Elbara : Melts The Coldest Heart

El Menjadi Romantis



El Menjadi Romantis

0El terdiam merenung di tempat duduk kantin yang berada di paling pojok. Ia menjadi pusat perhatian walau tempat duduk yang dipilih berada sangat jauh dari pintu masuk kantin, yang seharusnya ia menyaru dengan beberapa murid, namun dengan kejelian mereka semua pun sadar akan kehadirannya.     
0

Kali ini, mereka penasaran dengan kenapa wajah El yang justru terlihat murung seperti itu. Malahan menjadikan Mario gencar menutupi wajah El dengan nampan yang dipinjamnya dari Mbak Ola si penjual macam-macam olahan mie.     

"Lo terlampau ganteng El, makanya diliatin orang-orang segitunya. Apa jangan-jangan tuh mereka semua sebenernya terpesona ya sama gue? Suh gue jadi kegeeran kalau kayak gini."     

Selalu, niat Mario itu selalu ingin menghibur El yang sukar sekali di bujuk untuk tersenyum dan jangan terlalu memikirkan masalah. Namun tetap saja, cowok satu ini seperti batu yang sulit dihancurkan pertahanannya. Ya, hanya satu orang yang bisa masuk ke dalam dunia El. Dia satu-satunya yang berhasil, yaitu Nusa.     

El mendengus, setelah itu mendorong nampan yang menutupi wajahnya. "Gue gak dapet udara, Rio." ucapnya ke sahabatnya yang satu itu.     

Bertepatan dengan nampan yang kini meng-ekspos seluruh wajahnya, ia menjadi bisa melihat lebih luas dibandingkan dengan tadi yang pandangannya di tutupi oleh Mario.     

Satu hal yang saat ini langsung El lihat, yaitu gerombolan genk Bian yang baru sampai di kantin dan ingin berjalan ke arah Nusa yang tampak duduk sendirian. "Bajingan." gumamnya, lalu beranjak dari duduk dan segera menghampiri Nusa dan duduk tepat di samping cewek tersebut.     

"By." panggilnya begitu sudah duduk tepat di samping Nusa, melingkari tangan kekarnya pada pinggang cewek tersebut yang ramping.     

Mendengar itu, Nusa terkejut bahkan tubuhnya pun ikut tersentak. Menjadikan dirinya menghembuskan napas kala tau siapa orang yang kini berada di sampingnya. "Astaga, El?"     

"Kenapa gak panggil gue by juga?" tanya El sambil melirik-lirik ke arah Bian yang sudah dekat dari tempat duduknya dan Nusa, bodo amat seluruh perkataannya ini di dengar murid-murid, yang terpenting si musuh abadi tidak mendekati cewek-nya yang tidak akan ia biarkan di dekati cowok semacam Bian.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya. "By untuk baby, iya kan?" tanyanya.     

"Yups." balas El sambil menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan Nusa yang seperti minta untuk di benarkan atau salah.     

"Enggak ah, Nusa malu, ini area sekolah."     

Mendengar jawaban Nusa yang seperti itu membuat satu kantin heboh. Tadi pagi pernyataan El tentang hubungan mereka, dan kini Nusa-lah yang secara tersirat juga mengatakan kalau perkataan El pagi tadi adalah sebuah kebenaran kalau mereka telah official.     

Mungkin karena Bian merasa kesal dan panas, ia langsung saja membelokkan langkah, menjauhi area yang telah di kuasai oleh El. Ia tidak ingin mencari masalah, terakhir dirinya mencari masalah dengan El, pasti selalu membuat tubuh serta wajahnya menjadi bonyok.     

Mario yang menyaksikan hal itu pun terkekeh. Ia sama sekali tidak menyangka kalau El akan mengikuti rencananya dengan Mario secara mulus, bahkan bertindak seperti sungguhan karena saking terlihat meyakinkannya. Belum lagi Nusa yang memang lugu dan pasti hanya ikut-ikutan El saja, menjadikan semuanya terlihat nyata.     

Ia menghampiri kedua pasangan itu, lalu duduk tepat di seberang El. "Asik nih bentar lagi ada yang mau resmi jadian, boleh kali bagi-bagi pajak jadian." ucapnya sambil menaik turunkan alis berniat menghoda, bokongnya sudah mendarat di kursi dan langsung mengambil posisi duduk senyaman mungkin.     

El mencibir, menatap Mario tanpa minat. "Berisik."     

