Elbara : Melts The Coldest Heart

Nusa Mengakui El



Nusa Mengakui El

0Sesampainya di sekolah …     
0

"Dadah Kak Rehan, hati-hati ya!"     

Nusa melambaikan tangannya pada mobil yang sudah menjauh dari gerbang sekolah SMA Adalard yang kini baru kakinya pijak. Ia langsung membalikkan tubuh, dengan kedua tangan yang menggenggam masing-masing tali tas bagian kanan dan kiri.     

Satu helaan napas keluar dari mulutnya bersamaan dengan bel masuk yang berbunyi seantero sekolah, membuat dirinya buru-buru masuk ke area sekolah karena tidak ingin terlambat karena melamun di depan gerbang.     

Ia berjalan, melangkahkan kakinya tidak terlalu cepat. Semua orang seakan-akan menatap ke arahnya, seolah-olah tengah mencari tau jawaban yang sialnya ia tidak pernah tau pertanyaannya.     

"Orang-orang pada kenapa sih?"     

Bahkan, sambil berjalan pun kini Nusa tengah menilai penampilannya sendiri. Ya karena takut saja kalau penampilannya malah memperburuk suasana, atau bahkan menarik perhatian sampai menimbulkan kesan dan pandangan aneh.     

Tapi nihil, tidak ada yang aneh dari caranya berpakaian atau apa yang tengah dikenakkannya saat ini. Semua seperti biasa kok, tidak ada yang mencolok atau terlihat pucat.     

Sesampainya di pintu kelas, ia melihat Priska end the genk yang berjaga di sana. Tentu, ia sangat was-was dengan perasaan cemas.     

Baru saja ingin melewati mereka bertiga dan berpura-pura tidak ingin kenal karena sudah muak menjadi sasaran empuk. Walaupun baru dua kali menjadi sasaran, tapi yang kedua itu sangat tidak manusiawi.     

"Heh heh Sa, mau kemana lo asal lewat aja."     

Cegah Disty yang mendorong pelan tubuh Nusa saat ingin melewati dirinya dan kedua teman. Ia menatap cewek tersebut dengan senyuman, sesuai perjanjian dengan Priska kalau harus bertindak baik dengan Nusa. "Sini dulu kali, ada yang pengen gue tanyain nih." sambungnya.     

Nusa menghembuskan napas, lalu menghentikan langkah tepat di dekat mereka. Menatap satu-satu wajah cantik itu, lalu memutar kedua bola matanya. "Apaan lagi? Mau mohon-mohon kayak apa yang di lakuin Priska?" tanyanya dengan malas.     

Mendengar itu, Priska langsung mengumpat kasar untuk Nusa di dalam hatinya. Sedangkan Disty dan Nika pun langsung menolehkan kepala ke arah sang ketua genk-nya tersebut.     

Priska gelagapan, tapi berusaha untuk biasa saja dan tetap tenang dengan ekspresi wajah sok datar. "Oke balik ke pertanyaan karna itu gak penting," ucapnya yang mengembalikan tatapan Disty dan Nika supaya menatap Nusa. "Gue mau tanya, dimana El and the genk? Maksud gue, biasanya kan mereka dateng sama lo sejak ada lo sih." sambungnya.     

Mendengar itu, degup jantung Nusa pun kembali berdebar, seperti mengadakan disko yang sampai tubuhnya bergetar-getar. Ia menggelengkan kepala dengan perlahan. "Aku gak tau, sorry." balasnya sambil memberikan senyuman simpul. Ia langsung saja menerobos tangan mereka bertiga yang mem-blokade jalannya, setelah itu berjalan dengan tanda tanya penuh yang bersarang di dalam otaknya.     

Dan saat masuk ke dalam kelas, benar saja kalau bangku El, Reza, dan Mario kosong. Biasanya, walaupun kosong pun ada tas di atas meja mereka namun kali ini tidak. Belum lagi bel sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu, mereka bukam tipe murid yang suka telat walaupun agak nakal.     

Ia menghampiri tempat duduk, dan mendaratkan bokong tepat di kursinya. Tanpa banyak basa basi, ia menurunkan tali tas dan menaruh barang tersebut di atas meja, lalu beralih mengambil ponsel yang berada di saku baju seragam.     

