Elbara : Melts The Coldest Heart

Bitterballen Perantara Tawa



Bitterballen Perantara Tawa

0"El buka mulutnya, mau Nusa suapi."     
0

Nusa menatap El dengan sorot mata yang penuh dengan kecintaan dirinya terhadap cowok cool yang menjadi dambaan tiap cewek di sekolah. Oke, tidak perlu khawatir karena El sendiri-lah yang memilihnya.     

Berarti, Nusa tidak akan kalah saing dengan siapapun karena ia adalah pilihan seorang El.     

Mendengar itu, El menaikkan sebelah alisnya. Padahal, makanan mereka itu sama, yaitu beef bitterballen yang artinya di suapi ataupun tidak ya rasanya akan tetap sama.     

"Kenapa emang? Gue bisa makan sendiri." balas El. Memangnya siapa yang mengatakan kalau ia sudah berubah 180 derajat menjadi cowok dengan karakteristik romantis yang peka terhadap pasangan? Tentu saja ia belum mencapai fase tersebut, dan masih banyak hal lagi yang harus dibenahi sebelum mengubah prilaku.     

Nusa menatap piring milik El, lalu mendengus di kala melihat makanna cowok itu masih banyak, tapi di piringnya sisa sedikit. Dalam artian, ia malah terlihat seperti cewek rakus yang kelaparan.     

"Kalau gak mau buka mulut, berarti El gak sayang sama aku, ya?"     

Mendengar itu, El terkekeh kecil. Setelah itu, ia berdehem untuk melihat Nusa dengan tatapannya yang seolah meminta penjelasan perkataan. "Emangnya bisa ya rasa sayang di ukur dari mau gak-nya buka mulut?" tanyanya, menatap serius cewek yang berada tepat di hadapannya.     

Nusa bukannya menentang, justru malah menganggukkan kepala dengan perlahan. "Iya lah, berarti kamu gak mau di suapi aku, gak sayang nih ya sama aku." ucapnya yang menarik tangan yang tadinya menggantung di udara.     

"Ya udah sini lo, ngambek terus." ucap El, dengan cepat menahan tangan Nusa sebelum cewek itu menariknya.     

Nusa tersenyum manis. "Nah gitu dong, berarti El sayang sama Nusa nih." ucapnya begitu satu buah bitterballen yang memang berukuran kecil, jadi bisa di makan hanya dengan satu suapan saja.     

El mengunyah makanan yang di berikan Nusa untuknya, ia melihat ke arah piring, dan di sana juga masih ada makanannya yang tersisa banyak.     

Dengan inisiatif, El meraih garpu. Lalu, menusukkan bitterballen tersebut ke alat makan. "Nih gantian," ucapnya sambil menjulurkan tangan.     

Ya, jadilah mereka yang saling menyuapi satu sama lain, terlihat sangat romantis.     

Nusa mengerjapkan bola matanya. Ia sama sekali tidak berniat untuk El yang membalas perlakuannya dengan serupa, namun ternyata cowok tersebut malah melakukan hal yang mampu membuat kedua pipinya bersemu merah.     

"Eh?"     

"Lo mau gue suapi gak? Kalau gak mau, gak jadi."     

Sebelum El menarik tangannya, Nusa sudah mencodongkan tubuh bersamaan mulutnya yang mengambil suapan dari sang pacar. "Timaaci." balasnya, lalu mengunyah makanan itu dengan perlahan-lahan.     

El menganggukkan kepala, menarik kembali tangannya dan menatap Nusa tanpa kedipan. Sejujurnya, ceweknya itu terlihat sangat manis dan menggemaskan, entah harus mengatakannya berapa kali supaya paham seberapa beruntungnya ia memiliki seorang Nusa.     

"Lo cantik."     

"Uhuk!"     

Nusa tersedak, dengan cepat meraih minuman, yaitu jus jeruk yang dipesankan El untuk dirinya. Ia meneguk dengan cepat sambil terbatuk-batuk kecil.     

Melihat itu, El terkekeh kecil. Ayolah, ia hanya mencoba untuk memuji Nusa, apa efeknya sangat mengejutkan seperti itu?     

Merasa sudah baikan karena tersedak, Nusa mengatur napas yang memang menjadi berantakan. Ia menatap El dengan polosnya, sambil meletakkan kembali gelas di atas meja. "Kaget aku kamu puji aku kayak begitu," gumamnya dengan kecil. Sungguh, saat ini dirinya tengah malu.     

