Elbara : Melts The Coldest Heart

Pertengkaran Nusa Alvira



Pertengkaran Nusa Alvira

0Tok     
0

Tok     

Tok     

Mendengar suara pintu yang diketuk menjadikan Nusa menaikkan sebelah alisnya. Kenapa El tidak langsung masuk saja ke kamar? Padahal ini kam kamarnya, kenapa juga harus di layani?     

Daripada ketukan pintu tersebut semakin lama, Nusa menghembuskan napas denhan perlahan sambil menghentikan video tontonan kartun di ponselnya. Meletakkan benda pipih tersebut di atas kasur, lalu dirinya bersiap untuk beranjak dari tempat yang sangat nyaman dan empuk.     

Langkah kaki Nusa gontai saking malasnya menghampiri ke arah pintu kamar, setelah itu memutar knop pintu.     

"Kenapa gak langsung masuk aja sih, kan aku—"     

"Loh, Kak Nusa…"     

Mendengar suara lembut serta isak tangis yang terdengar di telinga dan memotong ucapannya, menjadikan Nusa membelalakkan kedua bola mata dengan pandangan yang menyetarakan penglihatannya dengan pandangan cewek yang ada di hadapannya saat ini.     

Nusa menatap Alvira, tatapan mereka bertemu. Pandangannya yang terlihat teduh, namun sang lawan bicara malah terlihat sorot matanya yang setajam silet.     

"Hai." sapa Nusa, tentu saja suaranya terdengar sangat kikuk.     

Alvira menghembuskan napasnya, mungkin akan berdamai dengan keadaan sejenak. "Ngapain ada di kamar Kak Bara?" tanyanya, masih santai.     

Namun, bukan berarti santai-nya Alvira itu mengandung perdamaian. Nusa tetap was-was dan memasang perlindungan diri supaya tidak terkena ucapan cewek tersebut yang memang terkadang diucapkan dengan semena-mena.     

"El yang ngizinin aku masuk, emangnya kenapa?" bukannya menjawab, Nusa malah balik bertanya. Ia memang tidak takut dengan Alvira, hanya saja malas berdebat dengan cewek satu itu.     

Mendengar jawaban Nusa, tentu saja membuat Alvira jengkel. "Kakak tau kan kalau ini kamar? Yang artinya tempat pribadi buat semua orang? Kenapa gak ada malunya malah masuk kesini?" ucapnya, melontarkan pertanyaan yang terlalu berbondong-bondong.     

Nusa menghembuskan napasnya. "Kan udah aku bilang, El sendiri yang ngizinin aku disini kok. Lagian kamu tau juga El ada di bawah, ngapain pakai ketuk pintu segala? Berarti kamu tau dong kalau ada aku di kamar ini?" ucapnya, lagi dan lagi balik bertanya.     

Alvira seperti berpikir sejenak, lalu mengusap wajahnya yang tadinya basah karena terkena air mata. "Ya emang aku setiap masuk ke ruangan itu di ketuk dulu, karena tau ini ruangan pribadi."     

"Oh begitu."     

Mendengar jawaban Nusa yang hanya sedikit, membuat Alvira mendengus sebal. Lagi dan lagi terpancing emosi, padahal Nusa tidak melakukan sesuatu yang berlebihan.     

"Kakak awas, aku mau di kamar Kak Bara." ucapnya sambil menjulurkan tangan, menarik lengan Nusa agar cewek tersebut keluar dari kamar sang kakak karena ia tidak suka dengan kehadiran Nusa. Ia terbiasa berada di dekat El, bahkan apa yang menjadi cowok itu adalah miliknya. Kamar El juga kamarnya, namun tidak sebaliknya.     

Mendengar itu, Nusa menggelengkan kepala. "Enggak, kata El, aku harus nunggu dia disini. Jadi, aku tetap disini." ucapnya dengan sorot mata yang serius, lagipula kalau mengalah, maka Alvira akan semakin menginjak-injak dirinya.     

Alvira mencekal pergelangan tangan Nusa, cewek itu saat di tarik pun tidak bergerak dari tempatnya melainkan menahan diri untuk tidak bergeser karena ia menariknya. "Jangan semena-mena ya Kak, mendingan Kakak pulang aja deh, aku gak suka sama Kakak." ucapnya, semakin mencengkram erat pergelangan tangan cewek yang menjadi lawan bicaranya.     

Nusa meringis kecil, meronta-ronta supaya Alvira melepaskan cekalan tangannya yang sudah terasa dingin. "Lepasin, Ra. Kamu lama-lama kayak berlebihan sama semuanya." ucapnya dengan mata yang berkilat karena menahan sakit.     

