Elbara : Melts The Coldest Heart

Pelukan Penenang El



Pelukan Penenang El

0Masih pagi, dan belum ada tanda-tanda El ingin pulang. Ia masih berniat menjaga Nusa sampai Rehan selesai kerja.     
0

"Bara udah hubungi Kak Rehan?" tanya Nusa dengan canggung, karena satu ruangan dengan El yang dingin adalah hal yang paling tidak pernah kepikiran sebelumnya.     

El sedang bermain game online di ponsel, ketularan Reza yang entahlah malah meracuni dirinya dengan permainan seperti ini, tapi seru. Tanpa menolehkan kepala ke arah Nusa, ia menganggukkan kepalanya. "Udah." balasnya dengan singkat.     

"Kok Bara gak mau ngobrol sama Nusa? Nusa bosen banget, gak tau mau apa."     

Mereka duduk di ruang tamu, tentu saja pada sofa yang terpisah namun saling berhadapan. Nusa menghembuskan napasnya, setelah itu mengerucutkan bibir.     

El mendengar keluhan Nusa, habisnya mau bagaimana lagi? Ia sama sekali tidak bisa menghidupkan suasana. Selain tidak terbiasa mengobrolkan berbagai macam topik pembicaraan, ia juga tidak bisa berada satu ruangan dengan cewek lain. "Gak mau." balasnya dengan nada bicara yang tidak peduli.     

Sudah di tinggal bersih-bersih tubuh, membereskan peralatan belajar kembali ke tempatnya, kini sampai sudah berada di ruang tamu kembali pada cowok tersebut lagi dan sama saja suasananya sangat hening.     

"Bara."     

"Hm?"     

"Bara sayang ya sama Nusa?"     

Pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat lugu itu pun keluar dari mulut Nusa, polos sekali dirinya sampai bisa bertanya hal seperti itu pada laki-laki yang sudah dinobatkan sebeku antartika.     

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, El langsung saja menghentikan permainannya, tidak peduli akan kalah atau semacamnya. Menatap Nusa dengan sebelah alis yang terangkat, tidak percaya kalau cewek satu itu sangat berani mengungkapkan apa yang dirasakannya kini.     

"Lo bercanda?" tanya El. Ia merasa aneh, maka dari itu sedikit berdehem karena tidak terbiasa dengan situasi seperti ini.     

Nusa menggaruk lengannya yang tampak tidak gatal, hanya sebagai gerakan refleks guna mengusir perasaan canggung di dalam hatinya.     

"Enggak, Nusa gak bercanda. Habisnya Bara tuh kayak superhero-nya Nusa, tau gak? Ya kayak Kak Rehan gitu suka jagain aku, kalau gak sayang, terus namanya apa?" ucap Nusa, berbicara panjang kali lebar kali tinggi seperti rumus persegi panjang.     

Entah El merasa Nusa dilanda demam atau apa, tapi dirinya merasa kalau cewek satu ini cukup aneh. Terlebih bisa menyimpulkan seperti itu. "Kasian." jawabnya. Seperti biasa, jawaban yang tidak pernah peduli dengan orang lain, bahkan bisa saja menyakiti hati sang lawan bicara.     

Namun tunggu sebentar, Nusa bukanlah cewek yang mudah terbawa perasaan. Buktinya sekarang Nusa tengah terkekeh kecil karena apa yang dikatakan oleh El. "Yang bener aja, kasihan itu sisi gengsi dari rasa sayang loh Bara, Jadi, Nusa mah nyimpulin kalau sebenarnya tuh Bara sayang sama aku. Jadi, ya itu kayaknya kenyataan deh."     

Membiarkan Nusa dengan segala pemikirannya, El kembali pada layar ponsel dan keluar dari game. Ia tidak peduli kalau apa yang dirinya lakukan bisa menurunkan rank game yang sudah di capai, yang kini dirinya fokuskan adalah sosok di hadapannya.     

"Lo mau kita ngobrol?" tanyanya yang seperti ingin mengubah topik pembicaraan supaya tidak membicarakan tentang perasaan yang sejujurnya membuat dirinya gugup sendiri.     

Mendengar itu, tentu saja Nusa menganggukkan kepala dengan semangat yang tinggi seperti melupakan tubuh lemasnya itu. "Iya dong, ayo ngobrol. Habisnya sepi banget, mau aku tinggal tidur ga enak masa tamu di tinggal sendiri."     

