Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengenai Perubahan El



Mengenai Perubahan El

0"Lo seriusan nih ikutin semua saran gue sama Reza? Gak ada bantahan sama sekali?"     
0

Mario melahap mie ayam yang berada di hadapannya dengan sangat berselera. Bagaimana tidak? Kali ini makan mie ayam di temani dengan tiga sendok sambal yang menantang bagi orang yang tidak terlalu suka pedas.     

"Lap dulu ingus lo, jorok banget." El mengingatkan sambil mendorong kotak tisu yang memang disediakan di setiap meja, agar cowok yang berada di hadapannya tidak hanya konsen dengan makanan.     

Mario terkekeh, setelah itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Gila, gue tuh terhipnotis banget kayak tertantang sama rasa pedes sambel makanya sampai lupa dunia deh." balasnya sambil meraih dua lembar tisu, lalu mulai mengelap cairan bening dari hidungnya yang mancung sempurna.     

El menganggukkan kepala dengan perlahan, setelah itu menatap makanan yang berada di hadapannya. Soto menjadi pilihan, namun ternyata dirinya berubah menjadi tidak berselera.     

"Lebay lo." Komentar El sambil mendengus. Ia hanya meracik soto dengan jeruk nipis dan sedikit sambal soto, lalu sekarang menatapnya tanpa berniat mencicipi. Jangankan mencicipi, menyentuh saja rasanya tidak mau.     

"Eh lo belum jawab pertanyaan gue, El. Lagian juga ngapain sih si Bian sok banget tiba-tiba ngebet deket sama Nusa? Lo jadinya punya saingan, El." ucapnya, lalu memakan mie ayam yang sudah di ambil dengan sumpit.     

Mendengar itu membuat El mengangkat kedua bahunya. "Gak tau deh, caper kali." balasnya dengan asal-asalan.     

"Mental patungan bos." ucap Mario sambil tertawa terbahak-bahak, menjadikan beberapa pasang mata teralihkan padanya.     

Ada yang menatap Mario dan ikut tertawa karena tawa cowok tersebut terdengar menular, sedangkan sisanya yang menoleh langsung terpesona dengan ketampanan seorang El. Apalagi dengan kabar yang beredar kalau El mulai menunjukkan ekspresinya juga keromantisan, walaupun hanya kepada dan untuk Nusa.     

"Berisik, kesedak mie ayam lo." ucap El.     

Mario menatap El yang akhirnya tidak jadi makan, memang cowok itu sangat mubazir dan pasti nanti akhirnya dirinya yang memakan makanan milik El. Sudah biasa ia menjadi penampungan makanan yang belum tersentuh oleh si ketua, katanya sih ia justru tidak keberatan karena rezeki datang dua kali.     

Menunggu Reza, ternyata cowok tersebut tidak balik-balik. Mungkin sedang menenangkan Alvira yang sejujurnya sudah kelewat batas dalam berbicara dan mengeluarkan penilaian yang buruk seperti beberapa saat yang lalu.     

"Lo gak coba ngomongin semuanya baik-baik sama Alvira, El? Kayaknya gak enak aja gitu El diliatnya kalau lo berantem sama Alvira, nanti malah Nusa yang lagi-lagi jadi sasaran mereka si biang gosip." ucap Mario yang mengusulkan saran, semoga membantu.     

El mendengus kecil, ia mencoha terbuka dengan Mario dan juga Reza karena ternyata lelah juga telah menahan segalanya sendirian selama ini. Untungnya, mereka berdua sudah berpindah tempat duduk lagi menjadi di sudut kantin seperti awal saat mereka ke kantin.     

"Lo pikir tadi itu gue gak ngomong baik-baik?"     

"Ya iya juga sih, kadang ngertiin cewek itu lebih susah daripada ngertiin cowok, ya."     

"Homo lo?"     

"Bukan, maksud gue ya kan ini sudut pandang karena gue kan juga cowok. Kan udah tau nih apa aja yang dirasain cowok, kan kalau cewek itu gue gak pernah posisiin diri jadi cewek, jadi gak ngerti banyak tentang mereka."     