Alvira terkekeh kecil, ia menunjukkan senyuman miring. "Kakak yang buat aku hancur. Kakak ambil Kak Bian, ambil Bian, habis itu buat Kak Reza malah ngejauh terus mutusin hubungan sama aku. "KAKAK PUAS LIAT AKU KAYAK GINI? YA KAKAK JUGA HARUS NGERASAIN YANG LEBIH LAH DARI AKU!" teriaknya dengan lantang, air mata kembali menetes namun kali ini raut wajahnya terlihat menantang sang lawan bicara.     

Nusa menggelengkan kepala, merasa tidak percaya kalau ternyata watak Alvira sekeras ini. "Ra, ya ampun." ucapnya dengan nada bergetar.     

Sedangkan di seberang sana ….     

"Kuat-kuat iman deh lo abis ini, pasti cewek-cewek bakalan nempel lagi sama lo." ucap Mario sambil terkekeh, ia sudah berhasil menenangkan Reza yang kini ikut terkekeh bersamanya.     

El mendengus. "Laku lagi nih, tapi jangan salah milih cewek. Nanti kayak Mario, malah dapet cewek yang ngajak ke diskotik terus." ucapnya.     

Mario yang mendengar perkataan El pun tertawa. "Gila ya gue masih waras dan penuh kebahagiaan, gak butuh gue ke tempat gitu-gituan walaupun tujuannya cuma have fun." balasnya. Tidak akan terbuai, secantik apapaun cewek yang mengajaknya, ia tidak akan pernah menginjak diskotik.     

Baru saja Reza ingin menyambar ucapan Mario, tiba-tiba saja terdengar …     

"KAKAK PUAS LIAT AKU KAYAK GINI? YA KAKAK JUGA HARUS NGERASAIN YANG LEBIH LAH DARI AKU!"     

Ketiga-nya mendengar teriakan Alvira, menjadikan mereka langsung saja beranjak dari duduk dan tanpa basa basi lagi mulai berlari ke sumber suara karena pasti tidak ada yang beres.     

Di dalam hati El pun khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Nusa, apalagi kondisinya cewek tersebut hanya bersama dengan Alvira, mungkin? Tanpa perlu melihat kejadiannya pun, dari teriakan tadi sudah jelas kalau sang adik kembali beradu perang dengan pacarnya.     

Geleng-geleng, pusing dengan Alvira.     

"EL, EL, EL TOLONGIN NUSA!"     

Apalagi saat mendengar pekikan Nusa yang terdengar melengking khas para cewek, menjadikan El menaiki tangga dengan langkah besar diikuti dengan Reza dan Mario yang mengekor di belakangnya.     

Sesampainya di tempat, El langsung bergegas menghampiri Alvira yang kini sudah menjambak rambut Nusa dengan pacarnya yang menahan rambut agar tidak terlalu sakit di tarik adiknya.     

"Ya Tuhan, ALVIRA!" El menghampiri Alvira dengan cepat, berusaha membantu melepaskan rambut Nusa yang jatuh lurus itu lepas dari tangan adiknya. "Ra, lepas." pintanya lagi, kali ini dengan suara yang melemah.     

Namun Alvira masih saja berada di posisinya, ia malah menatap El sekilas, lalu melanjutkan kegiatan menarik rambut cewek tersebut dengan ganas, tidak menggubris perkataan sang Kakak.     

"Lo berhenti atau gue aduin perlakuan lo sama Daday dan Mommy?" Akhirnya, El menggunakkan satu-satunya cara terampuh, yaitu mengancam.     

Mendengar itu, tentu saja Alvira takut. Apalagi jika Dad-nya tau, yang pasti akan kecewa. Ia akhirnya memutuskan untuk melemahkan jambakan pada rambut Nusa, dan terlepas juga.     

Nusa meringis kesakitan, dan melihat rambut rontok miliknya yang berada di genggaman Alvira, rontok cukup banyak. Ia menangis, lalu memilih untuk masuk ke dalam kamar El dan menutup pintunya karena pertengkaran dengan Alvira berlangsung di depan kamar.     

"Yah ratu kita nangis." ucap Mario, mendekat ke pintu kamar El, lalu mulai masuk ke sana di susul dengan Reza yang sudah tidak selera lagi menatap Alvira yang kehilangan kontrol.     

Kembali pada El, ia menatap Alvira dengan serius. "Jangan kasar, dia sekarang cewek gue, Ra, tolong. Bukannya gue marahin lo nih ya, tapi lo gak bisa bersikap kayak tadi ke Nusa."     

…     

Next chaper     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.