Elbara : Melts The Coldest Heart

Mendapatkan Kepercayaan Rehan



Mendapatkan Kepercayaan Rehan

0"Nusa pulang!"     
0

Nusa berlari sedikit kencang setelah sepatu kets-nya yang dipakai sekolah hari ini sudah tertata kembali di rak sepatu. Ia melihat sepatu pantofel milik Rehan juga ada disana, makanya saat ini ia berlari kencang karena sudah pasti sang kakak saat ini sudah pulang.     

El pun tidak mampir ke rumahnya karena katanya tidak enak ada Reza dan Mario yang saat ini kemungkinan besar sudah menjadikan kamarnya menjadi kapal pecah, ingat, ada saja yang mereka berdua lakukan.     

Saat penciumannya di manjakan dengan sesuatu yang berbau sedap, ia langsung saja menghampiri dapur yang sudah di pastikan disanalah tempat aroma itu berasal.     

Sesampainya di dapur, yang pertama kali terlihat tentu saja Rehan yang masih memakai kemeja kerja. "Wuih, masak apa ini kakak ku tersayang?" tanyanya sambil menghampiri Rehan, ia sudah menaruh tas keatas meja makan. Setelah itu kini sudah berada di samping cowok yang dengan kerennya tengah membuat sesuatu.     

"Kakak bikin sandwich, mau?" balas Rehan sambil menaruh bacon ke atas pan anti lengket.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya melihat itu. "Kok sandwich pakai bacon, sih?" tanyanya yang heran.     

Mendengar itu, tentu saja menjadikan Rehan terkekeh. "Ini itu namanya inovasi." jawabnya.     

Hanya mengangguk-anggukkan kepala, Rehan yang berinovasi memang bukan lagi yang yang baru bagi Nusa. "Boleh tuh, Nusa jadi laper lagi." ucapnya, menatap lezat makanan yang saat ini tengah di buat oleh Rehan.     

"Kamu habis ke rumah El, kan? Emangnya gak makan?" tanyanya, mengangkat bacon dan meletakkannya di piring karena kalau kelamaan malah menjadi seperti daging hangus. Ia mengambil bacon mentah lagi karena tadi dirinya hanya men-grill untuk satu porsi.     

Nusa menganggukkan kepala, entah yang keberapa kalinya. Ia memilih untuk berjalan ke kursi pantry yang memang berhadapan dengan Rehan yang sedang memasak, ia tidak ingin mengganggu sang kakak memasak. "Iya, tadi aku udah makan kok di jalan. Makan steak, El yang traktir." balasnya dengan senyuman senang.     

Benar kata El, makan steak itu mahalnya doang tapi tidak mengenyangkan. Buktinya, baru beberapa menit malah dirinya sudah lapar lagi. Atau hanya sugesti-nya saja, ya?     

Rehan menolehkan kepalanya ke arah Nusa, namun malah melihat wajah sang adik yang sembab. "Habis nangis apa gimana?" tanyanya, nada bicaranya pun kini berubah seperti mengintimidasi.     

Tentu saja sebagai seorang kakak yang pernah bahkan beberapa kali cewek tersebut dalam masalah, ia tidak akan membiarkan Nusa kembali masuk ke dalam masalah yang memang terkadang tiada tuntasnya.     

Sedangkan Nusa? Ia berdecak kecil, lupa kalau belum memoles bedak ke wajahnya apalagi di area mata supaya tidak terlalu kelihatan kalau dirinya habis menangis. "Enggak, sok tau. Tadi aku lagi cerita sedih-sedihan sama Mario, tapi—"     

"Tapi boong?" potong Rehan menaikkan sebelah alisnya. Merasa kematangan bacok yang sudah cukup, menjadikan dirinya lebih dulu memindahkan bacon ke satu tempat dengan miliknya.     

Nusa menghembuskan napas kala mendengar Rehan yang memotong pembicaraannya barusan. Ia tau kalau sang kakak tidak akan pernah di tipu, di bohongi saja pun cowok tersebut tau dan langsung menegurnya jika itu tidak benar.     

"Keliatan Sa dari mata kamu, kalau kamu bohong. Gak pandai bebohong dari Kakak, lebih baik bilang aja kejujurannya." ucap Rehan lagi, kini kompor sudah mati. Jadi, ia hanya tinggal menata isian sandwich yang memang sudah biasa dirinya buat sebagai makanan simpel yang paling cepat dibuat.     

