Elbara : Melts The Coldest Heart

Serunya Pelajaran Pak Jordan



Serunya Pelajaran Pak Jordan

0"El, satu di tambah satu, berapa?"     
0

Nusa yang bosan dengan mata pelajaran Pak Jordan, guru Seni Budaya yang tengah duduk manis di kursi, memberikan tugas kepada seluruh murid untuk membuat sketsa wayang. Maka, ia memilih untuk menyalurkan kebosanannya pada cowok di sampingnya ini.     

Mendengar itu, El menaikkan sebelah alisnya karena tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. Sudah jelas kalau pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tentu saja dapat di jawab oleh anak SD —Sekolah Dasar—, dan untuk apa malah ditanyakan kepadanya?     

"Udah jelas jawabannya dua, emang ada spesifikasi jawaban yang lain?" jawabnya, melirik sekilas ke lembar kerja Nusa yang ternyata sang pacar sudah menyelesaikam tugas dari Pak Jordan dengan cukup cepat, hasilnya juga lumayan.     

Nusa menganggukkan kepala, namun di detik selanjutnya berubah menjadi gelengan. "Emang jawabannya dua, tapi kurang tepat." ucapnya sambil memberikan raut wajah yang mampu membuat sang lawan bicara-nya penasaran.     

El menaikkan sebelah alisnya, kini, ia lebih memilih untuk meninggalkan tugasnya yang baru setengah jadi karena mulai menyerahkan segala perhatiannya ke Nusa. Ia duduk menyerong, lalu menatap cewek tersebut seolah-olah meminta jawaban yang benar. "Terusnya apa? Kalau bukan dua, sebelas, gitu?" tanyanya yang malah kembali menebak.     

Menggelengkan kepala dengan mengulum sebuah senyuman. "Jawabannya adalah…. Jendela." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Wajah El terlihat kebingungan, bahkan saat ini malah seperti anak kecil yang tidak maksud dengan percakapan para orang dewasa, ya seperti itulah perumpamaannya saat ini. "Apaan sih lo? Gak jelas." balasnya sambil mengusap wajah dengan perlahan, merasa tidak sampai dengan jawaban yang dikatakan sang pacar.     

"Ih bener dong, nih aku tunjukkin buktinya kalau satu tambah satu sama dengan jendela."     

Nusa merebut pensil yang berada di tangan El, padahal ia juga memiliki pensil yang berada di hadapannya yang jauh lebih terjangkau.     

El menyimak. Ia memperhatikan di saat Nusa membuat soal yang ternyata setiap garis di sambungkam hingga terbentuklah sebuah jendela. "Astaga…" gumamnya yang baru menyadari, setelah itu ia terkekeh sambil mengelus puncak kepala Nusa dengan perlahan dan gemas. "Udah cantik, pinter pula, siapa lagi kalau bukan pacar gue?" sambungnya.     

"CIE CIEEEEEEE!!"     

Tiba-tiba, terdengar suara sorakan dari satu kelas ini. Menjadikan Nusa langsung mengedarkan pandangannya, dan ia melihat kalau sudah banyak murid yang menoleh ke arah dirinya dan El dengan senyuman menggoda karena kemungkinan besar kalau mereka merasa gemas saat menyaksikan kedua orang yang tengah di mabuk asmara. Apalagi saat mendengar perkataan El, romantis.     

El mah hanya cuek saja, lalu kembali menarik tangannya yang mengelus puncak kepala Nusa menjadi diletakkan di atas meja.     

Nusa menundukkan kepala, pipinya bersemu merah.     

"Pak Jordan, tuh ada yang pacaran Pak! Gak tau tempat!" Tiba-tiba, Priska berseru mengadu, ia menjadi kompor yang menyalakan api supaya target sasarannya panas.     

Satu kelas menjadi bungkam dan menolehkan kepala ke Pak Jordan yang sama juga tengah memperhatikan Nusa dan El.     

Nusa mengutuk kecerobohannya dalam hati, pasti nanti dia dan El akan di hukum karena hal ini.     

Pak Jordan berdehem. Lalu beralih pandang ke arah Priska yang mengadukan hal yang jelas-jelas sudah dapat dirinya lihat dengan mata kepala. "Yang saya lihat sih biasa aja ya, toh El cuma elus kepala Nusa dan itu bukan tindakan tercela di ruang lingkup kelas." ucapnya.     

