua."     

Nusa cukup tersentuh karena Rehan memilih untuk tutup hati sementara karena masih ingin menjaganya, tapi hei, ia bisa jaga diri kok!     

"Gak perlu jagain Nusa, Nusa kan udah dewasa jadinya bisa kok jaga diri sendiri."     

"Serius?"     

Rehan tidak percaya, bahkan kini menyipitkan kedua bola matanya untuk melihat wajah Nusa lebih intens lagi. Hei, penjagaannya saat tidak memiliki cewek saja sudah kelimpungan, apalagi kalau sudah memiliki cewek?     

Nusa mengusap lengannya, merasa tidak yakin sih dengan apa yang dirinya ini katakan. "Ya gak serius sih, cuma ngambil jawaban yang dewasa aja. Kakak kan udah tua, kalau gak cepat-cepat cari yang serius nanti ketuaan jadi Bapak-Bapak." ucapnya yang setengah meledek sosok yang kini berada tepat di hadapannya.     

"Urusan jodoh mah gampang. Inget, jodoh itu bisa di cari dan bisa datang sendiri kok. Gak perlu takut gak kebagian jatah jodoh, udah di atur."     

Mendengar ucapan Rehan, menjadikan Nusa berpikir. 'Apa jangan-jangan jodoh aku itu termasuk yang datang sendiri? Karena tiba-tiba Bara muncul di hidup ku,' batinnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.