"Gue sebelumnya gak pernah begini sama Vira."     

"Iya, El. Semuanya tau itu. Makanya gue minta lo buat baikan sama Vira, nanti malah orang-orang ngiranya cuma gara-gara Nusa kalian pisah. Kan gak lucu kalau Nusa terus-terusan jadi sasaran suatu hal yang dia sendiri aja gak tau apa-apa."     

El mulai meresapi apa yang dikatakan oleh Mario, baginya apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu adalah hal yang mengandung kebenaran. Ia juga menjadi bingung karena sebelumnya Alvira tidak pernah sebegini kasarnya menilai orang lain, akhirnya memutuskan untuk memijat pangkal hidung yang tiba-tiba terasa perih.     

"Pusing gue". gumamnya sambil menghembuskan napas lelah.     

"Pusing? Ya makanya makan, oncom." komentar Mario, tangan kanannya terjulur lalu lebih mendekatkan mangkuk soto ke hadapan El supaya cowok itu lebih berselera.     

Tidak ingin makan, namun tiba-tiba El juga merasa kalau perutnya berbunyi lapar. Akhirnya ia memegang alat makan seperti garpu dan sendok, lalu berdoa di dalam hati.     

"Eits, sebelum lo makan, gue mau tanya nih soalnya takut lo tersedak." ucap Mario cepat-cepat karena kebetulan El belum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.     

El menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?" tanyanya.     

Mario sedikit mencodongkan tubuh, takut kalau ada orang yang menguping apa yang akan dirinya tanyakan kepada El. "Lo serius gak sih berubah buat perjuangin Nusa? Gue gak mau lo bersikap kayak gini cuma dengan niatain biar Nusa gak pergi dari lo, nanti pas Nusa udah di samping lo lagi, takutnya lo bakalan jadi beku kayak dulu. Maaf nih ya kalau gue tanya kayak gini ke lo, kalau lo gak mau jawab sih—"     

"Gue mau berubah." potong El dengan cepat sebelum Mario mengatakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.     

Mario membungkam mulutnya, dalam hati bersorak senang karena akhirnya ada juga keinginan El untuk berubah walaupun didasari oleh Nusa, namun itu semua sudah baik.     

El menatap Mario dengan sungguh-sungguh. "Ya emang sih rada aneh banget kalau ngomong kepanjangan, pegel. Tapi gue mau jadi yang beda, gue udah nyaman sama Nusa. Dan sejauh ini gue belum nunjukin apapun ke dia sampai-sampai dia malah mutusin mau pergi." ucapnya dengan nada bicara yang terdengar sesal, walaupun terdengar hanya samar-samar.     

Mario menghembuskan napas lega, merasa puas dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu. "Lo udah buat kemajuan besar yang selama ini gue sama Reza tunggu-tunggu, El. Gue kadang muak orang-orang bilang kalau di dalam pertemanan kita, cuma gue sama Reza yang paling deket tapi lo gak. Gue gak masalah sama apa yang jadi sifat lo, tapi gua ga tahan aja gitu sama omongan orang yang seolah-olah nilai lo gak mau baur." balasnya. "Untung ada Nusa, pakai debu cinta nih ya, dia bisa buat lo bucin tingkat mampus." balasnya.     

El hanya terkekeh, entah mengapa dirinya rela berubah demi Nusa. Sebenarnya sih yang tidak ia relakan adalah ucapan Nusa yang meminta menepi dari dalam hidupnya, ia hanya takut cewek tersebut malah dekat dengan Bian yang merupakan musuh abadinya.     

"Bantu gue ya, Rio."     

"Lo gak usah minta aja gue sama Reza udah bantuin lo sebisa kita, gak usah di ambil pusing. Lo pikir Bian bisa dapetin Nusa? Oh jelas gak bisa, gue yakin banget Nusa bisa selektif.     

El menganggukkan kepala, ia juga percaya dengan itu. "Oke, gue mau makan."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.