Elbara : Melts The Coldest Heart

Bimbingan Konseling Cinta



Bimbingan Konseling Cinta

0Kini, di tempat yang sangat sepi namun penuh dengan hawa yang membawa ketenangan. Nusa menatap Bian yang tengah berdiri di tepian danau, cowok tersebut tadi meminta sedikit waktu kepadanya untuk melempar beberapa batu ke danau. Katanya, supaya hatinya rileks karena belum sempat bercerita.     
0

Mereka sampai di sini sekilat 10 menit yang lalu, belum ada percakapan serius seperti apa yang dikatakan oleh Bian kepada dirinya di sekolah tadi.     

Nusa tidak keberatan jika Bian lebih dulu berancang-ancang sebelum memulai berbicara kepadanya.     

Hembusan angin menerpa permukaan kulit Nusa dengan membawa kesejukan. Entah mengapa, jam yang termasuk pagi hari ini berawan, namun seperti tidak mengarah akan turun hujan.     

Nusa hanya menunggu sambil bertukar pesan dengan El yang sebenarnya sangat khawatir saat dirinya membuat kepercayaan di antara mereka berdua, apalagi saat dirinya mencoba untuk meyakini sang pacar yang memilih untuk melihatnya dengan sorot mata yang datar.     

| ruang pesan |     

El     

Lo serius kan gak di apa-apain, Sa?     

Nusa terkekeh kala membaca pesan yang diluncurkan El kepadanya. Ada-ada saja pikiran sang pacar, segitu khawatirnya.     

Nusa     

Enggak, El.     

Nusa     

Send a picture     

Ia memilih untuk mengirim foto selfie-nya yang mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.     

El     

Coba foto Bian.     

Nusa     

Ih ngapain juga? Males banget aku foto cowok lain, kalau foto-foto kamu sih gak masalah     

El     

Iya juga ya     

El     

Ya udah, jaga diri. Gue mau di periksa nih,     

Nusa     

Oke El-aku… ya udah gih, semoga cepet sembuh!     

El     

*emoticon cium     

| ruang pesan berakhir |     

Nusa tidak membalas pesan terakhir El yang hanya mengirimnya sebuah emoticon cium yang berhasil membuat kedua pipinya terasa panas, seperti langsung menjalar sampai ke telinga.     

Bisa-bisanya El bersikap begitu dan sangat teramat membuat dadanya berdebar tak karuan, sungguh entah apa yang dirasakannya saat ini tidak bisa di ungkapkan hanya sekedar dengan kata-kata saja.     

"Ngapa lo senyam-senyum sendirian, gak kesambet apa-apa kan ya?"     

Mendengar suara bariton itu membuat Nusa tersentak, lalu buru-buru mengeluarkan ponselnya dari room chat bersama El menjadi ke home screen.     

"Eh, iya nih." balasnya sambil menggeser duduknya sampai tepat di ujung kursi panjang yang saat ini menjadi tempat ternyaman.     

Bian mendaratkan bokongnya di kursi yang sama, tentu saja mengambil jarak di antara mereka.     

Lama tidak ada percakapan, mereka hanya terdiam. Entah Bian yang menatapnya dengan tatapan dalam, dan Nusa yang menatap cowok tersebut dengan sorot mata yang kebingungan karena obrolan tak kunjung datang.     

"Ini kenapa diem-dieman gini?" tanya Nusa yang akhirnya gemas sendiri. Sudah tau kalau dirinya ini bukan tipe yang suka diam, malah Bian membungkam mulutnya terus sejak tadi.     

Mendengar itu, Bian terkekeh. "Habisnya lo cantik." ucapnya yang mungkin kurang ajar jika di dengar oleh El karena cewek di sampingnya sudah bernotabene sebagai pacar cowok tersebut.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, semakin tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Bian. "Hah?" Karena terlanjur lola atau biasa di sebut loading lama, maka hanya kata itu yang keluar dari mulut untuk merespon.     

