Elbara : Melts The Coldest Heart

Permintaan Pulang Bareng



Permintaan Pulang Bareng

0Jam istirahat telah berakhir, dan yang membuat para murid bersorak senang seluruh kelas adalah mengenai tentang kepulangan cepat mereka karena akan di adakan rapat guru mengenai kelas 12 atau bisa di samakan dengan 3 SMA yang ingin melaksanakan ujian Nasional.     
0

Menjadikan kini, seluruh murid setelah membaca doa sebelum pulang, langsung saja berhamburan keluar kelas.     

Ada yang berniat langsung pulang ke rumah karena ingin beristirahat dan tertidur, ada juga yang jalan dengan sang kekasih —tentu saja berlaku untuk yang satu sekolahan—, ada yang memutuskan untuk berjalan-jalan dengan teman ke mall, ada juga yang memutuskan untuk bermain di salah satu rumah temannya dan melakukan girls time atau bergibah seperti layaknya cewek pada umumnya.     

Dan kini, Reza dan Mario saling bertatapan.     

"Gak ada ya lo ceritanya malah hangout sama Nusa, ayo kita cek dulu gimana tuh tangan lo." ucap Reza yang menatap El dengan serius, ia tidak ingin temannya terlihat dengan tangan ter-perban seperti menunjukkan sedang lemah —padahal mah tidak—.     

Mario menganggukkan kepala, kali ini setuju dengan apa yang dikatakan oleh Reza. Biasanya, mereka selalu bertentangan, tapi kalau membawa-bawa El, ia menjadi setuju. "Kan hangout bisa nantian, gue tau banget lo baru punya cewek tapi kan kesehatan nomor satu."     

Selagi Nusa yang sedang membuang sampah di depan kelas, mereka berdiskusi kecil lebih dulu.     

El menatap Reza dan Mario dengan bimbang. Pasalnya, ia memiliki rencana untuk mengajak Nusa pergi menonton bioskop bersamanya. Namun di satu sisi, apa yang dikatakan oleh kedua cowok ini ada benarnya juga.     

"Eh kenapa kalian? Mukanya pada tegang banget nih," tiba-tiba terdengar suara Nusa yang membuat mereka bertiga langsung saja menolehkan kepala ke arah cewek tersebut.     

Entah mengapa, bukannya menjawab malah mereka saling tatap-tatapan satu sama lain. Menjadikan Nusa menaikkan sebelah alisnya merasa bingung dengan apa yang mereka lakukan. "Apa sih? Emangnya lagi bahas apa?" Ia bahkan sampai kembali bertanya. Melihat barang-barang sekolah seperti alat tulis atau buku yang tidak ada di meja —berarti semua sudah kembali masuk ke tasnya—, ia langsung saja meraih tas dan memakainya di punggung.     

El menggelengkan kepala. "Enggak, langsung balik, kan?" tanyanya.     

Nusa yang mendengar itu pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya lah langsung pulang, Nusa juga mau nyuci nih. Lagi ngirit gak mau nge-laundry dulu sebulan ini." balasnya sambil tersenyum kecil.     

Mendengar itu, Reza dan Mario merasa lega. Karena takutnya Nusa mempunyai harapan supaya El membawa dia jalan-jalan, atau kemana.     

"Kita ke rumah sakit dulu gak masalah, kan? Ngecek tangan El, nanti kita anterin lo balik dulu. El juga bawa mobil, nanti ke rumah dia dulu biar nanti motor gue sama Mario di taro sana." ucap Reza yang mewakili ucapan kedua sahabatnya.     

El menganggukkan kepala, seolah meminta persetujuan, juga menunggu respon dari sang pacar. "Boleh, kan?" tanyanya, malah terdengar seperti anak kecil yang meminta perizinan dari sang mamah.     

Mendengar itu, Nusa tentu saja menganggukkan kepala, lalu terkekeh kepada El yang entah mengapa menggemaskan. Tangannya terjulur untuk mencubit gemas pipi kanan dan kiri cowok tersebut. "Atuh gak masalah lah gantenggg ku, KABURRRRRRR!" Setelah itu, ia mengambil langkah seribu menuju keluar kelas.     

El melongo, ia belum sadar sampai pada detik berikutnya. "Anjir muka gue."     

