Elbara : Melts The Coldest Heart

Teman Cewek Pertama Nusa



Teman Cewek Pertama Nusa

0Nusa mendekap kotak bekal di pelukannya, berjalan dengan langkah di percepat karena sugesti pikirannya melayang seperti sugesti kepada para murid kalau dirinya tengah di bicarakan mereka semua.     
0

Tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh El tadi saat di kantin, benar-benar membuatnya tidak bisa bernapas.     

Entah mengapa, saat Nusa berubah, El juga berubah. Ingin menjadi cuek dan tidak peduli dengan sekitar, tentu saja hampir berhasil. Namun El seolah-olah tengah mengatakan pada dirinya untul tetap menjadi Nusa yang kemarin, Nusa yang banyak bicara dan tidak pergi menjuh terus menerus.     

Apalagi pengungkapan perasaan El tiba-tiba, yang lagi dan lagi seenaknya mengatakan pada publik kalau memiliki hubungan dengan Nusa. Hei, Nusa juga ingin diperlakukan seperti cewek-cewek pada umumnya yang kalau menerima pernyataan cinta dari seseorang itu terlihat romantis.     

El? Boro-boro romantis, malah cowok satu itu tidak menyatakan perasaan secara detail kepada Nusa.     

Sudah sampai di kelasnya kembali, Nusa menghembuskan napas, lalu melangkahkan kakinya mulai masuk ke dalam kelas.     

Langkahnya terhenti kala melihat seorang cewek yang malah duduk di kursi kebanggaan El, namun dirinya tidak peduli dan melanjutkan langkah sampai bokongnya mendarat tepat di atas kursi belajar miliknya.     

Kalau Nusa yang masih memiliki sifat seperti dulu sih pasti sudah memperingati sosok di sampingnya, namun Nusa yang sekarang lebih memilih bungkam dan bodo amat seperti sudah tidak peduli dengan orang lain dan sekelilingnya.     

Nusa mulai membuka kotak bekalnya. Di sana sudah ada dua buah roti bakar berisikan selai bluberi yang dibuatkan Rehan khusus untuk bekalnya pada hari ini. Terlihat sangat menggugah selera walaupun hanya roti bakar, namun kalau sang Kakak yang membuatnya pasti akan terasa sangat spesial di lidah.     

"Namanya Nusa, ya? Unik,"     

Mendengar itu, Nusa menghembuskan napas karena menyadari cewek di sebelahnya mengajak ngobrol. Ayolah, ia ingin melahap roti bakar walaupun hanya satu potong saja dan sisanya bisa buat nanti saat jam istirahat siang.     

Menolehkan kepala ke sumber suara, menjadikan pandangan Nusa langsung bertabrakan dengan manik mata miliknya. "Iya, kenapa?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat. Walaupun sudah tampak tak peduli dengan orang-orang, namun dirinya tidak bisa dipungkiri masih memiliki nada bicara yang ramah untuk orang lain.     

Mendengar respon Nusa pun membuat cewek itu melebarkan senyuman, lalu menjulurkan tangan ke hadapan cewek yang terkenal semenjak kepindahannya ke SMA Adalard. "Kayaknya kita belum kenalan, ya?" ucapnya tak kalah ramah.     

Nusa yang kebingungan pun akhirnya hanya menganggukkan kepala dengan perlahan, ia juga tidak pernah kenal murid cewek di sekolah ini yang mungkin bahkan semua mengenal dirinya. "Iya, siapa?" ucapnya.     

"Aku Moli, salam kenal, Nusa." balasnya.     

"Oh begitu, salam kenal." ucapnya sambil membalas juluran tangan Moli yang mengajaknya berkenalan.     

Ya memang terlihat sedikit awkward sih mengingat mereka yang tiba-tiba berkenalan seperti ini, namun terlihat kalau Moli biasa saja dengan keanehan yang menurut Nusa sangat terasa.     

"By the way, kamu ngapain ya disini? Maksud aku, kamu bukan murid di kelas ini. Lagi nunggu temen?" ucap Nusa yang memang selalu tidak bisa menahan rasa penasarannya yang memang selalu memuncak. "Lagian juga ngapain kamu duduk di bangku El? Nanti kalau di amuk, baru tahu rasa." sambungnya sambil terkekeh kecil, membayangkan bagaimana marahnya El yang memilih untuk diam tak mengatakan hal apapun.     

