Elbara : Melts The Coldest Heart

Cewek Pertama Bagi El



Cewek Pertama Bagi El

0"Kita ke rumah gue dulu."     
0

//     

Dan jadilah di sini Nusa, sudah menginjakkan kakinya di halaman rumah El yang sangat besar, bahkan rumputnya pun rapi dan tampak segar serta mungkin panjangnya setara antara satu dengan yang lainnya.     

"Ayo masuk, lo mau di situ aja?"     

Mendengar apa yang dikatakan oleh El pun menjadikan Nusa langsung mengerjapkan kedua bola mata, ia kembali dengan dunia nyata dan memaku tatapannya pada cowok tersebut sambil tersenyum. "Ya enggak, panas." balasnya, lalu berlari kecil supaya bisa menyatarakan langkahnya dengan El yang sudah berada beberapa langkah tepat di depannya.     

Mereka berdua mulai masuk lewat pintu utama yang megah, bahkan Nusa menahan diri untuk tidak terlalu kagum yang nantinya pasti akan memberikan kesan notak dan katrok terhadap orang rumah.     

"Anggep aja rumah sendiri."     

Sudah sampai di ruang tamu, El menuntun Nusa untuk mendaratkan bokong di salah satu sofa yany sialnya terasa sangat empuk.     

'Anggep aja rumah sendiri'     

Nusa kembali mengulang ucapan El di pikirannya. Bagaimana ia bisa menganggap rumah El sebagai rumahnya sendiri? Bukan, ya tapi bagaimana ya menjelaskannya …. Ia tidak sebanding jika berada di rumah ini karena terlalu wow untuk cewek yang biasa sederhana seperti dirinya.     

"Gue ke kamar dulu."     

Mendengar perkataan El, tentu saja membuat Nusa membelalakkan kedua bola matanya. "Lah kok? Kok aku malahan di tinggal sendirian sih?" tanyanya yang kebingungan. Tidak ada perkenalan dengan orang rumah, dan tiba-tiba ingin di tinggal oleh sang pemilik? Yang benar saja! Nanti dirinya pasti terlihat seperti anak hilang.     

"Gak ada nyokap bokap, santai."     

El menaruh tas mikik Nusa tepat di samping cewek itu, lalu meyakinkan Nusa kalau duduk di ruang tamu ini tidak perlu merasa tegang karena juga tidak ada siapapun.     

Berusaha untuk biasa saja, Nusa menganggukkan kepala. Kalau ia tidak membiarkan El ke kamarnya? Lalu, apa yang cowok itu lakukan? Karena tujuan awal mereka kesini ya adalah karena El ingin berganti baju, katanya sih setelah mengantar dirinya ke rumah, dia akan pergi untuk menongkrong dengan teman-temannya.     

"Ya udah sana, aku tunggu di sini aja dengan senang hati." ucapnya sambil tersenyum kecil.     

El menganggukkan kepala. "Bagus." Setelah itu, tanpa mengatakan apapun lagi segera melangkahkan kaki mendekati dan langsung menaiki anak tangga satu persatu yang akan membawa dirinya ke lantai dua, tepat dimana surga dunia sebagai tempat peristirahatannya berada.     

Dan kini, hanya tersisa Nusa yang duduk manis di sofa ruang tamu. Menatap kepergian El dengan punggung cowok tersebut yang semakin menjauh, semakin mengecil, lalu menghilang karena jangkauan matanya yang terbatas.     

Menghembuskan napasnya, Nusa mendongakkan kepala untuk melihat-lihat hiasan apa saja yang berada di ruangan utama rumah ini. Yang pertama dirinya lihat ya jelas saja, adalah bingkai berukuran besar yang memperlihatkan foto keluarga disana.     

Dan ya, ia melihat kalau di sana ada…     

"Alvira?" gumamnya yang terkejut. Tak dapat di pungkiri, ia tidak percaya kalau mereka adalah adik kakak. Ya walaupun keduanya valid memiliki wajah yanh cantik dan tampan, bahkan juga ada beberapa kemiripan fisik yang sebelumnya tak dirinya perhatikan, tapi tetap saja tingkah mereka bersikap seperti orang pacaran.     

