Elbara : Melts The Coldest Heart

Badmood, Cireng Solusinya!



Badmood, Cireng Solusinya!

0"Udah lah boy, lo jadi galauers gini. Sedih gue mah liatnya, gue kata juga apa… Alvira pasti bakalan sama Bian. Lo-nya aja batu banget,"     
1

Ya, mereka dengan El duduk terpisah. Kini, Reza dan Mario duduk di sudut lain karena mereka berdua memberikan pengertian bagi El dan Nusa supaya bisa istirahat berduaan, ya walaupun saat di kelas pun juga selalu berduaan karena duduk samping-sampingan.     

Kini, tugas Mario adalah menenangkan Reza yang kembali di landa musibah pada hatinya. Bayangkan saja, cowok yang paling dan sangat-sangat tulus ternyata salah menempatkan perasaannya. Dan kini malah terlihat menjadi seperti cowok bodoh yang seolah tidak bisa melepaskan.     

"Nanti anterin El ke rumah sakit, lo gak lupa kan jadwal dia buat cek luka?" Reza malah menjawab perkataan Mario dengan lain topik. Ya padahal si saat ini di isi kepalanya selalu terlintas permasalahan yang membuatnya pusing.     

Mario menganggukkan kepala, urusan sahabat sudah pasti tidak akan dirinya lupakan. "Iya lah gue inget, ya kali lupa, sahabat macem apaan gue kalau lupa. Nanti balik sekolah pasti dia nganterin Nusa dulu, tapi kalau tub cewek mau ikut si oke-oke aja."     

Ia menyadari kalau Reza mengubah topik pembicaraan, namun tetap saja ia menjawabnya.     

"Oke."     

Seakan ingin menghentikan pembicaraan sampai di sini saja, Reza memilik untuk memalingkan wajah dari Mario ke arah piringnya yang berisi dua setengah cireng. Kenapa dua setengah? Ia pesan tiga, satu-nya sudah di makan setengah, dan malah setengahnya lagi tidak napsu.     

"Kalau begini, kan jadi kasian sama cirengnya gak lo sentuh, mubazir."     

"Kesian tuh sama gue, oneng."     

"Ya lo gue kasianin malah ngelunjak emang minta di gampar sih bocahnya,"     

Mario menatap Reza dengan bingung. Tadi saat diberikan nasehat, cowok tersebut malah tidak membalasnya seolah-olah tuli. Sedangkan saat dirinya mengasihani makanan, di sangka kalau dirinya tidak mengasihani Reza. Ternyata seorang cowok bisa menjadi cewek yang terasa serba salah, ya?     

Reza tertawa ringan, lebih tepatnya sih tertawa yang tidak minat sih ya. Ia langsung saja menghembuskan napas di detik berikutnya, lalu tangannya terjulur untuk meraih segelas es teh yang terlihat jauh lebih menyegarkan.     

Diteguk-nya es teh tersebut sampai menyapa dinding tenggorokkan, rasanya sangat lega sekali.     

"Minum dulu, Rio. Kali aja lo haus, nanti malah jadi darah tinggi soalnya marah-marah terus." ucap Reza yang memberikan saran kepala Mario sekaligus menolehkan kepala ke arah cowok tersebut dengan sekilas. Menaruh gelas di atas meja, lalu tatapannya jatuh pada El dan Nusa yang tengah saling suap-suapan.     

Jika saja Alvira bisa berdamai dengan masa lalu dan juga bisa melupakan Bian, pasti mereka juga bisa seperti El dan Nusa yang terlihat seperti relationship goals.     

"Jangan iri juga kali, Za. Nanti juga kalau jodohnya, ya gak kemana. Bakalan dateng sendiri kok ke lo," ucap Mario yang paham dengan pandangan Reza sekarang terarah ke El dan Nusa. Memang, dapat di akui kalau kedua insan itu kini tengah menjadi top news di sekolah mereka.     

Reza mendengus, lalu menggelengkan kepala. Ia memutuskan untuk menyudahi tatapan ke arah sahabatnya yang memang baru pertama kali jatuh cinta. "Gue gak iri sama El, gua ya bahagia gitu akhirnya dia bisa berubah dan nemu cewek yang tepat. Ya walaupun mikir dan jadiin perbandingan sama kisah gue dan Vira, ya… gak ada gunanya juga sih iri sama sahabat sendiri."     

