Elbara : Melts The Coldest Heart

Alvira Takut Tergantikan



Alvira Takut Tergantikan

0Alvira diam di balik pintu kamar mandi, ia menyimak seluruh pembicaraan sejak pintu ini tertutup dan terkunci. Sejujurnya, ia belum mengganti pakaian yang saat ini dikenakkan dengan pakaian yang baru, ia hanya tengah menjadi pendengar.     
0

"Kak Bara suka kayaknya deh sama Kak Nusa? Y-ya bagus dong," ucapnya sambil tersenyum.     

Namun jujur, entah mengapa seperti ada sesuatu yang tak rela yang kini menyelimuti hatinya. Entah apa itu perasannya, namun ia seperti tidak ingin ada orang lain yang mencuri perhatian kepada El selain dirinya.     

Oke, jangan sampai seorang Alvira egois.     

Hei, sejauh ini, El tidak pernah memiliki pacar. Jadi, bukannya seharusnya ia senang dan mendukung sang Kakak dengan cewek yang juga sudah ia kenal kepribadiannya?     

Nusa, cewek yang polos dan sangat baik hati. Itu sangat cocok untuk sekedar di jadikan teman mengobrol, bahkan untuk bersahabat pun juga mungkin sangat cocok. Baik terhadap yang lebih tua atau yang lebih muda, semua itu tidak mangubah sudut pandangnya dalam menilai seseorang.     

Alvira berjalan lesu ke arah wastafel, menaruh paper bag anti air tersebut di pinggiran. Lalu menatap wajahnya yang cantik, namun kini menyisahkan raut wajah sedih di permukaan wajahnya, terlihat sangat jelas.     

"Ya sama aja kan kayak dulu aku sama Bian? Kak Bara sama Kak Nusa juga kayak gitu kok, wajar. Terus, apa masalahnya, Vira?"     

Seakan berbicara dengan diri sendiri, ia juga seakan tengah mengobrol dan berhadapan dengan seseorang yang dimana kenyataannya sosok yang terpantul di cermin itu adalah dirinya sendiri.     

Oke, mungkin juga pikirannya terlalu berlebihan. Memang apa yang dirinya pikirkan?     

"Takut kalah kalau Kak Nusa hadir, terus Kak Bara jadi gak peduli lagi sama aku?"     

Oh ayolah, semua orang juga tau semenjak Alvira lahir di bumi, El-lah yang selalu berdampingan dengannya, bahkan sampai detik ini. Kalau tiba-tiba ada cewwk baru yang secara tidak sadar menggantikan posisinya… astaga, tidak!     

Mereka berdua adalah saudara kandung dengan El yang selalu berjanji untuk melindungi, menjaga, dan memberikan perhatian secara full untuk Alvira. Dan itu sepertinya tidak akan berubah, ada atau tidaknya Nusa di kehidupan El.     

Mereka pun pernah memiliki janji, dan El sendiri lah yang mengatakan perjanjian tersebut pada dirinya.     

Throwback     

"Kak Bara dih larinya cepet banget, Vira gak bisa ngejar, tungguin kek! Nanti gimana kalau Vira jatuh? Jatuh terguling-guling gitu, terusnya—"     

"Bawel lo."     

Brak     

Tanpa sadar, Alvira berkata panjang lebar sambil menutup kedua bola mata. Sehingga tak melihat kalau El sudah berhenti di hadapannya, ia pum ternyata menabrak tubuh bidang sang Kakak.     

"Aduh." keluhnya sambil memegang kening yang terasa sedikit berdenyut.     

El menggelengkan kepala, merasa tidak habis pikir dengan tingkah sang adik. "Kan sakit," ucapnya. Ia menjulurkan tangan, lalu mengelus kening cewek di hadapannya dengan sangat lembut.     

Alvira cemberut, kan bukan dirinya yang meminta untuk di tinggal. "Lagian Kak Bara kalau jalan tuh cosplay jadi kereta, Vira baru banget ngedip eh tapinya udah di tinggal aja." balasnya sambil mengerucutkan bibir.     

"Ayo jalan lagi," ucap El yang merasa kalau kening Alvira sudah terasa membaik. Ia membalikkan tubuh, ingin melangkahkan kaki, namun tau kalau sang adik masih berdiri di tempatnya. Jadi, ia kembali memutar tubuh ke posisi sebelumnya. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan raut wajah yang memang mungkin selalu datar.     