"Gue tuh suka sama lo, Sa. Tapi gue liat-liat lo suka-nya sama El, pas tau kalian jadian, ya udah gitu gue gak bakalan ambis ngejar lo kayak Priska ngejar El. Tapi satu yang gue mau kasih tau ke lo, ya ini perasaan gue." ucap Bian yang sepertinya sudah mantap dengan hati.     

Masih ingat di saat dirinya mengatakan pada Alvira karena ia memiliki seorang pengganti yang lebih baik? Ya, itu yang di maksud adalah Nusa.     

Mendengar pengakuan Bian, entah mengapa Nusa terasa bingung dalam menanggapi cowok tersebut. Ia mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Euhm… gimana ya?" balasnya, tidak tau menau.     

Tiba-tiba saja, Bian menggelengkan kepalanya. "Enggak, gue gak minta respon apapun dari lo. Gue cuma mau bilang aja biar nantinya El gak salah paham sama gue kayak tadi, gue beneran gak ada niatan apapun sama lo." ucapnya yang juga takut kalau Nusa justru ilfill atau semacamnya.     

"Oke, aku dengerin aja." balas Nusa.     

Bian menghembuskan napas secara perlahan. "Tapi gue gak bahas poin utama lo buat mikir gue masih suka sama lo, enggak." ucapnya, lalu memilih untuk mengalihkan pandangan dari Nusa ke arah langit yang di tutupi oleh dedaunan cukup rimbun dari pepohonan. "Gue ngajak lo kesini, buat di nasehatin aja. Gue lagi suka sama cewek," sambungnya.     

Mendengar itu, Nusa membelalakkan kedua bola mata. Namun hal itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja, karena selanjutnya ia menatap Bian seolah-olah tengah mengintrogasi cowok tersebut dari tatapan matanya. "Masa? Bukannya kamu kalau suka sama cewek itu pasti di buat main-main doang? Moli, kan? Aku sih gak mau ya kalau kamu nyakitin dia." ucapnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.     

"Iya gue tau lah, Moli tuh baik anjir, mana mungkin gue sakitin."     

"Kok tiba-tiba kamu mau sama cewek kayak Moli? Maksud aku, cewek yang pinter, berprestasi, kebanggaan guru, yang kadang malah di cela orang-orang katanya tipe cewek kayak gitu tuh caper. Padahal mah menurut aku, pinter itu anugerah dan bukannya malah keliatan kayak cari perhatian sama guru-guru."     

"Gak tau, tadinya gue mikir masih mau sih kejar lo."     

Bian tertawa saat melihat wajah garang Nusa. Sial, itu sama sekali tidak terlihat menyeramkan, melainkan malah terlihat menggemaskan.     

"Kamu mau di gampar El?" tanya Nusa.     

"Bukan di gampar lagi kalau gue mah, pasti di bikin bonyok kayak waktu itu gila."     

Mereka berdua terkekeh kecil.     

Nusa tidak bisa menganggap Bian lebih walaupun dirinya tau kalau cowok satu itu sangat berjasa dengan menolong dirinya. Namun, hati sudah terlanjur memilih seorang El.     

"Jadinya ini minta tips and trick biar deket sama Moli? Gitu kan intinya?" tanya Nusa yang seperti sudah menarik benang merah dengan perkataan cowok di sampingnya saat ini.     

Walaupun sebenarnya agak malu ya meminta pertolongan seperti ini, namun Bian lakukan juga untuk menolong diri sendiri. Akhirnya, ia menganggukkan kepala walaupun dengan gerakan perlahan dan terlihat samar.     

"Iya, gue tau lo juga masih pertama sama El. Tapi dia tuh, si Moli, sama persis kayak lo. Ya kali aja lo bisa ngerti perasaan dia itu gimana. Karena gue juga baru pertama kali deket sama cewek kayak dia, sedikit deg-degan."     

Nusa terkekeh kala mendengar pengakuan Bian, lalu kekehannya reda di detik selanjutnya. Ia tentu saja akan membantu. Lagipula, mungkin ini adalah jalan keluar bagi Bian dan El supaya tidak bertengkar tak jelas mengenai dirinya.     

"Oke, simak baik-baik ya. Kita akan mulai bimbingan konseling cinta,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.