"Mati lo jerawatan besok gak ganteng lagi." ucap Mario sambil tertawa yang menjadi kompor, memanas-manasi keadaan adalah hobinya.     

Reza tertawa juga. "Nah kan, mampus lo besok muka lo bentol-bentol merah."     

El menghembuskan napas. "Anjir-lah." gumamnya, untung ia sabar. "Untungnya dia cewek gue."     

Setelah itu, ia memutuskan untuk berjalan lebih dulu dengan tas yang sudah tersampir di bahu kanannya saja. Di ikuti dengan Reza dan Mario yang memang selalu menyusulnya, namun kini langkah mereka bertiga sudah sejajar.     

"Misi dong, Nusa mau lewat."     

Mendengat itu, mereka serempat menoleh ke arah Nusa yang tengah di hadang oleh… Bian?     

Suasana koridor yang sudah sepi menjadikan El dengan leluasa bertingkah dan bergerak, ia mendekati Nusa dan menghentikan langkah tepat di samping cewek tersebut. Ia meraih pinggang sang pacar dengan posesif. "Ada urusan apa ya lo sama cewek gue?" tanyanya dengan mata tajam bagaikan elang yang tengah mengintai sumber makanan.     

Bian menatap El, lalu entah kenapa dirinya malah mengangkat bahu. "Emangnya kenapa? Gak boleh?" tanyanya, mungkin ini adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah dirinya lontarkan.     

Nusa menepuk kening, merasa aneh dengan jawaban Bian. "Udah deh, Nusa gak mau lagi ada pertengkaran yang cuma gara-gara aku doang." ucapnya yang akhirnya mengatakan kalau ia tidak suka saat El dan Buan berkelahi untuk dirinya.     

El menarik tubuh Nusa, sampai terasa tubuh mungil itu sudah sepenuhnya berada di dekatnya. "Bilang mau lo, abis itu enyah." ucapnya yang benar-benar tidak suka dengan kehadiran Bian, karena bagaimana pun, ia tau kalau cowok yang berada di hadapan Nusa itu pernah menyelamatkan pacarnya yang dalam artian kemungkinan besar memiliki perasaan dengan Nusa. Hei, ia hanya menebak kok! Bisanya, feeling seorang cowok itu juga tidak jauh-jauh dari kenyataan.     

"Lo mau cek tangan lo kan, El?"     

"Iya."     

"Ya udah, Nusa balik sama gue aja, gimana?"     

"Maksud lo apa?"     

"Gue sekalian ada perlu sama dia, El."     

Nusa juga kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Bian, pasalnya tadi cowok itu belum mengatakan apapun, baru hanya menghadang jalannya dan tiba-tiba muncul El dengan Reza dan Mario yang memilih untuk tidak ikut campur.     

El menyipitkan kedua bola mata, seperti menatap Bian dengan sorot mata intimidasi yang sangat kentara. "Perlu apaan?" tanyanya yang was-was.     

Nusa yang merasakan kalau El semakin menarik tubuhnya masuk ke dalam pelukan cowok itu pun langsung saja mendaratkan tangan di atas punggung tangan El untuk mengelusnya dengan gerakan yang lembut.     

Jangan di tanya, tentu saja Bian melihat semua itu dengan jelas tanpa di beri tahu. "Enggak, lo tenang aja El. Gue gak bakalan ambil cewek lo, selow. Gue juga lagi naksir sama cewek, tapi gue mau minta bantuan sama Nusa." ucapnya sambil menunjuk cewek cantik yang berada di samping cowok yang justru terlihat sangar.     

"Kenapa Nusa? Cewek lo banyak." ucap El yang masih belum terima.     

"Ya kalau gak boleh sih gak masalah gue," Ucap Bian sambil menolehkan kepala sepenuhnya ke arah Nusa, sorot matanya seolah-olah memberitahu kalau dirinya membutuhkan pertolongan dengan sangat. "Ini tentang Moli." gumamnya, hanya tertuju untuk Nusa.     

Tentu saja Nusa mengenal nama itu, lalu tersentak kecil, di detik selanjutnya tersenyum. Ia menolehkan kepala ke arah El, lalu memberikan senyuman manis untuk sang pacar. "Nusa ikut Bian, janji kita gak ngapa-ngapain. Percaya sama aku, oke?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.