Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengobrol Dengan Priska



Mengobrol Dengan Priska

0Pulang sekolah …     
0

Alvira duduk manis di kursi yang telah tersedia untuk dijadikan tempat menunggu, terdapat di area parkir. Saat ini, tujuannya adalah menunggu kedatangan El ke sini.     

Kakinya mengayun ke depan dan ke belakang, menjadikan dirinya sangat ketahuan kalau perasaan bosan sudah melanda.     

Ia menghembuskan napas dengan perlahan, saking pelannya mungkin hanya dirinya sendiri saja yang dapat merasakannya.     

Sudah sepuluh menit, namun El tidak kunjung datang ke lokasi. Bahkan, Alvira berkali-kali menatap layar ponsel ya, namun nihil.     

"Ish kemana sih ini orang-orang? Kak Bara gak ada, Bian juga daritadi gak keliatan. Kan Vira mau istirahat di rumah, nonton Drama Korea."     

Pandangannya mulai sayu, ia juga mengantuk. Melihat genk-nya Priska yang menuju ke arahnya, mnenjadikan Alvira langsung beranjak dari duduk. Ia lupa mengabari cewek satu itu kalau ajakannya tadi pagi saat di toilet tidak jadi.     

"Kak Priska!" panggilnya sambil melambaikan tangan agar seseorang yang dipanggilnya dapat menolehkan kepala ke arahnya.     

Priska tau kalau Alvira di sana, lalu menganggukkan kepala. "Lo berdua tunggu aja di mobil gue, gue cuma mau urusin bocah ingusan doang kok. Paling gak ada lima belas menit," ucapnya yang menyuruh Nika dan Disty untuk ke mobil terlebih dulu.     

Alvira hanya menampilkan senyuman simpul ketika Priska yang berjalan ke arahnya seorang diri, ternyata cewek satu itu paham dan langsung mengusir dua orang sahabatnya agar bisa berbicara. "Kak, maaf ya—"     

"Gak perlu minta maaf, kali. Lo gak bisa jalan sama gue kan kayak ajakan lo di toilet tadi? Gak masalah, gue juga ada jadwal kecantikan sama mereka berdua." potong Priska yang menunjuk ke arah mobil, tepat dimana kedua sahabatnya berada.     

Mendengar itu, Alvira menghembuskan napas lega. "Oh syukur deh." ucapnya sambil menganggukkan kepala, senyumannya pun ceria dan tidak pernah luput dari permukaan wajahnya. "By the way, Kak Priska liat Kak Bara gak ya? Soalnya daritadi Vira tungguin tapi gak muncul-muncul, Kak Reza sama Kak Mario juga gak ada. Bian juga," sambungnya.     

Priska menatap Alvira dari atas sampai bawah. "Gimana kalau kita duduk dulu? Kayaknya ngobrol sambil berdiri itu gak enak diliatnya." ucapnya sambil mendaratkan bokong di kursi panjang yang tadinya menjadi tempat Alvira menunggu seseorang yang dimaksud.     

Setuju dengan apa yang dikatakan oleh Priska, menjadikan Alvira menganggukkan kepala, setelah itu ikut duduk kembali di atas kursi yang bertepatan di samping Priska.     

"Lo ada hubungan sama Reza?" tanya Priska yang mengalihkan pembicaraan mengenai Alvira yang menanyakan kehadiran beberapa cowok yang sedaritadi tidak terlihat batang hidungnya.     

Alvira pun seakan lupa, dan mulai masuk ke dalam topik pembicaraan yang di bawakan oleh Priska. "Kita lagi PDKT-an, Kak. Emangnya kenapa? Kok hampir semua orang kayaknya nanya kayak gitu ke aku? Kayak heran," balasnya. Tak lupa juga dirinya yang bertanya-tanya.     

Priska terkekeh kecil, setelah itu menepuk-nepuk bahu Alvira dengan perlahan. "Cool, jarang-jarang Reza mau PDKT sama orang. Biasanya tuh ya dia asal nembak cewek, berarti lo spesial." ucapnya sambil tersenyum, entah tulus atau berpura-pura supaya terlihat tulus.     

Alvira mengerjapkan kedua bola matanya, merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Priska. Ya walaupun berita yang beredar seperti itu, namun tetap saja kalau perubaham Reza di picu darinya, ia tidak perlu mengungkit-ungkit masa lalu. "Bagus, Kak." responnya.     

