Elbara : Melts The Coldest Heart

El Menembak Nusa



El Menembak Nusa

0Dengan napas yang tidak beraturan, Alvira sampai di tengah lapangan yang dimana ada dua cowok tengah berkelahi satu sama lain, tidak ada yang mengalah. Satunya sudah babak belur, yang satunya hanya ada beberapa luka gores saja.     
0

Alvira, dia cewek yang langsung menatap tajam ke arah seorang cewek yang tengah menangis sambil menjerit untuk disudahi perkelahian yang bodoh ini. Namun sepertinya tidak ada yang mendengar jeritan tersebut karena teredam dengan suara tangisnya.     

Tanpa banyak basa basi dengan napas yang naik turun, Alvira langsung saja menghampiri Nusa seperti orang kesetanan dengan mata yang memerah.     

Mungkin Reza dan Mario menyadari hal itu, namun mereka tidak kalah cepat dari Alvira yang sudah berhadapan dengan Nusa pada saat ini.     

"Kamu…" ucap Alvira dengan geram.     

PLAK     

Sebuah tamparan keras yang menggelegar di setiap sudut lapangan pun menjadikan suasana yang tadinya heboh dengan perkelahian pun menjadi hening. Bahkan, El dan Bian pun kini bisa menghentikan kegiatan baku hantam mereka.     

Semua orang melihat ke arah Alvira dengan heran, kenapa dengan semua ini yang tiba-tiba banyak sekali perkelahian?     

Nusa yang menangis pun juga terdiam, rasa panas menjalar sampai ke ujung telinga. Rasanya panas, bahkan sekarang pipinya terasa perih.     

Mendapatkan perlakuan seperti itu pun menjadikan Nusa bertanya-tanya. Raut wajahnya bahkan terlihat meminta penjelasan kepada Alvira. Ia sedaritadi hanya diam, ah tidak lebih tepatnya hanya berusaha melerai antara El dan Bian. Kenapa dirinya terkena tamparan yang menyakitkan seperti saat ini?     

"Kakak puas rebut segalanya dari aku?!" Alvira yang mulai bertanya dengan intonasi tinggi. Ia sama sekali tidak peduli karena saat ini sudah menjadi bahan tontonan beberapa murid yang tadinya memutuskan untuk meluangkan sedikit waktu pulang sekolah hanya untuk melihat pertandingan basket para cowok-cowok ganteng.     

Nusa menggelengkan kepala, tidak paham. "Maksudnya kamu itu apa? Aku sama sekali gak rebut apa-apa dari kamu." balasnya dengan nada bicara yang rendah. Kali ini, ia merasa kalau dirinya-lah yang tengah direndahkan oleh cewek yang ia pikir baik.     

"Kak Nusa udah rebut Kak Bara dari aku, kegenitan! Sekarang belum lagi narik perhatian Bian kayak tadi? Murahan, tau gak?!" Memaki Nusa, kepalanya terasa mengepul dan mengeluarkan asap tak kasat mata.     

Mendengar itu, El merasa tidak setuju. Ia ingin melerai, namun tangannya di tahan oleh Reza yang masih ingin mengetahui kebenaran. Kenapa cewek yang tengah ia PDKT-in malah seolah-olah sedang membela mantan pacarnya dulu? "Please El, sebentar lagi. Gue mau tau kemana pembahasan Alvira." ucapnya dengan pahit.     

Mario pun sama, ia sebagai cowok kepo menyadari kalau situasi seperti ini akan menjawab segalanya.     

El akhirnya menghembuskan napas dengan pelan. "Jangan sampai Vira ngerendahin Nusa di hadapan banyak orang." gumamnya.     

Kembali lagi pada Alvira yang kini menatap Nusa seperti pandangan yang menilai. "Bisa-bisanya ya cewek kayak kamu rebut semua orang yang aku sayang?!" tanyanya lagi.     

Nusa meneteskan air mata, menatap Alvira dengan berani karena ia ingin mematahkan segala kesalahpahaman yang ada. "Bukannya Bian mantan kamu? Lagian kamu kan juga lagi deket kok sama Reza. Emangnya kamu gak mikir gimana perasaan Reza kalau tau kamu malah lagi bela dan ngerasa kehilangan MANTAN?" tanyanya, berucap dengan nada pelan namun penuh ketegasan walaupun sedikit ragu dengan sifatnya yang melawan.     

Alvira diam, ia bahkan tidak tau mengapa masih memiliki sebercak harapan kepada Bian.     

