Elbara : Melts The Coldest Heart

Kejadian yang Booming



Kejadian yang Booming

0Alvira menatap keluar kelas, dirinya tengah hermain ludo dan tiba-tiba ramai sekali padahal belum jam istirahat dan terbilang masih pagi.     
0

"Eh ada apaan si?" tanyanya yang menyenggol lengan teman sebangku, bernama Tamara. Gadis kutu buku berkacamata yang selalu di bully Priska, jan juga para brandalan lainnya di sekolah ini. Ya Alvira sama seperti El, ia membantu melindungi cewek di sampingnya ini agar tidak di ganggu. Dan berhasil, semua cewek iri dengan pertemanannya bersama Tamara, namun tak bisa melakukan apapun.     

Tamara mengangkat bahunya. "Tau sendiri aku gak update di sekolah ini, berita hangat pun aku gak tau." balasnya sambil meringis kecil, menggaruk tengkuk yang tidak gatal karena merasa menjadi sosok yang terbilang payah.     

Alvira menganggukkan kepala, lalu memberikan ibu jarinya ke hadapan Tamara. "Oke gak apa-apa, Ara tunggu sini dulu ya, kalau ada yang ganggu bilang aja nanti Vira laporin ke Kak Bara."     

Belum sempat Tamara menjawab perkataannya, Alvira sudah melesat keluar dari ruang kelas bersama dengan murid lainnya yang ikut kepo.     

Ia mengikuti langkah kaki orang-orang, tanpa bertanya apa yang terjadi, ia lebih tertantang untuk melihatnya sendiri.     

"Loh kok ramai-ramai ke UKS sih?"     

Alvira mendekati kerumunan yang entahlah terlihat seperti mengintip walaupun sudah jelas hordeng jendela UKS di tutup rapat-rapat. Karena ingin melihatnya sendiri pun ternyata tidak mendapatkan apapun, ia langsung saja mencolek salah satu cowok yang sudah pasti langsung terpaku karena dirinya menyentuh dia.     

"Hai, boleh tau gak ini ada apa?"     

"Boleh, asal kita foto dulu, ya?"     

Apa-apaan ini? Bukannya marah atau hal serupanya, Alvira malah terkekeh kecil. "Kamu ngajak aku foto di tengah keramaian begini? Ada-ada aja deh," ucapnya.     

Cowok tanpa name tag, ah lupakan karean Alvira juga kan berniat untuk nanya bukan malah mengobrol dengan cowok dihadapannya.     

"Sekali aja plis, janji habis itu gue kasih tau semuanya."     

"Oh oke, ayo."     

Daripada kelamaan, Alvira langsung menyetujuinya saja. Mereka berdiri bersisian, bergaya di depan kamera ponsel milik cowok tersebut, dan …     

Cekrek     

Satu foto terabadikan. Alvira yang melet ke arah kamera, dan cowok di sampingnya hanya tersenyum namun jujur terlihat sangat manis.     

"Makasih banyak ya. Emang bener lo bidadari, sayangnya aja yang jaga kayak setan."     

"Hah? Apa kata kamu?"     

"E-eh? Enggak. Makasih ya by the way."     

Alvira menganggukkan kepala dengan gerakan menggemaskan, setelah itu menaikkan sebelah alisnya. "Ih mana, katanya mau ngomong ini kenapa orang-orang pada lari?"     

Cowok tersebut terkekeh kecil sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "El bawa Nusa ke UKS."     

Hanya karena hal itu? Tidak, Alvira agak tidak percaya kalau sang Kakak membawa Nusa ke UKS bisa mengundang banyak perhatian seperti ini.     

"Boong ya kamu?"     

"Eits, mana ada cogan gini boong."     

Oh tunggu, cowok di hadapannya ini adalah makhluk sejenis Mario, oke jadi tidak perlu takut digodain karena biasanya sukar menaruh rasa. Lagipula Alvira belum ingin membuka hati untuk cowok baru kok, move on aja masih belum becus.     

"Gak mungkin ceritanya itu doang."     

"El tadi cemas banget karena Nusa dari kemarin ternyata kekunci di sekolah, di loker cewek ruangan renang."     

Mendengar penjelasan itu, Alvira membelalakkan kedua bola matanya. "Hah?!" pekiknya. Dan ya, langsung menyita perhatian semua orang yang tadinya berbisik-bisik membicarakan El yang jelas-jelas berbeda semenjak adanya Nusa.     

Dengan cepat, Alvira berbalik badan dan berjalan mendekat ke arah pintu UKS.     

"Kok bisa sih Kak Nusa." gumamnya khawatir. Baru saja tangannya ingin meraih knop pintu, pintu UKS langsung terbuka menampilkan sosok Mario yang wajahnya menampilkan sorot khawatir.     

