Elbara : Melts The Coldest Heart

Menikmati Makanan Pinggiran



Menikmati Makanan Pinggiran

0Nusa kini berada di tukang pecel lele yang ada di pinggir jalan, tentu saja berdua dengan Bian yang duduk di hadapannya.     
0

"Kamu gak masalah kan aku ajak makan di tempat ini?" tanya Nusa dengan hati-hati.     

Ya, berada di makanan pinggir jalan adalah ide Nusa. Ya karena ia tidak ingin Bian juga melakukan hal yang serupa dengan El, suka membayari ia makan di tempat-tempat mahal. Buktinya, tadi Bian ingin mengajak ke tempat seafood yang tengah populer di Jakarta.     

Tentu saja Nusa menolak dengan tegas, ia bahkan mengatakan 'tidak' pada cowok tersebut tanpa berbasa basi sedikitpun.     

Bian yang mendengar pertanyaan Nusa pun menolehkan kepala ke arah cewek tersebut, ia tadinya tengah menatap ke layar ponsel karena tengah melihat beranda instagram. Memusatkan perhatian ke wajah cewek cantik di depannya. "Aman, gue mah gak masalah makan di mana aja." ucapnya dengan senyuman.     

Nusa menghela napas lega. "Syukur, aku pikir kamu gak nyaman makan di pinggir jalan." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Sejujurnya, Bian memang tidak sering makan di pinggir jalan. Menurutnya, kurang sehat.     

"Kalau sama lo, apa sih yang enggak? Gue mah oke-oke aja selagi lo nyaman, gue bisa adaptasi." jawabnya. Selayaknya cowok cool, ia berkata seperti itu guna menyenangkan cewek yang tengah bersamanya.     

Tadi, obrolan mereka begitu panjang. Sampai tidak sadar sudah satu jam lamanya bersama. Ternyata, Bian bukan sosok yang buruk, tidak seperti pandangan El yang menganggap cowok tersebut sebagai layaknya musuh.     

Nusa tersenyum. Ia bukannya baper dengan apa yang dikatakan oleh Bian, namun menurutnya apa yang di ucapkan cowok itu sangat gentleman.     

"Lo udah hubungi El atau belum?" tanya Bian tiba-tiba. Ia cukup tau diri mengingat Nusa yang bukan lagi memiliki status single, melainkan sudah bersama dengan El yang artiannya mereka berpacaran.     

Tidak ada yang baik dengan status orang ketiga, dan Bian tentu saja tidak ingin memiliki status itu yang sama saja anggapannya sebagai hama merugikan.     

Nusa yang mendengar pertanyaan itu pun langsung menganggukkan kepala. "Udah kok, barusan aku kirim foto ke dia biar gak khawatir. Aku juga share location biar dia bisa pantau aku selama 8 jam selanjutnya." balasnya.     

Entah seberuntung apa El mendapatkan Nusa, namun Bian yakin kalau mantan sahabatnya itu memang lebih baik bersama Nusa karena cewek satu ini terlihat sempurna dengan kesederhanaan yang dimiliki.     

"Kalau kamu udah hubungi Moli atau belum? Gak enak juga kita jalan kalau dia gak tau," ucap Nusa yang kembali bertanya.     

Mereka sedang menunggu makanan yang di pesan. Pecel lele lengkap dengan lalapan-nya, yang pasti sangat menggugah selera. Namun entah bagaimana pandangan Bian, karena… ia baru pertama kali makan pecel lele.     

Bian mengangkat bahu, seperti tidak tau menau. "Gak tau deh gue. Masa gue minta nomor dia gak di kasih, katanya nomor WA itu privasi banget. Jadi, dia gak kasih." ucapnya, di akhiri dengan hembusan napas kecil.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh kecil. "Hah? Serius?" tanyanya seperti tidak percaya. Namun kalau di pikir-pikir, memang kecil kemungkinan memiliki nomor Moli. Kalaupun ada orang yang memberinya secara cuma-cuma, pasti nomor yang menghubungi akan di blok. "Ya gak aneh lagi sih aku juga, Moli emang anti banget nomor-nya di punyain sama orang."     

"Nah iya kan? Gue juga jadi bingung PDKT-nya selain di sekolah. Soalnya kalau di sekolah, ya agak kurang nyaman gitu kan soalnya area belajar."     