"Nusa jadian sama El," ucap Nusa dengan cepat. Bahkan ia kini menutup matanya kuat-kuat karena takut melihat ekspresi wajah El yang menurutnya bisa saja terlihat menakutkan.     

Baru saja ingin mengiris pinggiran roti, Rehan langsung beralih pandang menatap Nusa. Terkejut? Tentu saja. Ia menaruh pisau roti di atas talenan, lalu benar-benar saat ini fokus dengan Nusa.     

"Kamu bercanda?"     

"Enggak, Kak. Sumpah aku gak bercanda, barusan tadi pulang sekolah di lapangan aku di tembak."     

"Terusan langsung kamu terima?"     

"Iya, habisnya romantis banget kayak di film-film."     

Rehan tepuk jidat dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. Sungguh, memang adiknya sangat polos. Tidak, bukannya ia tidak mau kalau sang adik menjalin hubungan dengan cowok.     

"Kamu tau kan kalau El gak bisa jaga kamu? Udah dua kali loh dia kecolongan dan Kakak yakin kalau dua kali masalah itu kamu dihadapi sama masalah besar, yang gak pernah mau di ceritain ke Kakak."     

Nusa menganggukkan kepala. Ia sangat tau kalau Rehan itu khawatir dengannya, namun ia tetap saja ingin mencoba memberikan kesempatan kepada El. "Emangnya gak boleh ya kalau aku semisalnya kasih kesempatan sama El? Gimana pun, dia dari awal Nusa masuk, dia yang nemenin aku, Kak." balasnya yang tentu saja membuat pembelaan.     

Rehan tau dan paham dengan apa yang dikatakan oleh Nusa, karena sejujurnya juga El memiliki banyak jasa untuk menjaga Nusa. "Kakak cuma khawatir sama kamu, Sa. Kakak takut kamu kenapa-napa," ucapnya yang berganti nada bicara menjadi seperti tercekat di ujung tenggorokkannya.     

"Kakak gak perlu khawatir—"     

"Gimana Kakak gak khawatir, huh?" potong Rehan.     

Nusa menghembuskan napas dengan perlahan, lalu menekuk senyumannya. Oke, mungkin ia akan mengeluarkan jurus yang tidak mungkin Rehan dapat menolak keputusannya untuk berpacaran dengan El. Akhirnya, ia memutuskan untuk menatap sang kakak dengan sorot mata puppy eyes. "Plisssss, Nusa suka sama El, Kak." aku-nya.     

Mendengar itu, tentu saja Rehan merasa tidak tega di saat Nusa sudah mengeluarkan jurus andalan yang membuat hatinya merasa tidak tega.     

"Oke oke. Tapi kalau nanti El macem-macem sama kamu—"     

"Gak akan, Kak. Nusa janji.." potong Nusa, lalu menjulurkan tangan ke hadapan Rehan untuk memberikan jari kelingkingnya. "Janji."     

Rehan yang melihat itu pun akhirnya menghembuskan napas, lagi dan lagi merasa harus kalah dengan keinginan sang adik. "Janji." ucapnya yang sudah menyambut jari kelingking Nusa, ia menampilkan senyuman. Melihat wajah sang adik yang mirip sekali dengan sang ibu menjadikan dirinya merasa sedih. "Yuk makan." sambungnya, melepaskan tautan jemari mereka. Ia beralih menata sandwich.     

Nusa merasakan kesedihan itu karena ia paham apa saja yang dirasakan oleh Rehan. Ia memilih untuk menganggukkan kepala, menurut dengan apa yang dikatakan cowok tersebut.     

Ia turun dari kursi pantry, kakinya sudah kembali berpijak di lantai. "Oke Kak, Nusa tunggu di meja makan." balasnya sambil tersenyum manis.     

Kenapa ia bersikeras untuk Rehan yang mempercayakan dirinya pada El? Karena ini adalah pertama kalinya ia jatuh cinta, jadi ingin merasakan bagaimana indahnya menjalin hubungan dengan seseoranh yang juga sayang kepada dirinya.     

"Nusa."     

Mendengar namanya di panggil, Nusa yang sudah mendaratkan bokong di atas kursi pun menolehkan kepala ke Rehan. "Apa Kak?"     

Terlihat kilatan di mata Rehan. "Kakak kasih kamu kepercayaan, Kakak harap kamu bisa pegang kepercayaan ini."     

…     

Next chaper     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.