Mario meraih tangan Alvira dan menaruh jemari telunjuknya di depan mulut, seolah-olah memberikan aba-aba pada cewek yang tangannya ia genggam untuk tidak bersuara terlebih dulu. Tangannya yang lain menuntup pintu, setelah itu mulai menuntun Alvira untuk menjauh.     

"Kak Mario kenapa sih? Orang Vira mau kesana malah di tarik ngejauh lagi, nyebelin." protes Alvira sambil menekuk senyumannya, merasa kesal dengan perilaku Mario yang malah membawanya pergi dari tempat kejadian yang tengah booming.     

Mario meringis kecil, setelah itu mengembalikan raut wajahnya menjadi ceria. "Lo ngapain sih? Bukannya belajar yang bener malah keliaran keluar kelas, El tau abis lo di ceramahin."     

"Aku lagi free class kak, gurunya sakit dan gak ada guru pengganti. Jadi ya udah ikut orang-orang aja tuh lari-larian," balas Alvira dengan polosnya.     

Memang El anti sekali bolos pelajaran, dan itu juga berlaku bagi Alvira. Selalu, setiap pergerakan adiknya di pantau El. Namun kini cowok tersebut sedang tidak fokus, dan kalau melihat sosok Alvira di sana, tidak bisa dibayangkan bagaimana tutur bahasa El nantinya.     

"Kakak lo tuh lagi pusing, lo jangan tambahin pusingnya dia." sambung Mario lagi, kali ini sambil melepaskan genggaman tangannya pada jemari Alvira yang sejujurnya tidak pas berada di tangannya karena terlalu kekecilan.     

Alvira mendengus. "Makanya ceritain, Vira gak ngerti. Kok Kak Nusa bisa kekunci di loker ruangan renang? Kenapa bisa sih?"     

Mario mengacak rambutnya dengan perlahan, lalu menghembuskan napasnya. "Lo aja gak tau, apalagi gue, Ra. Gue, Reza, El, gak tau gimana kejadiannya. Pokoknya panjang deh kalau di ceritain, kayak kereta."     

"Ndas mu. Bilang aja Kak Mario males cerita sama aku, kan gitu dari dulu. Katanya aku kebanyakan nanya, kayak wartawan." ucap Alvira yang sudah hapal dengan sifat Mario. Selagi ucapan cowok tersebut yang mengenai omelan El karena ketahuan keluar kelas selagi jam pelajaran —tanpa pengecualian tidak ada guru—, Vira akan menurut saja di jauhkan dari UKS walaupun rasa penasaran menyeruak.     

Mario terkekeh, lalu menjulurkan tangannya ke puncak kepala Alvira dengan gemas. Ia menganggap Vira sebagai adik selayaknya El, tapi kalau Reza menatap Vira dengan perasaan. Sejujurnya, ia sedang mengalihkan pikiran. Siapa yang tidak khawatir jika cewek yang dekat dengannya ditemukan dalam kondisi seperti itu? Walaupun Nusa orang baru dihidupnya, tak menutup kemungkinan kalau obrolan mereka selalu nyambung apalagi Nusa adalah cewek yang baik.     

"Lo tau gak basecamp nenek lampir?" tanya Mario tiba-tiba teringat akan suatu hal.     

Mendengar pertanyaan Mario, Alvira menaikkan sebelah alisnya. "Nenek lampir apaan? Ih serem banget sih Kak Mario mainannya makhluk gaib," balasnya yang memang tidak tau panggilan spesial genk El untuk si tukang bully sok jagoan.     

Mario menggelengkan kepala sambil terkekeh, ia tau kalau Alvira salah arti dengan apa yang dikatakannya barusan. "Nenek lampir itu Priska, Ra. Lo tau gak mereka kemana? Gue curiga—"     

"Oh kalau itu mah Vira tau." ucap Alvira yang langsung saja memotong perkataan Mario sebelum cowok tersebut sempat menyelesaikannya.     

Mario menatap Alvira dengan sorot mata yang penasaran. "Lo serius gak? Kalau gak, gue jodohin lo sama Reza." ucapnya yang dalam hati memang berharap perkataannya menjadi kenyataan. Kasihan Reza sudah tidak lagi menjadi buaya karena mengejar cinta cewek yang berada di sebelahnya ini.     

Alvira menaikkan sebelah alisnya. "Ngaco, ngapain bawa-bawa Kak Reza, gak kelas dasar Kak Mario."     

"Ya udah makanya kasih tau gue, dimana basecamp tuh anak."     

Mereka ternyata berjalan terus, dan akhirnya sampai di kantin. Padahal Mario berniat memulangkan Alvira ke kelasnya.     

"Yeay sampai kantin! Vira mau sarapan dulu ah, belum dua kali."     

"Loh gak jadi kasih tau gue?"     

"Sambil makan."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.