Elbara : Melts The Coldest Heart

Perlakuan yang Romantis



Perlakuan yang Romantis

0Keesokan paginya. Semua murid cewek saling menatap iri ke arah Nusa yang benar-benar di perlakukan sangat sempurna oleh El. Ya, itu semua adalah impian mereka untuk mendapatkan perhatian dari cowok yang terkanl dingin dan luar biasa tampan.     
0

"Ih gila ya beruntung banget jadi Nusa, di tembaknya juga gila romantais banget."     

"Gue daridulu cuma bisa halu anjir ada di samping El, sekarang mau jadiin dia bahan halu-an aja kayaknya gak pantes."     

"Bener tuh, secantik-cantiknya kita, gak akan bisa ngalahin pesona-nya Nusa."     

"Bener, kita mah kentang di mata El. Mungkin kalau Nusa di mata El itu kayak berlian murni kali ya?"     

Banyak sekali yang membicarakan tentang hubungnan mereka. Namun seperti yang El katakan, ia menyuruh Nusa untuk tidak ambil pusing dengan perkataan orang lain yang tak lebih dari gosip saja.     

Nusa kini tertawa kala El yang kaku tengah menguncir rambutnya yang terurai jatuh lembut, mereka kini berada di kursi panjang depan kelas. Entah mengapa, menjadi banyak orang yang lewat hanya untuk memperhatikan mereka saja.     

"Kamu bisa gak sih nguncirin aku?" tanya Nusa sambil terkekeh geli, ia malah merasa juntaian rambutnya malah jatuh-jatuhan dan belum terikat, padahal sudah lima menit lamanya ia meminta tolong untuk di kuncir kuda.     

El yang tengah berusaha pun menganggukkan kepala walaupun Nusa tidak bisa melihat anggukkannya. Posisi cewek itu kini membelakangi tubuhnya, jadi tidak bisa melihat ekspresi satu dengan yang lainnya.     

"Bisa bisa." jawab El.     

Mendengar itu, Nusa hanya mengulum sebuah senyuman karena saat ini El sangat lucu. Menjadikan ikat rambut miliknya seperti gelang, sudah gitu berwarna merah muda yang malah membuat dirinya terlihat seperti cowok yang menggemaskan.     

"Kamu cocok pakai warna pink." komentar Nusa. Ia tidak menghiraukan tatapan iri yang dilontarkan oleh banyak murid cewek, ia menerapkan ketidakpedulian seperti yang di ajarkan seseorang yang kini berada di belakang tubuhnya.     

El yang mendengar itu pun menaikkan sebelah alisnya, refleks. Ia menahan rambut Nusa yang sudah terkumpul di genggamannya dengan tangan kiri, lalu menarik ikat rambut pink yang berada di tangan kirinya juga dengan tangan kanannya.     

"Kenapa emang? Warna hitam lebih bagus," balasnya. Ia menaikkan ikat rambut, lalu mulai menggunakkannya sebagai penahan rambut yang beraroma stroberi.     

Nusa berdehem, berusaha untuk tidak kembali teratawa. "Itu, pas ikat rambut aku ada di tangan kamu, warnanya masa cocok banget sama kamu." ucapnya.     

El yang telah selesai mengikat rambut Nusa pun cukup bangga dengan dirinya karena bisa menguncir rambut seorang cewek yang dimana ini adalah pertama kali bagi dirinya. "Masa?" tanyanya, yang seperti tidak tau harus menjawabnya dengan kalimat yang seperti apa. "Gimana? Kekencengan atau ikatannya gak cukup erat?" sambungnya yang bertanya mengenai hasil kuncirannya.     

Nusa menggerak-gerakkan kepala yang menjadikan kuncirannya juga ikut seperti melambai-lambai di udara. Ia tersenyum kala merasakan ikatan rambut hasil El sangat pas, tidak membuat akar rambutnya sakit yang terlalu kencang, atau ikatannya yang mengendur.     

"Bagus, nyaman." balasnya, lalu kembali memutar tubuh agar berhadapan dengan El. Kini, pandangan mereka bertemu. "Gimana, aku cantik gak kalau di kuncir kayak gini?" tanyanya, ia memang tidak pernah menguncir rambut saat di sekolah. Bahkan, saat jam pelajaran, ia hanya men-cepol adal rambutnya dengan japitan badai.     

Melihat Nusa dengan tampilan berbeda yang menampilkan leher jenjangnya, membuat El sama sekali tidak berkedip saat menatap cewek tersebut. Ia terpesona, benar seperti itu.     