El menganggukkan kepalanya. "Lo kenapa?" tanya El. Tentu saja ia mengambil kesempatan ini untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari kejadia tersebut, itu masih menjadi tanda tanya besar, apalagi bagi satu sekolah yang heboh.     

Memang semenjak ada Nusa, sekolah menjadi lebih heboh daripada biasanya. Ya karena biasanya hanya heboh mengenai El atau Priska and the genk, sekarang bertambah cewek tersebut lagi.     

Nusa mengerjapkan kedua bole matanya, ia tidak menyangka kalau El akan kembali membahas hal itu. Memilih untuk bergeming adalah jalan ninja baginya karena entahlah… rasanya kalau membongkar Priska-lah yang melakukan hal ini padanya, pasti cewek itu akan balas dendam dengan hal yang lebih parah daripada ini.     

Cinta bisa membuat orang menjadi gila seperti itu, iya kan? Contoh cinta yang salah, malah lebih terlihat ke arah penuh dengan obsesi.     

Menghembuskan napas, El tau kalau Nusa gak akan jawab. "Gue janji bakal ngomong panjang." ucapnya yang akhirnya lebih memilih untuk menjanjikan Nusa, karena ia takutnya cewek tersebut enggan bercerita karena dirinya yang hanya begitu-begitu saja menanggapi.     

"Enggak, bukan itu masalahnya, Bara."     

"Terus kenapa?"     

Nusa kembali bergeming.     

"Kalau begini terus, lo mau ada korban selanjutnya."     

Korban selanjutnya? Nusa tidak akan pernah percaya kalau hal itu akan terjadi kembali pada orang lain. Pasalnya, sejauh yang dirinya perhatikan, tidak ada orang yang berani mendekatkan diri pada El yang pada kodratnya adalah kecintaan Priska. Hanya dirinya yang berani, ya karena cowok itu satu-satunya orang yang ia kenal dan bisa menerimanya walaupun tidak baik.     

"Gak bakal." jawab Nusa sambil menggelengkan kepala dengan perlahan, senyuman simpul pun hadir menghiasi permukaan wajahnya.     

El menaikkan sebelah alisnya lagi, semakin tidak mengerti dengan pembicaraan yang terputus-putus seperti ini, malah menambah rasa penasaran yang terus hadir di benaknya. "Ngomong yang jelas." ucapnya dengan dingin, lama-lama gemas.     

Kalau bercerita panjang bisa membuat menangis, ya katakan saja dengan perlahan-lahan, bukan?     

"Bara, please…" lirih Nusa sambil menolehkan kepala ke arah El dengan kedua alis yang terlihat menurun, menunjukkan ekpresi kalau dirinya tidak ingin di paksa bercerita karena mungkin memang belum siap.     

El menghembuskan napas. "Oke oke." ucapnya yang menyerah, mengubur rasa penasarannya lebih dulu agar tidak menciptakan rasa penasaran yang lebih, takutnya malah memaksa Nusa tanpa dirinya sadari. "Terserah lo." sambungnya sambil menyandarkan tubuhnya di kepala sofa.     

Melihat El yang seperti itu, sebenarnya Nusa ingin sekali bercerita. Ada jutaan rasa sesak yang hadir di dadanya karena merasa kejadian ini adalah trauma terbesar yang di alami selama dirinya bersekolah. Siapa yang akan mengira kalau dirinya terjebak satu malam di sekolah? Tidak ada yang mendengar pintaan tolongnya, tidak ada juga sosok penjaga yang katanya akan selalu hadir untuk menjaga dirinya.     

"Maaf, Bara." ucap Nusa dengan nada bicara penuh dengan penyesalan.     

Karena pertanyaan El barusan, semua itu memicu rasa sedih dan kini kedua bola matanya berkilat cairan bening yang disebut dengan air mata. Tak bisa, semuanya sulit diterima, apapun itu kondisinya, ia tidak akan pernah melupakan walaupun sudah memaafkan.     

El melihat Nusa yang tiba-tiba bersedih, setelah itu beranjak dari duduknya untuk menghampiri cewek tersebut. "Lo kenapa?" tanyanya dengan nada bicara yang juhur terdengar agak panik.     

Tes     

Satu bulir mata meluruh, dan pada saat itu juga Nusa beranjak dari duduk dan memeluk El pada detik itu juga.     

Ini adalah pelukan penenang yang dirasakan Nusa yang terpancar dari tubuh El.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.