Mengecek lagi pesan terakhir yang dirinya luncurkan kepada El sebelum berangkat sekolah, malah kini ceklis satu yang artian ponsel cowok tersebut tidak aktif.     

Coba hubungi Reza dan Mario? Sudah, sudah dirinya lakukan bahkan Rehan pun sudah membantu dirinya. Namun apa? Tidak ada jawaban. Seolah-olah mereka sama sekali tidak memiliki waktu untuk memberikan kabar.     

"NUSA!"     

Mendengar teriakan tersebut, menjadikan Nusa menolehkan kepala ke sumber suara. Itu adalah Priska yang berjalan kesal ke arahnya, namun tidak diikuti dengan Disty dan Nika yang memilih untuk duduk di kursinya.     

"Apa?" tanya Nusa setelah Priska mendekati dirinya.     

Tentu suasana kelas sudah ramai, saat ini semua murid telah hadir tanpa ada absensi yang kosong. Oh iya, kecuali tiga orang yaitu Reza, Mario dan tentu juga Elbara.     

Priska duduk di kursi milik Reza, tepat di hadapan Nusa. "Gue nanya serius, dimana El?" tanyanya.     

Nusa menghembuskan napas. "Aku tadi udah jawab loh, apa kurang jelas buat kamu? Aku jawab sekali lagi, aku gak tau kemana perginya El sama Reza dan Mario, sungguh." ucapnya. Padahal kini terlihat jelas kalau kilatan di kedua bola matanya itu menunjukkan seberapa seriusnya seorang Nusa, namun sepertinya penglihatan Priska tidak pengertian.     

"Gue tau sih kalau lo bohong. Lo orang terdeket mereka saat ini, bohong banget kalau lo gak tau kabar mereka sama sekali."     

"Aku gak tau kabar mereka dari semalem sampai saat ini, Ka. Jangan memaksa,"     

"Kalau gue gak paksa, lo gak kasih tau."     

"Gimana aku mau kasih tau kalau aku sendiri gak tau, Ka? Aku juga lagi nunggu kabar, El. Jangan seolah-olah cuma kamu yang cemas, tapi aku juga ngerasain yang sama."     

Ucapan Nusa terdengar satu kelas, membuat mereka berdua menjadikan bahan tontonan yang menyenangkan untuk di simak. Ada yang penasaran, ada juga yang menyimak hanya ikut-ikutan saja.     

"Lo… jangan bilang lo udah di bawa ke rumahnya sampai seberani ini bilang lo cemas sama seorang Elbara, iya?"     

Nusa menganggukkan kepala dengan tegas. Sekali lagi, ia seperti menegaskan kalau sekarang El adalah miliknya. "Iya, aku udah ketemu sama Nyonya Adalard dan beliau menyambut ku dengan sangat baik, wajar aku cemas. Kalau kamu, kewajaran apa yang kamu punya? Lupa kalau El gak nganggep kamu apa-apa? Bahkan temen aja enggak." ucapnya dengan nada pelan dengan raut wajah yang sendu. Jangan di salah artikan kalau ia berkata seperti ini dengan volume yang naik satu oktaf, karena perkiraan kalian salah.     

Kalau seperti ini, valid. Nusa bukan lagi saingan yang mudah untuk di saingi, cewek ini sudah bisa memasuki kehidupan El dengan sangat dalam dan para cewek tidak ada dan belum ada yang pernah sampai di posisi Nusa.     

Priska diam, seolah-olah lidahnya kelu dan tidak bisa berkata-kata.     

"Please, Ka…" lirih Nusa. Dirinya bersiap untuk menangis karena saat ini perasaanya sangat campur aduk, tidak mengerti harus bagaimana, dan jangan sampai dirinya memutuskan untuk menjatuhkan air mata di permukaan wajahnya.     

Priska menganggukkan kepala dengan perlahan, lalu 'tes' satu air mata meluncur ke pipi bagian kanannya. "O-oke." jawabnya dengan napas yang tercekat. Ia tidak tau harus mengatakan apa, karena ingin melawan pun tidak sanggup. "Lo mengakui dan di akui, tapi gue gak akan pernah kalah sedikit pun dari lo."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.