Elbara : Melts The Coldest Heart

Mulainya Balapan!



Mulainya Balapan!

0"Gue pegang omongan lo,"     
0

El menatap Ricardo dengan sangat tajam, tidak membutuhkan gerakan tangan yang mempertegas pun raut wajahnya yang datar dan dingin sudah jelas mengatakan kalau apa yang menjadikan ancaman yang dilontarkan untuk cowok ini adalah sebuah kebenaran yang serius.     

Mendengar itu, Ricardo menganggukkan kepala dengan tegas. Setiap orang yang tumbang di arenanya, murni bukan kesalahan dirinya. Ya karena anera ini tidak ada kecurangan atau cacat sehingga membuat seseorang bisa cedera.     

Tapi mau tau apa yang menjadikan balapan ini rawan merenggut korban —walaupun tidak menyebabkan kematian—? Jawabannya ada di para peserta yang kurang fair.     

"Iya, gue jamin lo gak bakalan kenapa-kenapa. Gue bakalan tuntut siapapun yang berusaha jatuhin lo di arena nanti,"     

"Bagus."     

El kesini kan bukan berniat untuk bersaing, melainkan untuk menghilangkan penat dan suntuk yang bersarang di tubuhnya.     

Ricardo sudah membuat pengumuman juga bagi para peserta untuk tidak mengambil jalan pintas yaitu kecurangan pada malam ini, dan semua peserta pun setuju. "Iya, siap-siap sama motor lo. Lima belas lagi kita mulai balapan, gue gak mau lo lengah karena udah ketebak kalau lo yang bakalan menang." ucapnya sambil menepuk kedua bahu El walaupun ya sebenarnya ragu melakukan hal ini.     

El menatap sinis tangan Ricardo yang berada di bahunya, membuat cowok tersebut langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi kecut, setelah itu menurunkan kedua tangan kembali ke posisi semula. "Gue gak nyari kemenangan si, kalau memang emang apa reward-nya?" Ya siapa tau dirinya tertarik.     

"Ya hadiah kecil-kecilan aja si, dapet sepuluh juta bagi yang menang dan ini pure cuma satu pemenang aja."     

"Duit darimana? Ngerampok?"     

"Gila lo El kalau nuduh gak ngotak." balas Ricardo sambil terkekeh. "Ya gak lah, ini semua kan ada beberapa genk motor, semuanya pada patungan buat dijadiin reward."     

"Oh."     

"Tapi lo kan gak patungan, nanti paling di potong dari hasil reward sih sama panitia."     

"Iya."     

"Satu lagi ada hadiah."     

El menaikkan sebelah alisnya. Bukan karena penasaran dengan reward selanjutnya, melainkan merasa aneh dengan perilaku Ricardo yang menaik turunkan kedua alisnya dengan tatapan menggoda dan jangan lupakan senyumannya yang miring. Tolong jangan di bayangkan, El pribadi pun yang melihatnya secara langsung merasa jijik.     

"Apaan?"     

Ricardo menunjuk seseorang, yang membuat tatapan El juga mengarah kesana. "Lo boleh boking tuh cewek satu malem, servis-nya enak banget gila." ucapnya yang diakhiri dengan siulan.     

Mendengar itu, El berdecih. Di kiranya ia berniat kali ya menyentuh cewek bermodelan seperti itu? Jangankan menyentuh, disentuh pun rasanya ingin membanting cewek tersebut, oke ini terdengar kasar tapi dirinya bukan cowok brengsek.     

"Gak minat, sorry." jawabnya dengan tambah dingin lagi. Apa sifatnya belum cukup menjelaskan kalau ia adalah cowok yang tidak pernah menyentuh para cewek? Ya tapi sih sekarang ada pengecualian dengan adanya Nusa.     

Ricardo menganggukkan kepala, mengerti. "Ya gue cuma jawab jujur dari pertanyaan lo anjir, jangan marah juga kali." ucapnya sambil terkekeh kecil. "Dah sih itu doang reward-nya, gak ada yang lain karena belum berani ngasih lebih dari uang."     

"Gak masalah."     

Kalau seandainya El menang, ia sudah tau apa yang dirinya ingin lakukan dengan uang tersebut. Ya sepuluh juta sih bisa saja dirinya ambil langsung dari tabungan, tapi kalau dari hasil reward ya rasanya agak berbeda. Ia ingin donasikan ke panti asuhan sepenuhnya setelah itu.     

"Oke good luck, gue tunggu lo langsung di garis finish sama setengah bagian yang lainnya."     