"Aku gak mau lancang, tapi lama-lama aku diam malah semua orang jadi nyalahin aku termasuk kamu." ucap Nusa setelah mengambil napas banyak-banyak untuk melanjutkan perkataannya. "Masalah El, aku juga udah jauhin dia. Kenapa ngerasa tersaingi terus padahal El itu juga berhak jatuh cinta, kamu seharusnya sadar, Ra." sambungnya.     

Mendengar itu, Alvira berdecih. Merasa kalau apa yang dikatakan oleh Nusa hanyalah omong kosong yang tidak berarti apapun. Lalu, ia menolehkan kepala ke arah El yang sedaritadi juga ikutan menjadi penonton.     

"Emang Kak Bara jatuh cinta sama Kak Nusa?" tanyanya dengan lantang.     

Semua orang yang menyaksikan pun kini menjadi seluruhnya menatap ke arah El dengan raut wajah penasaran. Masalah seperti ini tidak terlihat alay atau berlebihan, justru menambah informasi dari orang-orang penting yang menjadi sorotan di sekolah.     

El yang mendapatkan pertanyaan seperti itu pun menghembuskan napasnya. "Udah boleh nih gue bawa Alvira keluar lapangan?" tanyanya dengan nada kecil untuk Reza dan Mario.     

"Kayaknya bawa aja deh, sebelum makin parah dan panjang pembahasannya." ucap Reza dengan lesu. Sampai sini, ia paham kalau kalimat yang seting timbul mengenai 'jangan pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya' adalah sebuah kebenaran.     

Mario ikutan menganggukkan kepala. "Gue yang ngurus Nusa, gue juga gak mau liat dia malah deket sama Bian. Kalau perlu, gue yang anter dia balik, gak masalah kan?" ucapnya.     

"Sama lo lebih bagus." jawab El sambil menganggukkan kepala. Setelah itu, ia berjalan untuk menghampiri Alvira, padahal sang adik berharap kalau dirinya akan menjawab. "Ayo pulang." ucapnya sambil mencekal pergelangan tangan Alvira menggunakkan tangan kanannya yang bebas.     

Alvira menggelengkan kepalanya. "Jawab dulu, Kak!" serunya, malah memberontak.     

El menggelengkan kepalanya, merasa tidak habis pikir dengan tingkah Alvira. "Lo malu-maluin, dan sekarang gue malu punya adik kayak lo." ucapan yang sebelumnya tidak pernah ia katakan pada Alvira pun akhirnya terlontar begitu saja, menjadikan keadaan tambah menegang karena apa yang diucapkan seorang El pasti mengandung keseriusan yang sangat.     

Alvira marah, tidak terima saat mendengar kalimat tersebut dari El yang malah membuat deru napasnya tidak beraturan bahkan kedua matanya kerasa panas. Dengan keras, ia menghentakkan tangan saat El lengah dan akhirnya cekalan tangan cowok tersebut lepas.     

"Kak Bara jadi jahat ya semenjak deket sama Nusa, emang cewek pembawa nasib buruk!"     

"Jaga mulut lo ya, Ra."     

"Apa? Mau bela Nusa? Nusa aja terus yang dibela, gak usah pentingin kalau punya adik."     

"Ra, plis jangan childish. Gue cuma jatuh cinta, bukan berarti gue ninggalin kehidupan kita."     

Mendengar ucapan El yang mengakui secara tersirat kalau dirinya jatuh cinta membuat banyak orang terkejut dan juga ada yang senang di tengah-tengah keadaan yang tegang seperti ini. Bahkan, Nusa yang tadinya menundukkan kepala pun langsung mengangkat kepalanya dengan kedua bola mata yang mengerjap.     

"Gue jatuh cinta, gue sayang sama Nusa. Apa semua ungkapan gue gak berarti?" Sekarang, El meninggalkan pandangan dari Alvira dan beralih menatap Nusa. "Gue mau lo jadi cewek gue, Sa." pintanya dengan alis yang menurun.     

"WOY, JADI INI ACARA MAU NEMBAK NUSA? GAS-LAH TERIMA LANGSUNG, SA!"     

Seketika, area lapangan heboh dan menghiraukan Alvira yang marah dan menangis.     

"TERIMA!"     

"TERIMA!"     

"TERIMA!"     

"TERIMA!"     

Seketika, semua murid menyerukan kata yang sama dengan kedua insan yang saling menatap dengan kilatan manik mata yang menjelaskan segalanya.     

"Iya, aku juga mau jadi pacar kamu, El." jawab Nusa dengan malu-malu sambil menahan agar semburat merah jambu tak tampak di pipinya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.