Sedangkan Nusa? Sepertinya cewek ini kebingungan karena dirinya juga peka dengan kedatangan Bian dengan para gerombolannya, terlihat menyeramkan. Ia hanya takut kalau dirinya di kelilingi oleh para cowok walaupun ada Bian di dekatnya, hanya menjaga jarak seperti apa yang dikatakan oleh Rehan.     

"Lo utang penjelasan, by." bisik El tepat di telinga Nusa. Ia masih ingat tentang kejadian malam di saat perkataan Alvira menghancurkan segalanya, ia ingin tau bagaimana ceritanya.     

Nusa menggelengkan kepala. "Lupain aja, El. Lagian kan aku juga gak kenapa-napa." balasnya sambil menunjukkan senyuman yang terlihat sangat simpul.     

El menggelengkan kepala, meraih tangan Nusa lalu di elus punggung tangannya dengan penuh kelembutan. "Gue masih di sini, masih sama buat lo." ucapnya, meyakinkan cewek di sebelahnya kalau apa yang dilakukannya tepat pada hari ini adalah kesungguhannya.     

"Kamu emang disini, tapi aku yang gak seharusnya ada di deket kamu."     

"Gara-gara Alvira?"     

Nusa terdiam, ia tidak mampu menjawab karena juga tidak tau ingin menyalahkan siapa. Yang dirinya tau, El memang mengakui kalau nyaman dengannya bahkan membalas perkataan Alvira seolah-olah membelanya. Yang seharusnya ia cueki adalah Alvira, dan bukannya El. Namun dirinya tidak bisa dan akhirnya berimbas ke cowok di sampingnya ini.     

Mendapati Nusa yang sama sekali tidak menjawab perkataannya menjadikan El menarik napas lalu menghembuskan dengan perlahan, ia mencodongkan tubuh. Membuat para cewek yang melihatnya mulai menahan napas karena membayangkan bagaimana rasanya menjadi Nusa yang diperlakukan dengan sosok El yang baru, sosok baru El yang lebih terlihat romantis jika dibandingkan dengan sifat beku-nya.     

"Ini perjuangan gue, maaf buat lo jadi berubah." bisiknya, tidak ingin di dengar oleh siapapun kecuali Nusa dan Mario yang memang sudah jagonya menguping.     

Pasokan udara di sekitar Nusa terasa terkikis, menjadikan rongga dadanya yang terasa sesak. Kedua mata Nusa terasa panas, kristal bening pun kian hadir. Ia menundukkan kepala, menatap kotak bekalnya yang sama sekali belum ia sentuh. "Bara, Rio, kayaknya aku mau makan di kelas aja deh." ucapnya sambil memberikan senyuman simpul ke keduanya. Setelah itu, beranjak dari duduk dan mulai melangkahkan kaki keluar kantin.     

Melihat itu, El menghembuskan napasnya. "Nusa ceritanya lagi ngejauhin gue, ya?"     

"Ngajauhin lo, berarti sama aja ngejauhin gue sama Reza." balas Mario menganggukkan kepala.     

El menghembuskan napas lelah, ia sebelumnya tidak pernah memperjuangkan seorang cewek, dan ternyata begini rasanya.     

"Kalau lo mau nyerah—"     

"Gue gak cupu ya, Rio. Liat aja nanti," potong El langsung karena Mario malah mengatakan kemungkinan kalau dirinya bakalan menyerah.     

Mario memberikan ibu jari ke hadapan El, merasa setuju dengan keputusan yang sangat benar itu.     

"Oke, lo mau makan apa mau ngejar Nusa?" tanyanya, sebelum ia beranjak dari duduk dan memesan makanan karena daritadi perutnya sudah keroncongan.     

"Gue di sini aja sama lo." balasnya, El mengerti kalau Nusa kemungkinan sedang membutuhkan waktu untuk sendiri tanpanya juga tanpa Reza dan tentunya Mario.     

Mario menganggukkan kepala, setelah itu beranjak dari duduknya. "Hari ini bakso urat sama jus ya, El? Lo yang traktir." ucapnya sambil cengengesan.     

"Terserah." jawab El.     

Setelah itu, Mario segera melesat karena tidak akan menyia-nyiakan kesempatan di traktir.     

Sedangkan El? Ia dalam diam menyunggingkan senyum, namun sayangnya tidak akan ada yang melihat hal ini. "Lo emang unik, Sa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.