Mendengat itu, El hanya menaikkan sedua alisnya dalam durasi singkat, seolah-olah mengatakan 'iya' tanpa bersuara.     

Setelah itu, Ricardo pun enyah dan menyisakan El dengan ketampanannya dan sekaligus aura menyeramkan yang menjadi daya tarik beberapa orang yang juga terlihat menghindari dirinya karena tidak ingin mendapatkan masalah.     

"Oke, waktunya menunjukkan kemampuan."     

Kepulan asap saling mengisi udara di sekitar arena balapan, kini masing-masing perserta sudah bersiap berada di posisinya.     

Ini masih pemanasan, masih 5 menit lagi sebelum bendera start di jatuhkan oleh cewek berpakaian sexy yang menjadi aba-aba memulainya balapan.     

Berbagai macam model dan merk motor besar sudah berjajar di belakang garis srart, ada dua baris karena kini menjalankan 12 peserta secara langsung. 6 peserta di barisan pertama, dan 6 sisanya di barisan kedua.     

"Lo yakin mau menangin balapan tanpa curang?"     

Mendengar suara bariton yang masih terdengar walaupun agak teredam oleh bisingnya suara knalpot, membuat El menolehkan kepala ke sang pemilik suara. Ia melihat seseorang yang sudah mengenakkan helm, sama sepertinya, jadi tidak bisa melihat wajah sang lawan bicara.     

"Ya." balas El.     

Memang apa untungnya curang, sih? Memang banyak untungnya, namun karma jelas-jelas menunggu, iya kan?     

"Kalau begitu, gue bakalan ngalahin lo pake cara gue, El."     

"Terus?"     

"Gua gak bakalan ngikutin peraturan baru yang payah, cuma gara-gara ada lo."     

El menaikkan sebelah alis, ekspresinya tidak akan terlihat oleh orang di sampingnya ini. Maka, ia lebih memilih untuk meneliti body motor cowok tersebut dan nanti saat di arena pasti dirinya akan menghafal deretan plat nomor-nya.     

"Oke."     

Mungkin orang yang mengajak ngobrol El sih akan menyesal. Sudah ngomong panjang-panjang, tapi tanggapan dari cowok tersebut hanya satu dua patah kata saja.     

"Oh kalau gak gini aja deh. Gue gak bakal curang dan ikutin aturan baru. Tapi kalau gue menang, cewek lo buat gue, ya?"     

Mungkin semua orang yang kenal dengannya, tau kalau pernyataan El mengenai Nusa yang menjadi pacarnya sudah tersebar luas. Tunggu sebentar, apa barusan dirinya mendengar cowok di sampingnya ini untuk menjadikan Nusa bahan taruhan? Kalau iya, tentu saja dirinya tidak terima.     

"Gak minat, lo salah lawan." balas El.     

Padahal mereka saling menutup wajah dengan helm, namun tenang, tidak rapat seperti apa yang di bayangkan supaya bisa mendengar percakapan satu sama lain. Lagipula, deru asap motor pun tak begitu berisik. Jadi ya kemungkinan percakapan mereka kedengeran oleh orang lain.     

"Yah cupu, mentang-mentang ada cewek, kelemahan lo di dia."     

Niatnya sih ingin memanasi El, namun ternyata cowok itu tidak peduli dan malah mengangkat bahunya.     

"Biarin."     

Cupu demi menjaga cewek yang dirinya ketahui saat ini membutuhkan perlindungannya itu terdengar lebih baik daripada cupu menjadikan seorang cewek bahan taruhan kalau meraih kekalahan, itu bukan sifat yang gentleman.     

"Oke, berarti lo milih opsi yang lain."     

"Terserah."     

El tidak peduli kalau masih ada yang bersikeras untuk curang, lagipula dirinya juga sudah siapkan mental kok untuk apapun konsekuensinya.     

"HALO LADIES AND GENTLEMAN! GIMANA KONDISI KALIAN? SEHAT? SUDAH SIAP MENAKLUKKAN ARENA BALAPAN? KALAU BEGITU, MARI KITA MULAI!!!"     

Terdengar suara ricuh di sekeliling, menandakan kalau balapan segera di mulai. Para peserta pun sudah siap-siap, bersamaan dengan cewek sexy yang berada di tengah arena dengan membawa bendera yang kalau di jatuhkan pertanda acaranya di mulai.     

"Inget ya, lo nantangin gue El."     

"Tiga, dua, satu, GO!!"     

Bendera pun jatuh, dan di saat itu juga mereka langsung melajukan motor di atas arena.     

Balapan pun sudah di mulai.     

….     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.