Pak Jordan adalah guru idaman murid cewek juga, karena selain mudah bergaul dan terlihat seperti guru yang sangat update. Dia juga pernah merasakan muda, jadi tidak terlalu membanding-bandingkan masa muda dulu dengan sekarang.     

"Tuh dengerin mak lampir!" sahut Mario yang sewot, ia kesal-lah karena Priska terlalu memiliki mulut yang comel.     

Priska berdecak, setelah itu memutar kedua bola mata, seolah tidak seharusnya mengindahkan apa yang dikatakan oleh Mario karena cowok itu termasuk ke dalam tipikal cowok yang menyebalkan. "Tapi Pak, mana ada tuh bukannya ngerjain tugas, malah pacaran. Bapak cek aja tuh sendiri, kerjaan mereka belum selesai!" ucapnya yang menuduh.     

"Sotoy, ciri-ciri cewek sotoy!" seru Reza.     

Priska mendelik. "Ayo coba Pak, introgasi aja tuh Nusa." tak mau kalah.     

"Kalah saing mah kalah aja mbak, gak usah kayak begitu, nenekkkkk." ledek Mario yang menjadi ikut-ikutan saja.     

Kalau sisa murid sih memilih untuk menyimak, terkadang terkekeh kecil mendengar ucapan Mario yang mencela Priska dengan lucu, namun mereka juga was-was takut-takut nanti ada yang melirik dengan sangat sinis seolah-olah berkata 'kalau kalian ngetawain, abis lo sama kita'.     

Pak Jordan menganggukkan kepala. "Oke, oke daripada kamu ricuh sendirian." ucapnya, lalu mulai beranjak dari duduk dan menghampiri kedua muridnya yang di sangka telah melakukan perbuatan berpacaran oleh Priska.     

Ia menatap lembar kerja Nusa, dan tersenyum saat mendapati muridnya itu sudah membuat sketsa dengan bagus, dalam jangka waktu yang lumayan cepat. Ia mengambil kertas tersebut, lalu memperlihatkan ke murid lain, mengangkat kertas tersebut tinggi ke udara. "Bapak udah liat hasil kerjaan Nusa, dia sudah selesai, yang dalam artian tidak mengganggu tugas pembelajaran."     

Satu kelas tepuk tangan melihat hasil karya Nusa yang bagus, membuat sang pemilik mendongakkan kepala menatap satu kelas sambil mencicit perkataan terimakasih.     

Pak Jordan beralih ke El, melihat lembar kerja muridnya yang terlenal dingin itu. "Bagus, El juga selalu bagus mengerjakan tugasnya." ucapnya sambil meletakkan kembali kertas gambar milik Nusa ke hadapan cewek tersebut.     

Reza dan Mario menyoraki Priska secara bersamaan.     

"Tuhkan, emang dasarnya aja tuh Pak, nenek lampir biang onar alias fitnah-fitnah terus." ucap Mario, menatap Priska dengan tatapan meledek, bahkan lidahnya pun terjulur.     

Reza menganggukkan kepala. "Mau manas-manasin, malah dia jadinya yang kepanasan Pak."     

Priska menatap Nusa dan El secara bergantian dengan sorot mata yang tidak percaya.     

Pak Jordan kini malah melangkahkan kakinya ke arah meja Priska, muridnya yang satu itu justru menutupi lembar gambarnya dengan buku. "Kerjaan kamu mana? Bapak mau liat sketsa kamu."     

Mendengar ucapan Pak Jordan, menjadikan seluruh murid menatap ke arah Priska dengan penasaran. Eh, tapi mungkin hanya El saja yang tidak penasaran, terbukti dari cowok itu yang kini malah lebih memilih untuk melanjutkan menggambar sketsa.     

Priska mendengus, setelah itu pun mau tidak mau, dirinya mendorong buku yang menutupi kertas gambarnya.     

Kosong, masih kertas putih yang sama dengan awal pembagian kertas pada setengah jam lalu.     

Melihat itu, satu kelas tertawa. Begitu juga dengan Nika yang memang rada-rada, namun langsung di senggol oleh Disty.     

Pak Jordan menggelengkan kepalanya. "Toh ya ndok, kalau masih ada kerjaan itu kerjain, jangan ngurusin orang. Bapak tau kamu iri, kan? Makanya gih cari sasaran baru." ucapnya, menggelengkan kepala.     

Sudah di bilang, Pak Jordan tau segalanya.     

Mungkin, kelas di jam pelajaran Pak Jordan kali ini terasa lebih seru jika dibandingkan dengan sebelumnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.