Elbara : Melts The Coldest Heart

Menjadi yang Spesial



Menjadi yang Spesial

0"Terimakasih banyak ya, Nak. Lain kali tuh kalau guru-guru mau hukum muridnya ya kayak gini aja, sekalian bantu-bantu Ibu nyusun-nyusun buku yang baru datang."     
0

Mendengar kalimat yang dikatakan oleh sang penjaga perpustakaan itu pun membuat hati Nusa lebih lega lagi. Tadinya, ia ingin kabur dari perkataan El yang mengatakan kalau mereka akan bantu-bantu di sini. Namun setelah di pikir-pikir, pelajaran selanjutnya adalah bimbingan korseling yang biasanya jarang di hadiri oleh guru di mata pelajaran tersebut karena beliau lebih memilih untuk menerima pertanyaan di ruangannya saja. Biasa, guru BK rata-rata sibuk.     

Menampilkan senyuman yang paling manis dan sopan, Nusa juga membungkukkan sedikit tubuhnya. "Sama-sama, Bu. Kalau begituan doang mah Nusa sanggup jalani hukuman, tapi kalau hormat di lapangan, bisa-bisa Nusa pingsan." balasnya sambil terkekeh kecil.     

Tadi kenapa dirinya memaksa untuk menjalankan hukuman daripada bolos sarapan ke kantin? Ya karena dirinya memang anak yang termasuk ke dalam murid taat dengan peraturan dan apapun yang dikatakan oleh guru, tanpa memikirkan konsekuensi apa yang akan di terima tubuhnya.     

Sang penjaga perpustakaan tersebut hanya terkekeh. "Ya walaupun ini sekolah mehong alias mahal, tata tertib justru sangat ketat loh disini, Ibu mengakui. Kadang aja beberapa guru masih ada yang terbilang galak dan suka menggertak," ucapnya. "Tapi itu yang kadang buat beberapa murid merasa kapok." sambungnya kembali sambil men-steples kartu peminjaman tahun lalu yang baru sempat dirinya rapihkan kembali menjadi urutan rapih perbulannya.     

Menganggukkan kepala dengan setuju, setelah itu Nusa berniat untuk pamit dari perpustakaan karena pekerjaannya sudah selesai. "Ya udah Bu kalau begitu saya permisi dulu, ini udah mau jam istirahat." ucapnya dengan sopan, senyuman pun tak pernah luput dari permukaan wajahnya.     

Setelah berpamitan dan sedikit berbasa basi lagi, Nusa akhirnya sudah melangkahkan kaki keluar perpustakaan dan dirinya menutup pintu tersebut dengan perlahan-lahan.     

"DOR!"     

Mendengar itu, memangnya siapa yang tidak terkejut? Nusa menghembuskan napasnya, melihat Mario yang dengan wajah konyol sudah berada tepat dihadapannya sangat jelas.     

Nusa menghembuskan napas dengan perlahan sambil mengusap dadanya, berusaha untuk tidak termakan keterkejutan yang sebenarnya sudah sangat jelas kalau tindakan cowok tersebut membuat jantungnya berpacu lebih cepat.     

"Ih Mario ngapain tiba-tina ada di sini? Malah ngagetin aku, kalau jantungan gimana?"     

"Kalau jantungan nanti gantiin sama jantung El biar lo bisa satu napas sama dia, gue liat-liat sih lo berdua kurang pendekatan."     

Nusa membiarkan saja Mario dengan perkataannya, ia malah celingak celinguk seperti mencari seseorang yang ternyata malah tidak ada disini seperti apa yang dirinya harapkan.     

"El? Lo nyari El, kan?" tanya Mario dengan sebelah alisnya yang terangkat. Ia sangat tau kalau El adalah alasan dari cewek satu ini terlihat gelisah dan melihat ke segala arah.     

Sudah tertangkap basah, ingin menutupinya dengan kebohongan pun rasanya tidak mungkin.     

Nusa menganggukkan kepala dengan perlahan, ya walaupun kedua pipinya terasa memanas sih tapi ya tidak apa kejujuran memang harus nomor satu. "Iya nih nyari Bara, biasanya dia yang nungguin aku, kok tiba-tiba berubah jadi kamu?" balasnya sambil sedikit cemburut.     

