Elbara : Melts The Coldest Heart

Kecupan Untuk Nusa



Kecupan Untuk Nusa

0Bagi siapapun yang baru merasakan kasmaran, pasti ngerasa kalau dunia milik berdua.     
0

Ya, seperti layaknya El dan Nusa saat ini. Mereka berdua menguasai ruang televisi dengan Nusa yang tengah mengobati luka lebam yang terdapat di wajah El, raut wajahnya pun menunjukkan keseriusan untuk mengobati sang jagoan.     

"Makanya jangan berantem, kayak kebal aja. Liat nih sekarang kamu bonyok-bonyok, untungnya Tante sama Om lagi gak di rumah."     

Mulai mengomel layaknya perhatian yang memang tersirat di baliknya, menjadikan El tersenyum. Cowok satu ini menatap wajah Nusa tiada henti, bahkan tidak merasa sakit ketika luka goresnya ditempeli dengan kapas beralkohol.     

"Lo cantik." puji El yang sama sekali tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Nusa, padahal ceweknya sedang memberikan nasehat supaya tidak ringan tangan kepada orang lain.     

Nusa pun hanya menghembuskan napas, sedikit lelah juga memberikan nasehat serta saran ke El yang nyatanya hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Pandangannya beralih ke gip yang menahan tangan kiri El yang patah, ia bersyukur cowok satu ini tetap bisa menjaga bagian yang tengah sakit.     

"Itu tangan kamu gak apa-apa? Sakit gak? Kalau ngerasa ada cedera, mendingan kita ke rumah sakit aja yuk." ucapnya yang khawatir. Memperhatikan tangan kiri El yang di perban, rasanya sangat bersalah karena ia adalah alasan dimana cowok ini berkelahi.     

Mendengar itu, El hanya mendengus kecil. "Lo nanya luka ini sama gue? Kecil, gak sakit sama sekali." balasnya. Lalu, ia menyenderkan tubuh di kepala sofa karena perkelahian dengan Bian tadi cukup membuang-buang tenaga.     

"Jangan nyepelein apapun lagi, El."     

"Bodo amat, gue cuma pertahanin janji gue ke lo, kalau lo selalu jadi tanggung jawab gue."     

Mendengar itu, tentu saja sebagai cewek yang memiliki perasaan polos nan lugu seperti Nusa pun langsung saja merasa seluruh tubuhnya menghangat dan panas. Bahkan, mungkin saja saat ini kedua pipinya terlihat bersemu merah.     

"Kalau misalnya El ngebiarin aku sama Bian, gimana?" tanyanya, hanya ingin tau.     

El tampak mengangkat bahu, sejujurnya juga tidak pernah memiliki gambaran kesana. "Gak gimana-gimana, gue tetep gak akan biarin lo sama Bian." ucapnya.     

Padahal, El tau sekali kalau masalah dulu yang menyangkut persahabatannya dengan Bian hancur itu bukan murni kesalahan cowok tersebut. Namun ia juga tidak bisa begitu saja menyalahkan Alvira dengan sifatnya yang sedari kecil banyak menuntut.     

"Emangnya Bian kenapa? Dia baik, dia nyelametin aku pas aku mau di rampok." ucapnya, tanpa sadar malah keceplosan dan mengungkit kembali dimana saat itu dirinya menangis dan berjalan tak tentu arah sampai menginjakkan kaki di kawasan penduduk yang sepi.     

El menaikkan sebelah alisnya, ia cukup tertarik saat mendengar apa yang dikatakan oleh Nusa. Yang tadinya dirinya ini tengah bersantai dengan bersandar di sofa, kini malah telah menegakkan kembali posisi duduknya.     

"Lo di rampok? Kenapa gak cerita aja sih?" tanyanya yang langsung mengunci tatapan pada cewek yang berada tepat di sampingnya.     

Mulut Nusa terkatup, lalu ia merutuki kebodohannya dalam hati. Lalu, ia menatap El dengan bibir yang mengerucut. "Aku gak mau bahas, eh malah keceplosan." jawabnya. "Jadi tuh waktu aku keluar dari rumah sakit, aku langsung nelusuri jalanan. Gak sadar, aku malah beluk ke perumahan penduduk yang sepi banget, aku gak sadar." sambungnya, mengambil napas untuk melanjutkan perkataannya.     

