Elbara : Melts The Coldest Heart

Mungkin Sudah Nyaman?



Mungkin Sudah Nyaman?

0Priska tersenyum miring kala melewati Reza setelah dirinya berjanji tidak akan memanfaatkan Alvira sebagai alat untuk dirinya bisa masuk ke dalam kehidupan seorang El.     
0

Tadinya, ia sama sekali tidak berpikir seperti itu. Ia memang licik, namun pikirannya tidak se-pecundang itu.     

Namun, karena Reza yang memberikan dirinya ide, ia menjadi ingin melanggar janji yang baru beberapa detik dirinya katakan pada seorang cowok yang kini menatap punggungnya yang mulai berjalan menjauh.     

Hei, janji itu ada bukan untuk di tepati. Tapi, adanya janji ya justru untuk di ingkari, iya kan?     

Mungkin hanya Priska saja yang memiliki pemikiran seperti itu, biarlah.     

Ia melangkahkan kaki masuk ke rumah mewah, rumah yang mungkin tidak akan ada yang bisa menyamakan, dalam kata lain tidak terlihat pasaran. Ia mendonggakkan kepala untuk melihat beberapa pajangan foto yang di gantung pada dinding, belum lagi bingkai yang di letakkan di atas meja panjang.     

Semuanya terlihat jelas, bahkan foto El masih kecil pun ada di sana. "Gila, boleh gue maling satu foto gak ya?" gumamnya dengan tatapan berbinar.     

Priska berjalan mendekati pajangan foto tersebut, lalu matanya terfokus pada potret cowok yang mungkin saat itu usianya masih menginjak SMP kelas 1. Wajahnya sangat datar, namun auranya begutu terpancar dengan tatapan yang seperti menatap lekat dirinya saat ini.     

"Kecilnya aja ganteng banget, duh calon suami gue." ucapnya lagi, kali ini sambil cekikikan.     

Bukan hanya Priska saja yang berhalusinasi memiliki hubungan pernikahan dengan orang yang disukai, iya kan? Tidak perlu di jawab, Priska pun sudah tau karena para cewek memang suka sekali berhalusinasi dengan orang yang di suka.     

"Lo ngapain liat-liat foto El? Mending lo duduk di sofa sebelum gue bilang El kalau lo di sini, biar dia ngamuk."     

Suara bariton itu langsung membuat Priska menolehkan kepala ke sumbernya. Ia melihat Reza dengan wajah dingin seperti menusuk ke indra penglihatannya.     

Mendengar itu, Priska yang sepenuhnya sudah berbalik badan menghadap Reza pun menaikkan sebelah alisnya. "Lo siapanya El kalau boleh tau? Kok bisa dengan bebasnya kayak ngatur-ngatur apa yang ada di rumah ini?" tanyanya. Ia agak kesal kepada Reza, apalagi saat cowok itu dengan mudahnya membuat Alvira menurut dan pergi begitu saja meninggalkannya.     

Reza ikutan menaikkan sebelah alisnya. "Sakit lo? Kayaknya lo amnesia deh," balasnya sambil menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gue sahabat El dari lama, lo kan nyatanya emang cewek yang gak tau apa-apa. Jadi tutup mulut lo," sambungnya sambil menunjuk cewek di hadapannya dengan kasar.     

Priska hanya diam saja. Kalau ini daerahnya, mungkin ia akan melawan. Namun ini kan di rumah El, yang dalam artian ia disini hanya sebagai tamu rumah saja, tidak lebih. Jadi, tidak di perbolehkan melakukan hal yang merugikan seperti melawan tingkah cowok tersebut.     

Ia melihat Reza yang berjalan menjauh darinya, mungkin cowok itu sudah kepalang kesal saat melihat kehadirannya di rumah ini. Toh kan yang mengajak Alvira, jadi ia tidak salah apapun.     

Akhirnya, sebelum Reza menjadikan perkataan cowok tersebut menjadi kenyataan mengenai akan memanggil El dan mengundang amarah cowok tersebut. Ia memilih untuk berjalan ke arah sofa ruang tamu, lalu mendaratkan bokongnya disana.     

"Gila ya, makanan di rumah El gak pernah ngecewain. Malah ada bulu kukus keju, gak tau ini beli dimana yang penting rasanya enak banget."     