Yang tadinya ia tidak percaya kalau dirinya ini adalah cewek pertama yang di ajak jalan, karena pikirannya selalu membawa-bawa Alvira yang jelas lebih unggul daripadanya. Ia menjadi merasa bodoh kalau tidak percaya dengan El, dalam artian kan Alvira itu adiknya yang sudah pasti memang menjadi cewek pertama dalam artian satu darah.     

"Jangan bengong gitu juga kali, Sa."     

Terdengar suara bariton yang langsung membuat perhatian Nusa teralihkan, ia melihat sosok Mario yang melangkahkan kaki ke arahnya dengan senyuman yang memang tidak pernah luput dari permukaan wajahnya.     

"Eh Mario, sini duduk." ucap Nusa dengan ceria sambil menepuk sampingnya, mengaba-abakan cowok tersebut untuk duduk di sebelahnya.     

Dan ya, Mario benar-benar mendaratkan bokongnya di sana. "Ngapain ada lo di sini, Sa?" tanyanya, berbasa basi lebih dulu adalah pembukaan percakapan yang menurutnya sangat asyik karena memberikan kesan yang akrab terlebih dahulu.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Ya nungguin Bara?" balasnya dengan ragu.     

Mario tertawa, entah apa yang lucu bagi cowok satu itu. "Oh iya juga sih ya." ucapnya. Lalu tiba-tiba menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan cewek satu itu, jangan lupakan senyumannya yang mengembang. "Selamat ya jadi cewek pertama yang di ajak ke rumah sultan satu ini, gimana perasaan lo? Udah tau kan kalau ternyata Alvira itu adiknya si beku?" sambungnya dengan satu tarikan napas.     

Nusa mengulas senyuman di permukaan wajah, menyembunyikan semburat merah jambu yang sialnya memang tampak dengan jelas di permukaan wajah tersebut.     

"Gimana ya rasanya, seneng? Aku sih gak kepikiran kalau Bara bakalan bawa aku kesini, sungguh. Agak kaget juga karena tau kalau Alvira ternyata itu adalah adiknya Bara," balasnya.     

Mereka tidak lagi berjabat tangan, kini berganti dengan Mario yang menyandarkan punggungnya di kepala sofa lalu melebarkan tangan seperti hendak merangkul Nusa, tapi lengannya di letakkan pada kepala sofa dan bukannya di bahu cewek satu itu.     

"Lo jadi cewek yang beruntung banget, Sa. Gue gak pernah liat El kayak gini, dia gak berontak sama lo doanh anehnya."     

Mendengar penuturan Mario, Nusa hanya mengangkat kedua bahunya karena tidak tau menau ingin merespon bagaimana.     

"Gue yakin sih dia ada rasa sama lo, dan gue liat-liat juga lo punya rasa itu juga buat dia. Jadi, coba aja nunggu waktu yang pas. Biasanya cowok dingin bisa lebih bucin daripada cowok biasa, mau di buktiin? Besok liat aja sendiri kalau lo sama dia udah jadian, gue mah tinggal nunggu pajak jadian berupa pizza."     

Membayangkan bagaimana seorang El yang bucin, pasti tidak akan pernah bisa di bayangkan sebelumnya sih, iya kan? Jadi, Nusa pun tidak bisa membayangkan bagaimana sosok El di saat nantinya jatuh cinta pada dirinya.     

Ah jangan di bayangkan sih seharusnya, nanti nangis di setiap malam kalau tidak jadi.     

"Lo harus ketemu Tante Mira lah, masa kesini gak kenalan sama nyokap-nya."     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, ia pikir apa yang dikatakan oleh El itu benar. "Bukannya lagi gak ada di rumah ya? Tadi soalnya Bara ngomong gitu ke aku," ucapnya.     

Mario menganggukkan kepala. "Ya tadinya sih gak ada di rumah, Sa. Eh tau-taunya pulang dari luar kota, katanya ada berkas yang ketinggalan. Jadi besok baru berangkat lagi kesana soalnya kalau bolak balik ya kan harus pesan tiket dulu jadi gak begitu ada tiketnya ready."     

Nusa mengangguk-anggukkan kepala.     

"Mario.. Itu siapa yang ada di samping kamu? Cantik banget ih, Tante lihatnya jadi ngerasa muda lagi. Kenalik dong sama Tante,"     

Itu suara Mira.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.