El menaikkan sebelah alis, bahkan kedua bahunya pun ikut terangkat. "Mana gue tau, gue cuma bilang apa yang gua liat." balasnya.     

Nusa menatap El, lalu menopang kepala dengan kedua tangannya yang sudah diletakkan di atas meja. "Kalau aku bilang El ganteng, kamu bakalan malu kayak aku gak?" tanyanya, di tambahkan dengan tatapan super menawan yang seperti tengah berusaha membuat cowok di hadapannya bertingkah serupa dengannya.     

Mendengar itu, menjadikan El mendengus kecil. Ia menggelengkan kepala. Tentu saja 'bersemu'-nya seorang cowok itu tidak seperti kaum cewek, kaum-nya hanya akan merasa diam-diam senang yang merekah di dalam hati.     

"Enggak, udah banyak yang bilang gue ganteng."     

"Oh jadinya maksud El, aku bersemu karena kamu bilang aku cantik, terus artinya gak ada orang yang bilang aku cantik, begitu?"     

Ucapan Nusa sangat menggemaskan, apalagi saat El melihat cewek tersebut yang kini sudah meletakkan peralatan makan seperti garpu yang di genggam, beralih menjadi berkacak pinggang dengan wajah yang dibuat-buat tengah marah.     

"Apa? Kamu marah sama aku, atau bagaimana?" tanya El, meledek Nusa walaupun dengan raut wajahnya yang cukup datar.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu mendengus layaknya banteng yang melihat warna merah dan seperti akan bergerak untuk menyeruduknya. "Iya, takut kan?!" serunya.     

Entah Nusa dan El yang terlalu tidak peduli dengan keadaan, atau memang para murid lainnta sadar kalau mereka mampu bertingkah sebebas mungkin dan yang cewek juga tidak kenal malu? Namun bukan berarti Nusa itu memiliki sifat yang malu-maluin, ya!     

Kini, mereka menjadi tontonan beberapa murid yang memang terhibur dengan tingkah mereka.     

Ya selayaknya goals relationship, mereka benar-benar mampu mengguncang sekolah.     

"Enggak, ngapain takut sama lo?"     

"Kalau aku kayak iblis, gimana? Kan kalau jadi iblis aku serem, pasti kamu takut sama aku, iya kan?"     

"Gak mungkin, lo pantesnya jadi malaikat. Iblis udah diperanin sama Priska."     

"Ih aku lagi serius, tau!"     

"Gue juga serius bilang lo cantik."     

Mengalah, Nusa tidak tau lagi apa yang saat ini dirinya rasakan. Semakin lama seperti menunjukkan raut wajah sebal karena di goda, semakin itu juga El malah merasa harus menggodanya secara tersirat.     

Lelah, Nusa mengembalikan tangan yang sebelumnya berkacak pinggang menjadi kembali meletakkan keduanya di atas meja.     

"El nyebelin banget sih sekarang," gumamnya. Lalu bersikap pura-pura tidak ingin melihat ke sang lawan bicara.     

El menaikkan sebelah alisnya, ia tau kalau cewek marah itu pasti bisa di sogok dengan makanan karena marah-marah bisa membuat lapar. "Nih bitterballen gue," ucapnya sambil mendorong piring berisikan makanan yang mungkin baru dirinya makan 4 buah saja, ke hadapan pacarnya.     

Nusa mendengus, lalu menjulurkan lidahnya. "Huh, wle! Mending daripada gak ke makan, aku aja nih yang makan. Marah-marah jadi laper," ucapnya yang mengambil piring milik El tanpa gengsi sedikitpun.     

"Oh lo marah?" tanya El, mengulang.     

Nusa menganggukkan kepala. "Iya lah, emangnya ngapain lagi?" tanyanya, garang.     

"Oh kirain ngajak bercanda."     

Dalam diam, El mengulum sebuah senyumna geli dan kini menundukkan kepala sambil meriah ponsel. Posisinya menjadi pura-pura bermain ponsel, ia sudah menebak apa yang akan dilakukan oleh Nusa.     

Wush     

Sebuah casing hp mendarat di pangkuan El.     

"Dasar pacar nyebelin! Tau gitu tetep jadi kulkas berjalan aja sana, huh."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.