"Tapi gimana nih perkembangannya? Gue liat-liat makin deket aja, kecium bau-bau mau jadian."     

"Kak Priska pikir, Kak Reza bisa stay sama aku gak?"     

"Lo nanya kayak gitu sama gue?"     

"Iya, Kak."     

Priska tertawa, hanya sesaat. Lalu memainkan ujung rambut Alvira dengan jemari telunjuknya. "Ayolah sayang, kamu cantik banget dan unggul. Gimana Reza mau cari yang baru? Kalau ada alasan dia bertahan itu lebih dari apapun." ucapnya dengan memuji, bahkan tatapannya pun terlihat seakan-akan apa yang dikatakannya adalah kebenaran yang sudah terbukti.     

Mendengar pujian yang terdengar sangat tulus dari Priska menjadikan senyuman Alvira melebar. Ia seperti menaruh banyak harap pada Reza. "Beneran?" tanyanya.     

Semua orang juga tau sejarahnya Reza dan Mario yang tingkahnya sebelas dua belas. Sama-sama heboh dan tukang humoris, juga sama-sama menjadi buaya darat yang memiliki banyak sekali asrama putri.     

"Yes, baby." ucap Priska menganggukkan kepala dengan penuh penegasan.     

Priska mendekatkan diri pada Alvira itu karena mencari sesuatu, tanpa di sadari oleh cewek tersebut.     

"Oh ya gimana hubungan lo sama El? Gue denger-denger lagi ancur, emang bener ya? Apa cuma gosip doang nih?" tanyanya yang mengganti topik pembicaraan dengan hati-hati karena takut perkataannya malah akan membuka luka Alvira, walaupun dirinya tidak peduli namun kan harus berpura-pura simpati.     

Alvira menghembuskan napas, lalu di detik kemudian mendengus. "Bener lagi kacau, gak jelas Kak Bara juga. Aku udah bilang begini, malah tetep aja di lakuin sesuka dia." ucapnya dengan nada bicara yang kesal, namun tidak dapat di pungkiri kalau di balik matanya yang berkilat ceria itu ada kesedihan di dalamnya.     

"Gue denger-denger, karena Nusa, emang iya?"     

"Iya."     

"Awalnya gimana? Jujur ya lo lebih suka gue apa Nusa? Ya gue cuma mau tau sudut pandang lo pribadi, tanpa campur tangan El."     

Alvira memperhatikan Priska, bahkan dari atas sampai bawah yang terlihat sempurna. Lalu ia kembali memandangi wajah cewek yang berada di sampingnya. "Tapi kan seenggaknya Kakak gak rebut Kak Bara dari aku." balasnya.     

Dalam hati, Priska bersorak senang. Namun, ia lebih bisa mengatur mimik wajah agar tidak terlihat sesenang apa yang dirinya rasakan. "Berarti artinya ini gue lebih unggul daripada Nusa, dong?" ucapnya yang mengambil kesimpulan, namun dipertanyakan lagi.     

Alvira menganggukkan kepala. "Ya, kenyataannya kayak gitu, Kak." ucapnya. Lagipula, di matanya ini Priska bukan sosok yang seburuk El katakan pada dirinya. Mungkin sang kakak sudah terlampau sebal, makanya mendeskripsikan cewek di sebelahnya ini dengan buruk.     

"Oke, kita berteman." ucap Priska tiba-tiba, lalu mengambil tangan Alvira seperti berjabat tangan.     

"Siap, Kak." balas Alvira, setelah itu menarik kembali tangannya yang berada di genggaman Priska.     

Melihat Alvira yang seperti sudah agak tenangan, ia baru akan berniat untuk menjawab pertanyaan cewek tersebut di awal pembicaraan mereka. "Lo mau tau kan cowok-cowok yang lo maksud ada dimana?" tanyanya sambil mencodongkan tubuh, menampilkan raut wajah yang dapat membuat cewek di sampingnya ini penasaran.     

Mendengar itu, Alvira menganggukkan kepala. "Mau, Kak. Vira udah capek, mau istirahat." balasnya.     

Priska lebih dulu mengamankan situasi, setelah itu mulai mendekatkan mulut ke daun telinga adik mantan crush-nya. Mantan? Sepertinya belum dan tidak akan pernah menjadi mantan.     

"El lagi baku hantam sama Bian, ngerebutin Nusa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.