Elbara : Melts The Coldest Heart

Ungkapan Rasa Sayang



Ungkapan Rasa Sayang

0"Nusa mau pulang, makasih ya buat kunjungannya."     
0

Dan ya, berkat kalimat yang dikatakan Nusa, kini cewek tersebut dan tentunya Elbara sedang berada di perjalanan pulang. Ya, pulang bagi Nusa, El hanya mengantar saja supaya cewek di sebelahnya ini selamat sampai tujuan.     

"Nyalain aja musiknya, terserah lo mau lagu apa." ucap El yang merasa kalau kekosongan ini harus di isi. Mereka berdua berhenti berbicara semenjak mobil miliknya meninggalkan pekarangan rumah. Entah ini karena ia yang merasa bersalah karena perlakuan Alvira, atau Nusa yang tidak ingin di ganggu karena tengah berada di dalam pikirannya sendiri karena sedaritadi cewek ini hanya melamun.     

Mendengar itu, menjadikan Nusa mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, akhirnya ia berhasil kembali ke dunia nyata.     

Kepalanya menoleh ke sumber suara, dan melihat El yang tengah menyetir dengan raut wajah yang sepenuhnya melihat ke arah jalanan. "Oke." balasnya, lalu mulai sedikit mencodongkan tubuh dengan tangan yang terjulur untuk mencari lagu yang tepat.     

Akhirnya, salah satu lagu 'Tulus' terdengar memenuhi mobil dengan suara yang mengalun pelan. Walaupun pelan, namun mengisi kekosongan di antara mereka.     

Nusa kembali memundurkan tubuh, dan kini menatap El lagi. "Mampir El ke tempat makan, aku laper. Kan tadi gak jadi makan nasi Padang di rumah kamu," ucapnya sambil menepuk perut sebanyak dua kali karena berbunyi pertanda kalau dirinya keroncongan.     

El menolehkan kepala sekilas ke arah Nusa, lalu menganggukkan kepala. "Boleh, lo mau makan apa?" tanyanya.     

Sebagai cowok, tentu saja El tidak mengharapkan jawaban 'terserah' dari Nusa yang sama dengan jawaban para cewek pada umumnya jika diberikan pertanyaan.     

Nusa berpikir sejenak, bahkan ia menimang-nimang jawaban dari pertanyaan El. Ia ingin apa ya kira-kira? Dan beberapa saat kemudian, dirinya menjentikkan jemari pertanda sudah mengetahui keinginannya.     

"Ayuk makan gulali." ucapnya sambil tersenyum ceria, menampilkan deretan gigi putih bersih miliknya yang tertata rapi.     

Mendengar itu, Leo sedikit terkekeh kecil dengan apa yang dikatakan sang pacar. "Yang serius, Sa. Gue tau perut lo tadi bunyi, dan gulali gak bisa bikin lo kenyang." balasnya sambil menggelengkan kepala dengan perlahan.     

Nusa mengangkat bahu, yang ada di otaknya saat ini ya hanya makanan manis itu saja.     

"Ya yang penting kan aku gak jawab terserah, El."     

"Bener juga sih, lo gak nyusahin gue."     

"Emangnya kalau cewek ngomong terserah itu berarti nyusahin pacarnya ya?"     

Nusa bertanya dengan lugu, bahkan mengangkat sebelah alisnya dengan raut wajah yang bingung. Ini kali pertama dirinya berpacaran dengan El, dan Rehan tentu saja belum mengetahui tentang semua ini menjadikan dirinya juga baru pertama kali mendapatkan pengalaman.     

El mendengar apa yang dikatakan Nusa, ia hanya mendengus kecil. "Bukan gitu maksud gue, dah ah jangan di bahas. Kita makan steak yuk,"     

"Steak daging?"     

"Ya emangnya steak apa lagi?"     

Mengalihkan pandangan dari jalan raya menjadi menatap Nusa bertepatan dengan laju mobilnya yang melambat dan berhenti karena lampu merah, menjadikan dirinya menatap sosok cewek yang sangat cantik.     

Nusa menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Iya juga sih ya. Tapi… jangan makan itu deh." ucapnya.     

"Emangnya kenapa?" El bertanya dengan sebelah alis yang terangkat, terheran. Apa Nusa tengah menerapkan protokol diet seperti para cewek pada jaman sekarang? Sehingga makan steak saja harus penuh dengan pertimbangan karena kalorinya yang cukup berat.     