Mendengar suara Mario menjadikan Priska menoleh secara refleks. Jadi, tatapannya langsung bertemu dengan tatapan cowok tersebut yang tengah memeluk beberapa camilan serta toples plastik kecil yang berada di tangan kirinya.     

Mario menatap Priska dengan terkejut. "Loh nenek lampir?!" serunya.     

Priska memutar kedua bola mata, lalu melepas tas yang berada di punggungnya untuk di letakkan di samping tubuh. "Hai." sapanya dengan nada malas.     

Mereka saling tatap-tatapan dalam beberapa detik, namun selanjutnya…     

"EL CEPETAN LO TURUN KE BAWAH, ADA PRISKA NHHHHHHHH!!!" pekik Mario dengan heboh sambil menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju tempat yang memang dirinya ingin singgahi.     

Priska mengumpat di dalam hati, setelah itu menghembuskan kasar napasnya. Ia memilih untuk menyandarkan tubuh di kepala sofa, lalu memijat pangkal hidungnya yang terasa pening.     

Entah apa yang dirinya rasakan sekarang, segalanya mulai terasa berantakan.     

"Kak Priska, maafin ya lama." ucapan Alvira terdengar dengan sangat lembut. Cewek satu ini memghampiri Priska, lalu duduk di samping cewek itu dengan tangan yang sudah memegang minuman. "Ini aku buat jus stroberi, aku kasih es krim juga, semoga Kak Priska suka ya." sambungnya sambil menyodorkan tangan.     

Priska menganggukkan kepala. "Thanks ya, gue ternyata emang haus." balasnya, lalu meraih gelas yang di sodorkan oleh Alvira. Pertama, ia akan memakan es krim-nya lebih dulu.     

Tubuh Alvira menyerong agar ia tak kesulitan jika ingin berbicara dengan cewek yang berada di sampingnya. "Itu tadi aku denger Kak Mario teriak-teriakkan gitu, kenapa Kak?" tanyanya dengan nada bicara penasaran.     

Setelah berhasil menyendokkan es krim ke dalam mulut, terasa meleleh dan memanjakan rongga mulut yang sebelumnya terasa kering. "Gak tau, lo tau sendiri kalau Mario suka berperilaku kayak di hutan. Mungkin kaget kali ada gua di sini," jawabnya yang memilih tidak ingin mengatakan kalau sebenarnya Mario berteriak memanggil El untuk ke sini.     

Sebenarnya dada terasa bergemuruh. Ada dua faktor. Pertama, ia takut jika El akan memaki tentang kedatangannya. Dan yang kedua, ia merasa senang bertemu El di rumah cowok tersebut. Tanpa perlu menunggu El yang membawanya, ternyata Tuhan tau apa yang diinginkan dirinya dan menghadirkan Alvira sebagai perantara segalanya.     

Alvira mengangguk-anggukkan kepala, merasa paham dengan apa yang dikatakan oleh Priska.     

"Iya juga sih Kak Mario emang suka teriak-teriakkan. Tapi tadi aku kayak denger dia manggil Nama-nya Kak Bara,"     

"Perasaan lo aja kali."     

"Mungkin kali ya?"     

"Kok btw El gak jadi cek tangannya? Tiba-tina udah balik aja."     

Alvira menganggukkan kepala. "Tadi pas di dapur, aku sempet ngobrol sama Kak Mario. Katanya, jadwal pemeriksaan Kak Bara di undur jadi nanti siang menjelang sore aja."     

"Ohhh…" Priska kembali memasukkan es krim ke dalam mulutnya. Di detik selanjutnya, ia meminum jus dengan sedotan, dan begitu nikmat rasanya jus dari stroberi asli di campur dengan susu, stroberi milkshake.     

"Kak Priska kalau mau ke rumah aku mah kapan-kapan dateng aja. Tapi kabarin aku dulu, Kakak udah punya nomer aku, kan?" ucap Alvira tiba-tiba. Mengatakan seperti ini seolah-olah dirinya sudah dekat dengan cewek yang berada di sampingnya.     

Priska menaikkan sebelah alisnya, ingin protes, namun yang di gerakan selanjutnya adalah anggukkan kepala. "Siap kalau itu mah, gampang." ucapnya sambil tersenyum manis.     

Dalam hati, ia tertawa karena kemungkinan besar, Alvira sudah menaruh kenyamanan padanya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.