Moli hanya terkekeh, lalu mengangkat kedua bahunya. "Bangku punya El? Aku aja gak tau, duh maafin banget deh. Soalnya aku ambil posisi paling belakang dan kebetulan bangkunya kosong, risih di liatin orang-orang." ucapnya yang langsung beranjak dari duduk dengan spontan, para cewek saja terkadang ada beberapa yang takut dengan sosok El karena tatapan cowok tersebut memang sangat tajam dan mengintimidasi.     

Nusa menggelengkan kepala. "Eh, eh, gak masalah, kali. Ngapain kamu bangun dari tempat duduk?" tanyanya sambil menaikkam sebelah alis.     

Moli meringis kecil, setelah itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya habisnya kan pemilik bangku ini Elbara, takut aku." balasnya.     

"Oh ya udah nih gantian, kamu duduk di bangku aku, nanti biarin aja aku duduk di bangku El. Mana berani dia marahin aku," ucap Nusa yang berpindah menjadi duduk dimana Moli tadi duduk di sana.     

Merasa apa yang diucapkan oleh Nusa itu adalah hal yang terdengar baik, menjadikan Moli menganggukkan kepala, setelah itu berjalan dan mendaratkan bokong tepat di bangku milik Nusa.     

"Aku kesini nungguin Priska," jawab Moli dengan suara sendi, bahkan alisnya pun menurun.     

Mendengar itu menjadikan Nusa mengerutkan alisnya, merasa bingung. "Ih ngapain kamu nungguin Priska? Kayak orang penting aja di tunggu-tungguin orang, ada masalah sama dia?" tanyanya, ia mulai fokus menjelaskan segala cerita yang akan dikatakan oleh Moli. Habisnya hanya ingin tau apa yang dilakukan oleh Priska.     

Moli mengambil napas panjang, lalu menghembuskan dengan perlahan pertanda kalau apa yang dirasakannya saat ini terasa sesak.     

"Ya biasa, tadi aku gak sengaja numpahin jus di rok-nya. Jadi tadi dia ngamuk-ngamuk sama aku, terus nyuruh aku ke sini lebih dulu karena dia lagi di toilet sama Disty dan Nika."     

"Dimana kejadiannya? Perasaan sejak bel istirahat bunyi, aku ada di sana dan gak ada keributan apa-apa tuh."     

"Ya kejadiannya pas banget di depan toilet cewek. Aku lagi jalan pelan-pelan, tiba-tiba Priska keluar gak liat-liat, tapi emang pasti aku yang salah jadinya gitu deh."     

Nusa menggelengkan kepalanya, sudah tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Priska. Dia yang salah, dia juga yang menghakimi orang lain.     

Ia menggeser kotak bekal yang sekarang ada di hadapan Moli menjadi ke hadapannya. "Udah makan belum?" tanyanya.     

Moli menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gimana mau makan? Tadi aku itu beli minum buat di bawa ke kelar karena aku bawa bekal, eh jadinya berujung disini dan ketunda deh waktu makannya." jawabnya dengan nada bicara yang lesu.     

Nusa mengerti dengan perasaan Moli, setelah itu mengambil satu potong roti bakar dan di berikan kepada cewek di sampingnya. "Nih makan, aku ada dua potong roti bakar isi selai bluberi kok. Satu buat kamu, satu lagi buat aku." ucapnya, memberi makanan tersebut dengan senyuman yang mengembang.     

Moli menatap Nada. "Gak usah, buat kamu aja. Aku nanti makannya pas istirahat siang aja."     

"Gak, aku maksa. Udah ini makan bareng-bareng biar ganjel perut aja." paksa Nusa.     

Moli dengan tidak enak hati pun menerima penawaran Nusa, setelah berhasil meraih roti bakar di tangan kanannya, ia tersenyum. "Terimakasih, kamu baik banget dan gak seharusnya cewek-cewek di sekolah iri sama kamu karena emang kamu pantes dapet cowok-cowok keren di sekolah." ucapnya dengan sangat tulus, bahkan tatapan wajahnya mengatakan kalau dirinya ini tidak ada memiliki niat jahat.     

Nusa hanya mendengus, tidak menghiraukan ucapan Moli yang satu itu. "Mari menjadi teman, kebetulan aku gak punya temen cewek."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.