"Mahal." balas Nusa sambil cengengesan.     

Padahal tadi El sudah menebak-nebak, alias sok tau. "Kirain gue, lo diet." ucapnya sambil terkekeh kecil, durasinya pun hanya tiga detik karena setelah itu raut wajahnya kembali menjadi batu.     

Nusa ikut terkekeh yang padahal El sudah berhenti, menjadikan dirinya menatap cowok tersebut karena perkataannya yang lucu. "Emangnya ngapain juga aku diet? Selagi masih bisa nikmatin makanan, nikmatin aja asal gak berlebihan, iya kan? Lagian juga aku gak usah diet-diet, nanti sakit." balasnya.     

El memperhatikan tubuh Nusa, hanya sebentar, dan pandangannya kembali mengunci pada kedua manik mata yang sangat berkilau indah itu. Pesona seorang Nusa selalu ada di matanya, dengan tingkah lugu dan polos yang menambah kesan sangat menggemaskan. "Bener, lo udah kurus banget tuh. Jadi kita nih ya nanti abis makan steak, mampir lagi makan bakso."     

Nusa membelalakkkan kedua bola mata, setelah itu dengan refleks menepuk lutut El. "Enak aja! Kalau begitu, namanya mah gumoh. Gak, aku makan steak aja, El. Kalau dua kali makan berat kayak gitu pasti rasanya perut kepenuhan."     

Merasa lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, menjadikan El kembali melajukan mobilnya dan seeekali menolehkan kepala ke arah Nusa karena mereka tengah mengobrol.     

"Kata lo selagi bisa nikmatin, nikmatin aja, bos."     

"Kan aku bilangnya asal gak berlebihan, tapi apa yang kamu bilang itu kayaknya berlebihan banget. Emangnya kamu gak kenyang?"     

"Ya elah, makan steak doang mah mana kenyang, sih? Harga doang mahal tapi gak kenyang, masih menangan bakso abang-abang."     

Hati Nusa menghangat karena benar perubahan El itu 180 derajat benar-benar berbeda jika dibandingkan dengan sebelumnya, ia diam-diam pun mengulum senyuman apalagi saat mengingat perkataan Mario yang dimana katanya 'lo bakalan selalu jadi ratu-nya El, gimana pun keadaannya' dan ternyata perkataan cowok tersebut benar adanya dan mengandung kebenaran yang sempurna.     

"Lo dengerin omongan gue gak si?" tanya El yang malah melihat Nusa melamun dan tidak menjawab perkataannya. Bahkan ia yakin kalau sebenarnya cewek tersebut pun tidak mendengar apa yang dirinya ucapkan.     

Nusa mengerjapkan kedua bola matanya, ia malah terfokus untuk menatap manik mata El yang terlihat tegas dan berbahaya namun dimatanya tetap saja sangat menawan.     

"Dengerin, kamu sayang aku, kan?"     

"Hah?"     

Sepertinya, saat ini mereka berdua malah sama-sama tidak koneksi. Keduanya saling tatap-menatap, apalagi Nusa yang merutuki ucapan refleks yang keluar dari dalam mulutnya.     

"Enggak, enggak. Ya ampun, Nusa salah ngomong El, seriusan deh." ucapnya yang mengusap wajah dengan perlahan.     

"Ya elah gak masalah kali."     

El sudah mengembalikan sorot mata ke jalan raya, setelah itu malah menepikan mobilnya, merasa harus melakukan hal ini.     

Nusa yang tidak tau mengapa El mengambil posisi ke tepi jalan pun menaikkan sebelah alisnya. Bertepatan dengan mobil yang berhenti di pinggir jalan, menjadikan ia menatap cowok disebelahnya dengan bingung. "Kenapa malah menepi?" tanyanya dengan raut wajah yang benar-benar terlihat kebingungan.     

El menyerongkan tubuh, menatap Nusa. Ia mengunci pandangan mereka, yang akhirnya malah mempengaruhi degup jantung yang memonpa sangat tidak karuan. Keduanya memang baru pertama kali merasakan kasmaran, namun dirinya memilih untuk tidak terlalu kaku dalam menjalin sebuah hubungan.     

"Lo tadi nanya kan gue sayang lo apa gak? Jawabannya…" sengaja menggantungkan kalimat, lalu meraih tangan Nusa dengan tangan kanannya, lalu di bawa ke arah bibir untuk di cium punggung tangan putih mulus itu. "Gue sayang sama lo."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.