"Bener, tapi gak ada salahnya kok selagi gak berlebihan."     

"Iya kalau itu juga semua pasangan yang satu sekolah sama pacarnya juga tau kalau gak boleh terlalu berlebihan,"     

Nusa menatap Bian. Karena posisi mereka yang saling berhadapan, memudahkan dirinya untuk menatap cowok tersebut. Apalagi, kini tangannya telah menopang kepalanya. "Kamu gak minta username instagram? DM aja di sana, kan itu gak privasi."     

"Katanya gak punya ig, percaya gak sih lo?" jawab Bian yang kini sudah mengusap wajahnya dengan pelan karena merasa bingung dengan pendekatan diri kepada Moli.     

Nusa tertawa, banyak yang terpikat dengan tawanya sehingga menoleh dan menemukan dia yang cantik dan menawan dengan wajah natural. "Percaya aja sih, lagian juga emang mungkin itu keputusan Moli buat gak bikin akun instagram. Soalnya nih ya, bisa jadi candu. Aku aja habis berapa GB buat liatin beranda instagram, alhasil aku mager. Mungkin Moli menghindari kemageran," ucapnya sambil sedikit bercerita mengenai dirinya secara tak sadar.     

Bian begitu menikmati ciptaan Tuhan yang indah, tepat di hadapannta ini. Kalau saja ia tidak kalau start dari El, mungkin bisa saja dirinya bisa memikat hati Nusa. "Berarti gue harus keluarin banyak effort nih ya buat dia?"     

"Iya! Kamu tuh kan cowok dan kodratnya kalian itu ya berjuang, masa gara-gara susah dapetin gimana caranya kontakan sama Moli, kamu jadi males deketin dia lagi? Kan enggak begitu,"     

"Sok banget lo anak kecil. Gue tau, El baru yang pertama kayak lo. Tapi udah kayak pakar cinta aja," ucap Bian yang menanggapi sambil terkekeh geli.     

Nusa cemberut.     

"Permisi Neng, Mas. Ini dua porsi pecel lele sama lalapan-nya," ucap salah seorang ibu-ibu yang menaruh satu persatu piring ke hadapan Nusa dan juga Bian. Lalu menaruh dua mangkuk kecil yang berisi air dan potongan jeruk nipis untuk cuci tangan, lalu satu mangkuk kecil lagi yang berisi sambal.     

Nusa dan Bian serempak menganggukkan kepala. "Makasih ya, Bu." ucap mereka berdua.     

"Aduh si Eneng sama si Mas-nya, cantik dan kasep pisan." puji ibu satu ini sambil senyum-senyum. "Keliatan serasi banget, top markotop deh." sambungnya sambil memberikan dua ibu jari.     

Nusa yang mendengar itu sedikit kebingungan, namun Bian sadar dan sedikit berdehem untuk menyadari keadaan kalau apa yang dikatakan ibu tersebut dengan hubungan mereka sama sekali tidak benar. "Maaf Bu, tapi kita temenan doang kok dan sama-sama udah punya pacar." ucap Bian yang berkata seperti itu agar tidak ada kesalahpahaman.     

Sang Ibu mengerjapkan kedua bola matanya. "Duh, maafin Ibu ya gak tau. Keliatannya Neng sama Mas itu pacaran. Kalau gitu, selamat menikmati ya. Ibu masih ada yang harus di kerjain,"     

Nusa menganggukkan kepala. "Gak apa-apa, Bu." Ia mewajarkan kesalahpahaman ibu itu karena kan memang tidak tau. "Makasih sekali lagi ya, Bu."     

Setelah itu, ibu tersebut pergi dari hadapan mereka untuk kembali berkutat dengan pekerjaan.     

Sedangkan Nusa dan Bian kini saling tatap.     

"Maaf ya buat yang tadi, jadinya di kita pacaran deh kita. Gue gak enak sama lo," ucap Bian yang canggung sambil menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak terasa gatal.     

Nusa terkekeh, menganggukkan kepala. "Ih biasa aja sih, aku juga gak baper kok. Ya udah yuk makan, enaknya nih di makan hangat-hangat kayak gini."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.