Mendengar apa yang dikatakan Nusa pun membuat Mario tidak kehilangan rasa semangatnya, walaupun sudah sangat kentara yang di tunggu Nusa adalah sang bos. "El lagi ada yang dibicarain sama si kampret alias Reza, jadi dia nyuruh gue kesini buat nunggu plus jagain lo." balasnya yang seperti menjawab semua pertanyaan di dalam benak cewek yang berada dihadapannya ini.     

Akhirnya, Nusa memilih untuk ber-oh-ria. Lalu bukannya memilih untuk pergi dari sini, ia malah menghampiri bangku panjang yang biasa diletakkan berjarak beberapa meter di setiap koridornya.     

Mario mengikuti langkah Nusa, lalu mendaratkan bokong tepat di samping cewek tersebut. "Loh? Gak mau balik ke kelas atau gue anter ke El sekalian gue juga mau kesana?" tanyanya terlebih dulu, karena ia tidak pernah mendekati cewek bermodelan Nusa, jadi belum bisa memahami sepenuhnya.     

Nusa menghembuskan napas, lalu kedua alisnya menurun sambil menatap ke arah Mario. "Maaf ya malah jadi ngerepotin, maafik juga aku gak cukup berani buat ngomong kebenaran." lirihnya dengan mada bicara penuh dengan penyesalan.     

Jika di pikir-pikir, memang ini kan memang bukan kewajiban mereka untuk menjaga dirinya. Tapi nyatanya, El kekeuh bahkan mengiyakan apa yanh dikatakan oleh Rehan.     

Katanya sang kakak sih mereka adalah bodyguard-nya, namun seorang Nusa tidak pernah memberikan gelar apapun yang hanya menguntungkan dirinya sendiri kepada orang lain.     

Mendengus kecil, setelah itu terdengar kekehan kecil dari dalam mulut Mario.     

"Lo orangnya gak enakan terus ya? Padahal lo kan tinggal nikmatin aja, kita yang jagain lo kok, gak susah tugas lo."     

"Iya aku ga enak sama kalian, kan aku bukan siapa-siapa di antara kalian."     

"Emangnya harus jadi siapa-siapa dulu ya biar di jagain? Lagian juga siapa yang bilang lo bukan siapa-siapa kita, hah? Lo temen dari tiga cowok kece di sekolah tanpa adanya pengecualian, Sa."     

Ucapan Mario terdengar sangat berharga masuk ke dalam indra pendengaran Nusa, membuat kedua bola matanya menjadi berkaca-kaca karena memang ucapan tersebut sangat menyentuh hati.     

"Makasih ya, aku belum ada apa-apa buat balas kebaikan kalian. Aku gak berani ngungkapin kayak gini sama Bara, mau ngomong sama Reza ya dia terlalu seram kalau ngomong serius.."     

Mario menyetujui apa yang dikatakan oleh Nusa, mengingat bagaimana kalau Reza serius adalah hal yang paling menyeramkan, bahkan dirinya sendiri yang sahabat cowok tersebut pun mengakuinya.     

"Lo mah gak usah ngerasa gak enak sama kita sama sekali, lo udah di akuin sebagai ratu sama El. Dan artinya lo berdua udah pacaran, iya gak sih?"     

Mendengar itu, Nusa membelalakkan kedua bola matanya. "Hah? Masa sih? Kapan?" tanyanya karena memang benar tidak tau apa-apa. "Ya kalau soal pacaran atau belum, jawabannya itu belum. Bara gak nyatain perasaan apa-apa sih sama aku, nembak aja enggak kok." sambungnya yang kembali mengingat-ngingat setiap waktu bersama dengan El.     

Mario hanya ber-oh-ria, namun dalam benaknya tau kalau El tidak pernah bermain dengan kata-kata. "Lo tetep udah jadi ratu, kayak apa yang dibilang sama El ke satu sekolah ini. Anggep aja gue sama Reza pengawal lo, dan El itu adalah raja lo yang dalam artian emang wajib jaga lo." ucapnya, menjelaskan.     

"Jadi intinya apa, Mario?" tanya Nusa sambil menaikkan sebelah alisnya, namanya juga cewek smdengan pikiran yang terkadang lemot, jadi ia belum terlalu paham dengan intinya.     

"Intinya, lo gak perlu lagi ngerasa gak enak sama kita-kita. Karena status ratu udah di kasih sama El biat lo, dan artiannya lo itu udah jadi orang spesial di dalam hiduo El, paham?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.