Alvira mendengus, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Ngambek sama Kak Bara, jadi orang tuh gak bener banget jagain adiknya. Nanti aku bilangin ya sama Mom dan Dad," ucapnya.     

Oh ya, mereka ini menginjak sekolah dasar. Dan ya, kalau El berada di tingkat kelas 6 SD, ingin lulus-lulusan masuk ke dalam jenjang sekolah menengah pertama yang dalam artian akan meninggalkan Vira di sini sendirian.     

El menggelengkan kepala, tidak bermaksud meninggalkan. Tapi kalian tau kam bagaimana besarnya langkah kaki para cowok yang tentunya menurut mereka biasa saja? Ya, dirinya merasa kalau melangkah dengan ukuran wajar namun malah sang adik tertinggal di belakang.     

"Lo selalu gue jaga,"     

"Mana? Buktinya barusan ninggalin. Buat hal kecil aja Kakak udah berani ninggalin aku, gimana kalau nantinya aku dapet lebih banyak masalah?"     

"Omongan adalah doa,"     

"Gak apa doa, biar Kakak lebih sadar kalau cuek sama adik Kakak yang paling cantik jelita ini itu adalah sebuah kesalahan yang besar."     

Anak kecil seperti Alvira seharusnya tidak berbicara layaknya oranh dewasa, namun seperti itulah dirinya yang memang selalu berkata demikian.     

Mendengar ucapan El, ia menghembuskan napasnya. Untuk ukuran cowok yang masih menginjak umur 6 SD sepertinya itu memang juga tidak seharusnya belum berpikir dewasa, namun selayaknya Alvira pun dirinya juga seperti itu.     

"Gua jaga lo, selalu. Tapi gue gak pernah nunjukin ke orang-orang seberapa berharganya lo buat gue, Ra." ucap El yang mulai menarik atmosfer ke dalam mode yang jauh lebih serius, bahkan tatapan matanya pun mengunci tatapan Vira yang dengan polosnya membuka bola mata lebar-lebar sebagai bentuk menyimak. "Tapi buat kali ini, oke gue akuin kalau gue yang salah. Gue masih kecil dan belum bisa bedain mana perlakuan biasa gue sama perlakuan buat ke lo, dan gue bakalan berusaha mulai detik ini."     

Mendengar kalimat yang terucap sangat tulus itu, Alvira kedua bola matanya terlihat berkilat haru. Ia langsung saja menghamburkan tubuh untuk memeluk sosok yang berada di hadapannya dengan sangat erat. "Vira sayang banget sama Kakak, janji jagain Vira sampai gak ada orang yang berani jahatin Vira, oke?"     

El menganggukkan kepala, setelah itu tersenyum kecil. "Gue juga sanyang lo,"     

Puas dengan jawaban yang dikatakan oleh El, Alvira melepaskan pelukan mereka lalu menatap cowok tersebut dan menjulurkan tangan serta memberikan jemari kelingking pada El. "Janji?"     

El menyambut jari kelingking Alvira, lalu menganggukkan kepala. "Janji."     

Throwback off     

Jadi, sedekat itulah El dan Alvira sampai hingga detik ini.     

Tidak perlu menganggap kehadiran Nusa seperti hama atau perumpamaan lainnya, karena Alvira sendiri pun masih menganggap Nusa dengan sangat baik.     

"Oke kayaknya akunya aja deh yang terlalu lebay," gumam Alvira sambil terkekeh dan merapihkan rambutnya dengan japitan badai. Lalu dirinya bersiap untuk bersih-bersih, yang ternyata di dalam paper bag juga sudah ada shampo, sabun cair, dan yang lainnya. Semua barang yang di bawa Mira, tentu barang pribadi miliknya.     

"Berarti Vira mau punya Kakak ipar nih ya? Ih betapa senangnya, can't wait!"     

Mungkin wajar saja kalau Alvira merasa… cemburu? Dengan kedatangan Nusa yang di sambut sangat baik oleh El, ya dirinya hanya takut bergesar menjadi poin kedua di dalam kehidupan sang Kakak.     

El berhak bahagia, sama seperti dirinya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.