Kala mendengar apa yang dikatakan oleh Reza, tentu saja Mario merasa bangga dengan cowok satu itu karena paham dengan situasi. Menjadikan dirinya tersenyum manis.     

"Dih ngapa lo senyum-senyum ke gue? Kesambet? Serem bege,"     

"Ya gue mah bangga aja sama lo, semoga lo bisa dapetin cewek terbaik. Priska contohnya,"     

"Sialan lo," Reza mengumpat kecil. Sudah di katakan kalau ia sama sekali tidak berniat dekat apalagi menjalim hubungan dengan makhluk yang memiliki nama Priska. Bukannya gimana-gimana, ia tidak ingin memiliki pasangan hidup yang tukang menindas orang-orang kecil.     

Mari tertawa, lalu memijat pangkal hidungnya. "Duhhh sorry banget nih, gue bercanda anjir. Sumpah, gak ada niatan sih sebenernya, tapi lucu juga kalau pacaran sama musuh bebuyutan."     

"Pala lo bebuyutan,"     

Mendengar perkataan Mario yang tiada habis menjadikan perut Reza berbunyi lapar, ia segera mengambil cireng yang tersisa setengah, lalu melahapnya. Cireng isi ayam pedas memang selalu menggugah selera, namun tidak dengan kali ini.     

Mario menatap piringnya yang juga masih berisikan bala-bala, risoles isian daging cincang serta mayonaise, juga ada kentang goreng.     

Menu di kantin ini sebenarnya simpel, ada juga menu berat. Namun beberapa ada camilan sederhana, namun isiannya saja yang terkadang di kombinasikan sehingga harganya jauh lebih mahal daripada dengan harga pasaran.     

"Lo kan lagi nyoba move on nih, nanti makanya ikut El ke rumah sakit. Kali aja lo dapet cewek suster."     

"Suster ngesot?"     

"Anjir, gue gak bilang apa-apa loh ya lo yang bilang sendiri."     

Mario tergelak tawa. Beberapa kali dirinya menjadi pusat perhatian para murid yang tengah berlalu lalang, banyak juga yang ikutan tertawa karena tawanya memang menular.     

Reza mendengus, memutar kedua bola matanya. Tidak peduli lagi apa yang dikatakan oleh Mario, akhirnya ia memutuskan untuk menikmati makanan pengganjal perutnya saja.     

"Eh eh, lo liat tuh ada siapa." ucap Mario yang menyenggol lengannya dengan heboh.     

Apa tidak bisa semenit saja Mario diam dan membiarkan Reza menikmati makanannya kali ini, walaupun hanya cireng? Tidak bisa, kah?     

Bukannya menoleh ke tempat dimana sahabatnya tunjuk, ia malah menatap Mario dengan sebal. "Lagi makan ini loh gue, lo senggol-senggol gitu, gimana kalau gue keselek cireng? Mana isiannya pedes banget," ucapnya sambil berdesis pelan karena kini rasa pedas menjalar ke setiap inci ruang di dalam mulutnya.     

Mario berdecak, sungguh tidak peduli jika Reza tersedak atau apapun itu. Tangannya terlujur untuk meraih rahang Reza agar melihat kemana dirinya akan menunjukkan sesuatu.     

Akhirnya, Reza melihat ke arah yang berusaha untuk ditunjukkan oleh Mario. Setelah itu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau …     

"Itu Bian kan, sama Moli?" tanya Mario yang mewakili pertanyaan Reza saat ini, ia terkadang bisa beralih profesi seperti cenayang.     

Reza menganggukkan kepala dengan perlahan. "Iya itu Bian, tapi siapa Moli? Gue gak kenal," balasnya sambil menurunkan kedua tangan Mario yang berada di rahangnya karena tingkah cowok tersebut, ia tidak bisa mengunyah makanan.     

"Moli, ogeb. Yang di kabarin jadi temen Nusa, terus juga dia juara satu Olimpiade fisika, gila gak?"     

Mendengar itu, Reza akhirnya tau. Lalu pikirannya melayang ke lain hal. "Anjir, jangan sampai ada perang antara Moli sama Alvira nih. Bisa-bisa seganas perang Alvira sama Nusa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.