Elbara : Melts The Coldest Heart

El Meminta Pelukan



El Meminta Pelukan

0"Gue udah sembuh, mau balik sekarang juga."     
0

Baru saja El ingin beranjak dari tidur, pundaknya langsung di tahan oleh Reza dan Mario yang berada di sisi kanan dan kiri, berdiri di dekat brankar dengan tatapan yang sebal.     

"Lo belum sembuh, seenggaknya ya besok lah lo baru boleh balik." ucap Mario sambil mendengus sebal, ia menatap El seakan-akan ingin menceramahi cowok satu itu dengan kalimat yang panjang.     

Reza menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario mengenai El yang setidaknya paling cepat pulang besok. "Iya, gak usah batu deh jadi orang. Batu aja mau jadi orang, masa lo mau jadi batu."     

Alvira menentuk punggung Reza, seolah-olah memperingati cowok tersebut untuk tidak bercanda dalam keadaan yang menurutnya masih membuat hati kecilnya cemas. Posisinya, ia berada di belakang Reza membuat cowok itu memutar tubuh dan terkekeh.     

"Udah udah, kalian bertiga nih ya, apa-apa bedat melulu. Ini tante bawain pakaian bersih untuk Reza dan Mario, juga Alvira sesayangan Mommy."     

Akhirnya, Mira-lah yang menjadi penengah di antara mereka sebelum terhadi adu mulut yang malah di perpanjang.     

Mereka semua yang ada di ruangan ini, termasuk Nusa langsung saja menolehkan kepala ke sumber suara. Terlihat Mira yang baru masuk ke dalam ruangan inap yang di tempati putranya dengan empat paper bag yang berada di tangannya.     

"Oke Tante baik banget, perfect parent sama Om juga." ucap Mario sambil mengerlingkan kedua bola mata, seperti seolah-olah ada kilauan peri yang keluar dari tatapannya.     

"Omong-omong soal Om, kemana ya, Tan?" tanya Mario yang tidak mendapati Tuan Adalard di belakang wanita itu.     

Mira tersenyum simpul. "Kan jadwal terbang ke luar kota di tunda, jadi niatnya setelah kasih baju ini ke kalian, Mom sama Dad mau ke kantor. Jadi, dia nunggu di parkiran." balasnya.     

Reza melangkahkan kaki ke arah Mira, meraih paper bag yang telah di julurkan oleh wanita itu ke arahnya. "Makasih banyak ya Tante, jadi ngerepotin deh bisanya." ucapnya dengan nada bicara tak enak, tangan kanannya menggaruk tengkuk yang tak gatal sedangkan tangan kirinya sudah menggenggam paper bag.     

Mario dan Alvira pun ikutan, meninggalkan El dan Nusa yang saling bertatapan satu sama lain.     

"Pokoknya Vira pakai kamar mandi di ruangan ini, Kak Reza sama Kak Mario ke kamar mandi cowok aja sana kan ada di lantai ini." ucap Alvira yang begitu sudah mendapati paper bag yang berada di tangannya, setelah itu melesat begitu saja untuk masuk ke dalam kamar mandi rumah sakit dan mengunci pintunya dari dalam.     

"Gue tantang ya lo, yang sampai ke kamar mandi duluan, nanti kalau udah pulang dari rumah sakit, dia bakalan di traktir apa aja dari si yang kalah." ucap Mario yang memberikan tantangan pada Reza, padahal saat ini mereka tengah menjadi tontonan Mira.     

Reza menganggukkan kepala, merasa tidak takut dengan tantangan Mario. Lagipula, Alvira pun sudah masuk ke dalam kamar mandi, dalam artian tidak akan melihat pertandingan konyolnya dengan si manusia bernama Mario ini. "Oke ayo siapa takut, gue mah gak keberatan kalau kalah. Gue tuh justru keberatan kalau lo yang kalah, pasti nanti pelitnya minta ampun deh." ucapnya sambil menggelengkan kepala, bahkan menyempatkan untuk menepuk kening.     

El membiarkan semua itu terjadi, sampai pada akhirnya sosok Mario dan Reza sudah pergi melesat keluar dari ruangan ini dan sudah memulai perlombaan yang sangat konyol.     

Hanya satu saja yang kini menjadi titik fokus, yaitu tatapan Nusa yang entahlah… terasa sangat dalam saat menatapnya.     

"Ekhem, Mom liat kalian loh."     