"Cantik." komentar El, ia menunjukkan senyuman simpul yang terlihat sangat mendambakan sosok yang saat ini berada di sampingnya.     

"Ceweknya El mah gak ada yang gagal produksi."     

Tiba-tiba, terdengar suara bariton lagi. Menjadikan El dan Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, dan menemukan Mario yang sudah berada tak jauh dari Nusa.     

"Eh Mario." ucap Nusa yang mengubah posisi duduknya yang tadi menyerong ke arah El, kini meluruskan tubuhnya agar Mario yang sudah mendaratkan bokong di sampingnya dapat ikut mengobrol.     

Mario menganggukkan kepalanya. "Eh si cantik negor-negor, yang punya kayak singa." balasnya sambil menunjuk El yang sudah mendengus karena kehadirannya yang memang tidak pernah di waktu yang tepat.     

Nusa terkekeh, merasa El yang sedikit over terhadapnya, ia memilih untuk duduk lebih dekat dengan sang pacar jika dibandingkan dengan Mario. "Reza kemana? Biasanya kalian berduaan terus." ucapnya, melihat ke belakang Mario, namun tidak ada sosok yang dimaksud.     

"Ya elah, kayak kedengeran homo banget nih gue sama Reza. Tiap belum ketemu tuh cowok, pasti di tanyain kayak gitu." ucapnya sambil menganbil raut wajah sok sedih. "Tapi ngomong-ngomong sih dia lagi galau, tuh malah tiduran di kelas." balasnya.     

El yang mendengar itu pun merasa bersalah dengan Reza, tak biasanya sang sahabat menyendiri hanya karena seorang cewek. "Cariin yang baru, Rio, biar gak galau." ucapnya, mencodongkan sedikit tubuh agar bisa melihat wajah Mario karena pandangannya agak tertutupi oleh tubuh Nusa.     

"Wah gila, gak dulu deh bos ku. Gue aja masih jomblo, ini lagi malah jadiin gue kayak mak comblang." ucapnya, lalu mengangkat kedua tangan pertanda menyerah. "Gak bisa, gue udah kalah di medan sebelum peperangan." sambungnya, lalu menurunkan kedua tangan karena menarik perhatian murid lain.     

Nusa terkekeh mendengar jawaban Mario, cowok tersebut ada benarnya juga karena belum mendapatkan pasangan, malah di suruh El mencarikan cewek untuk satu sahabat mereka lagi. "Lagian Mario gak pacaran, kan jadinya keliatan banget tuh jomblo-nya." ucapnya sambil terkekeh kecil, meledek cowok di sebelahnya.     

El ikut terkekeh dengan perkataan Nusa, menjadikan dirinya menatap Mario dengan prihatin. "Kasian emang lo, makanya pacaran." ucapnya yang menimpali perkataan sang pacar.     

Mendengar kalau dirinya tengah di pojokkan menjadikan Mario mendengus, ia menatap El dan Nusa secara bergantian sambil menggelengkan kepala. "Tidak berpri-ke-jomblo-an, mentang-mentang udah official nih jadinya bisa ngeledek yang jomblo." ucapnya dengan nada bicara yang memprihatinkan.     

Nusa dan El terkekeh kecil. Oke, mereka berdua saat ini benar-benar menjadi pusat perhatian. Bukan, bukan Nusa yang kini di perhatikan melainkan mereka pada menatap ke arah El dengan perasaan yang seperti meleleh.     

Mario tau, bahkan paham kok kalau mereka berdua hanya mengatakan lelucon, jadi tidak ada yang perlu untuk di masukkan ke dalam hati. "Udah bisa mesra-mesraan nih sekarang, buat satu sekolah iri." ucapnya sambil menunjuk murid-murid yang sok berlalu lalang dengan dagunya.     

Nusa menganggukkan kepala, ia tiba-tiba memeluk lengan El dengan pelan karena yang dirinya peluk adalah tangan kiri cowok tersebut yang cedera karena kecelakaan. "Iya, soalnya Nusa sayang El, begitu juga dengan El yang sayang Nusa." ucapnya dengan ceria.     

El tersenyum kala mendengarkan pengakuan yang dikatakan oleh Nusa, ia sama sekali tidak keberatan. Malah, kini tangan kanannya terjulur untuk mengelus puncak kepala cewek di sampingnya dengan lembut.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.