El menyimak dengan sangat, bahkan kini raut wajahnya tampak serius mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan oleh Nusa. "Lanjut."     

Nusa sebenarnya tidak mau bercerita lebih lanjut, namun sekarang kan dirinya dan El sudah menjalin hubungan pacaran, jadi memang sebisa mungkin tidak ada yang perlu di rahasiakan.     

"Tiba-tiba dari belakang aku ada motor, El. Hp aku di ambil sama rampok—"     

"Itu ada hp lo di atas meja." potong El langsung sambil menunjuk ponsel Nusa yang memiliking case berwarna merah jambu polos.     

"Ish tunggu dulu, dengerin ceritanya." komentar Nusa, ia mendengus sambil mencubit sedikit pinggang El.     

"Oke oke." balas El.     

Kembali mengambil napas, setelah itu menegarkan perasaan agar trauma mengenai dua orang laki-laki yang ingin melecehkan dirinya hilang dari pikiran.     

"Abis itu aku yang malah di kejar dia, pemukimannya bener-bener sepi banget, aku minta tolong gak ada yang denger karena posisi aku juga cukup jauh dari perumahan. Aku lari, akhirnya mereka ngehadang aku, dan…" cerita Nusa menggantung, cewek satu ini tidak kuat untuk meneruskannya.     

Kristal bening pertanda air mata yang ingin jatuh ke permukaan wajah pun membuat El cukup cemas, lalu menjulurkan tangan kanan untuk menggenggam jemari mungil Nusa. "Dan apa? Jangan nangis…" Padahal, di dalam hati pun ia sudah menebak-nebak karena pasti terjadi hal yang buruk pada cewek yang beberapa jam lalu resmi menjadi pacarnya.     

Nusa menatap El dengan mata yang berkilat, malah pikirannya kini membayangkan wajah kedua orang cowok mesum. "Aku hampir… aku hampir di perkosa, El." ucapnya dengan suara yang pelan karena seluruh kalimat yang ingin dikeluarkan dari mulutnya, terjebak di ujung tenggorokkan.     

Mendengar itu, dada El terasa berpacu lebih cepat. Ia merasa menjadi cowok paling bodoh. Belum menjadi pacar saja sudah ceroboh dan tidak becus menjaga, dan sekarang dirinya sedang berada di posisi sulit menjaga Nusa dengan semaksimal mungkin karena tangannya yang cedera.     

Tanpa banyak berkata atau berbasa basi pun El langsung membawa tubuh mungil Nusa ke dalam pelukannya, ia membiarkan cewek tersebut mulai terisak dan menbasahi kemeja seragam sekolahnya dengan air mata. Isak tangis pun terdengar memilukan, saat ini tidak ada yang bisa merasakan apa yang Nusa rasakan begitu juga dengan dirinya yang hanya bisa memberikan pelukan supaya pacarnya merasa tenang.     

Nusa menjulurkan tangan dan mengalungkan tangannya di leher El, ia menenggelamkan kepala semakin dalam pada dada bidang cowoknya yang terasa sangat kokoh, namun saat ini bukan itulah yang menjadi pembahasan.     

"Lo kenapa gak cerita? Gak masalah Sa, nanti bisa aja tuh pelaku gue cari suruh bokap biar bisa di masukin ke penjara."     

Terasa gelengan kepala di dada El menjadikan dirinya menghembuskan napas. "Jangan jadi orang terlalu baik, sayang." sambungnya.     

Sebenarnya juga sedikit aneh saat memanggil Nusa yang bernotabene sebagai pacar pertamanya dengan panggilan 'sayang', namun juga tidak munafik kalau dirinya sendiri malah merasa suka dan nyaman saat memanggil cewek tersebut dengan panggilan seperti itu.     

"Aku cuma gak mau inget, gak mau ungkit semuanya, makanya aku gak mau cerita." ucap Nusa dengan pelan serta suaranya yang terdengar sesengukkan.     

El menganggukkan kepala, paham. Lalu tangan kanannya terlepas dari memeluk tubuh Nusa, beralih meraih rahang tirus tersebut yang membuat si cewek menatap ke arahnya dengan wajah yang terlihat basah.     

"Oke gapapa, gue paham." ucapnya.     

Cup     

Satu kecupan mendarat di kening Nusa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.