Akhirnya, Nusa duluan yang memutuskan pandangan mereka, dan kini menatap Mira dengan gelagapan. Ia mengusap lengan dengan perasaan canggung, ketauan kalau menatap El dengan sangat dalam. "E-eh? Maaf, Tante. Nusa gak maksud apa-apa kok, sungguh." Ia memutuskan untuk menarik kursi lipat dan mendaratkan bokong di sana, soalnya daritadi ia berdiri saja.     

Mira terkekeh kecil. "Gak, gak masalah kok." ucapnya, lalu melangkahkan kaki untuk menghampiri brankar El dan berdiri di seberang tempat Nusa kini duduk. Ia mengelus puncak kepala putranya dengan lembut, kedua alisnya menurun. "Toh ya kamu kan udah gede, gak seharusnya tambah gede terus lukanya juga makin parah. Kamu kan bisa jaga diri, Mom tau itu." sambungnya yang berbicara pada sosok cowok ganteng yang terkulai lemas.     

Nusa hanya menyimak, bahkan kini menundukkan kepala karena tidak sepantasnya menyimak pembicaraan sang Ibu dengan putrinya.     

El menghembuskan napas dengan perlahan. "Namanya kecelakaan, gak ada yang tau, Mom." balasnya dengan datar. Sejujurnya, ia sangat tidak ingin membahas hal satu ini. Di karenakan, ia masih penasaran dengan orang menyebalkan yang berani membuat dirinya seperti ini.     

Bahkan, El pun belum meminta penjelasan dari Reza dan Mario kenapa dua cowok yang bernotabene sebagai sahabatnya itu bisa membawanya dari lokasi ke sini seperti apa yang di jelaskan oleh Nusa. Ia belum memiliki waktu enam mata untuk membicarakan semua ini secara serius, bukan ingin balas dendam namun hanya saja orang itu seperti pantas untuk mendapatkan pembalasan yang jelas sekali harus setimpal.     

Mira mengambil napas panjang, lalu menghembuskan napas. Mencoba untuk tidak kembali menangis seperti malam tadi, pasalnya kan El sudah terbangun dan nyatanya masih sehat walaupun jelas sekali ada cedera patah tulang. Namun kesadaran sang putra sudah cukup baginya, jadi apalagi yang harus di tangiskan?     

"Ya udah kamu gak apa kan di sini dulu? Lagipula kan banyak tuh yang jagain, maaf ya Mom sama Dad belum bisa nemenin, apalagi Dad yang emang udah harus buru-buru." ucap Mira dengan raut wajah cemas.     

El menganggukkan kepala. Akhirnya dari sekian ribu purnama, senyumannya hadir walaupun terlihat simpul. "Gak masalah Mom, El gak pernah permasalahin itu kok." ucapnya dengan nada bicara yang dinginnya musnah.     

Mira terharu saat El bisa menunjukkan ekspresi kepadanya, ia langsung saja memeluk dengan pelan tubuh sang putra kesayangan. "Mom sayang banget sama kamu," ucapnya sambil mengelus-elus puncak kepala putranya dengan penuh dengan kasih sayang. Lalu, sebagai sentuhan terakhir pun memberikan kecupan di kening. "Mom pergi dulu ya, Nusa, tolong jagain anak Tante dia soalnya susah di atur."     

Mendengar itu, Nusa kembali mendongakkan kepala dan langsung mengangguk. "Siap Tante, semuanya bakalan aman terkendali kok."     

Mira menganggukkan kepala, percaya dengan Nusa lalu berpamitan dengan cewek tersebut yang juga mengecup kening sebagai pertanda terimakasih juga pelukan singkat. "Tante berangkat dulu ya." ucapnya.     

"Hati-hati di jalan ya Tante,"     

Setelah melihat kepergian Mira, Nusa menolehkan kepala ke arah El yang ternyata menatapnya dengan… senyuman?     

"Lo gak mau peluk gue lagi?"     

Bagaikan mimpi, sungguh? El memintanya agar di peluk? Sungguh, ini sebuah mimpi apalagi memdapatkan cowok tersebut tersenyum.     

"Mau, Bara, banget."     

Menganggukkan kepala dengan ragu-ragu, akhirnya Nusa memeluk tubuh El dengan cowok itu yang memeluknya balik walaupun hanya dengan tangan kanannya saja.     

"Makasih ya Sa, ternyata lo selalu ada."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.