Elbara : Melts The Coldest Heart

Pergi Menghampiri Alvira



Pergi Menghampiri Alvira

0Setelah El masuk ke dalam dunia mimpi, Nusa menjadi orang yang menampilkan senyuman mengembang di permukaan wajah. Tentu, tentu saja dirinya bangga karena berhasil membuat tidur salah satu bongkahan es di kutub, terlebih lagi sebelumnya juga memiliki kepala batu.     
0

Nusa beranjak dari duduk, lalu melihat Reza dan Mario yang duduk bersampingan asyik menatap layar ponsel yang dimana bisa di tebak kalau mereka tengah bermain game online.     

"Za, Rio, Alvira kemana ya?"     

Menolehkan kepala ke kanan dan kiri serta ke arah kamar mandi yang berada du ruangan ini, seperti tidak ada sosok Alvira yang dicari-carinya.     

"Lo tadi gak denger ya gara-gara sibuk pacaran sama bos." balas Mario sambil terkekeh, ia menyempatkan diri untuk menolehkan kepala sekilas untuk melihat sang lawan bicara.     

Kedua pipi Nusa terlihat bersemu, oke ini bukan waktunya untuk merasa malu yang membuat rongga dadanya di penuhi oleh jutaan kupu-kupu. Dirinya berdehem kecil. "Serius ih aku nanya, emangnya siapa juga yang pacaran…" ucapnya dengan nada bicara pelan karena sambil menyembunyikan raut wajah bahagia, ia takut di goda Reza ataupun Mario mengenai hal ini.     

Sekarang, harapan satu-satunya mah hanya Reza seorang karena tentu saja Mario sangat tidak bisa untuk di andalkan karena malah selalu menggoda Nusa tanpa ingat akan memberikan jawaban.     

Ya, Reza di tengah permainan online-nya pun memutar tubuh untuk menatap Nusa. "Tadi izinnya pergi ke kantin, gue rasa sih dia di sana kok." jawabnya, memberikan jawaban yang sesuai dengan cewek tersebut inginkan. Di bandingkan dengan Mario, ya memang dirinya-lah yang paling unggul dalam kewarasan dan keseriusan.     

Oke, Nusa menganggukkan kepala karena sudah menemukan kira-kira dimana Alvira sekarang. Ia hanya ingin mengobrol saja kok, soalnya kalau mengobrol dengan Reza dan Mario kan sudah sangat sering. Jadi, sebagai pendekatan saja dengan adik dari seorang cowok yang sedang dekat dengannya.     

"Ya udah, aku mau kesana juga ya. Jagain Bara-nya, jangan di tinggal juga." balasnya sambil mengatakan sebuah pesan, atau seperti permintaan tolong untuk menjaga sosok yang berada di atas nakas.     

Mario dan Reza dengan kompak menganggukkan kepala. "Pasti." balas mereka berdua yang lagi-lagi mengatakan dengan kompak.     

Sebelum pergi dari ruangan ini, Nusa menyempatkan diri untuk menatap El untuk yang kesekian kali. Entahlah, rasanya memandang cowok satu itu tidak akan ada habisnya. Ya selain tampan, juga El seperti memiliki pesona tersendiri yang terpancar.     

Ia membungkukkan wajah, lalu mengecup kening El dengan sangat lembut. Astaga, dia melakukannya! Walaupun hanya kecupan singkat, ini sangat berarti baginya karena membutuhkan keberanian yang sangat besar. Untung saja El tertidur yang sudah pasti menutup mata, kalau cowok itu terbangun… tidak perlu di pastikan apa yang akan terjadi dengannya.     

"Sa plis ya jangan lakuin lagi di depan gue, gue belum bisa dapetin Alvira dan lo bikin gue iri aja."     

Mendengar suara bariton tersebut membuat Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, tidak lupa gelagapan dan menarik tubuhnya lagi menjadi berdiri tegak.     

Mario menganggukkan kepala, membenarkan apa yang dikatakan oleh Reza mengenai status mereka yang masih murni belum memiliki pasangan walaupun Reza sudah ada incaran. "Iya tuh bener, apalagi gini kan gue masih alone alias sendiri. Kan gue juga mau di sayang gitu," sambungnya. Entah sejak kapan juga dirinya sudah membalik badan untuk menatap ke arah Nusa yang selesai mengecup manis kening ketua mereka.     

Lagi, ya pipi Nusa kembali memerah. Kali ini merahnya sangat mirip dengan kepiting rebus, sungguh sangat memalukan. Yang ada di pikiran Nusa tadi adalah, dirinya bersyukur karena El masih bisa berusaha memiliki kondisi yang lumayan parah.     

"A-aku gak bermaksud apa-apa sumpah, refleks doang kok." cicitnya yang membuat pembelaan untuk diri sendiri, ya karena dirinya memang refleks meluncurkan ciuman tersebut.     

Reza dan Mario saling terkekeh, lalu menganggukkan kepala.     

"Ya elah santai aja kali, cuma ciuman kasih sayang." ucap Reza yang mewajarkan, namanya juga kasih sayang itu bisa di salurkan dalam bentuk apapun selagi masih batas wajar karena mereka adalah remaja yang tahun besok akan lulus.     

Mario membenarkan apa yang diucapkan oleh Reza. "Iya kali gak masalah, tadi tuh kita cuma mau bercandain lo aja. Gue juga yakin banget lo cium El juga karena mau salurin kebahagiaan, tenang aja." ucapnya.     

Akhirnya, Nusa bisa bernapas dengan lega walaupun sebelumnya, ia menjadi lupa caranya bernapas dengan baik karena ucapan mereka berdua yang membuatnya seperti maling yang tertangkap basah.     

"Oh oke, ya udah ya aku mau keluar dulu."     

Setelah itu, Nusa melangkahkan kakinya buru-buru untuk keluar dari ruangan ini. Dan ya, ia sudah berada di luar, lalu menghembuskan napas dengan perlahan-lahan.     

"Ih ya ampun kan emang Nusa bodoh." gumamnya sambil mengetuk kepala. "Awsh sakit." Yang ternyata ketukan tersebut cukup keras mengenai kepala, membuat beberapa orang menatap geli ke arahnya karena merasa lucu dengan tingkahnya.     

Setelah bisa mengendalikan emosi yang berada di tubuh bahkan hampir menguasai tubuhnya, akhirnya Nusa pun melangkahkan kaki ke arah lift dan mulai menekan tombol lantai dasar karena di sanalah letak kantin.     

Bersama dengan beberapa orang, ia cuek saja dengan tangan yang menggenggam ponsel juga melipat kedua tangan di depan dada dengan hoodie kebesaran milik El yang cowok itu memberikan sendiri kepadanya.     

Sesampainya di kantin …     

Benar saja, Nusa melihat sosok Avira yang berada di meja sudut ruangan dengan sepiring makanan dan juga minum teh botolan. Ia segera menghampiri cewek tersebut. "Aku boleh duduk gak di sini?" tanyanya sebelum mendaratkan bokong tepat di kursi yang bersebrangan dengan Alvira, cewek yang fokus dengan ponsel dan bukan memakan makanannya yang ternyata merupakan dimsum.     

Alvira tampak menaikkan pandangan, menatap Nusa dengan kelopak mata yang sedikit menajam. Namun tak ayal, dirinya menganggukkan kepala seperti menyetujui perizinan. "Duduk aja Kak, lagian juga kan gak ada yang nempatin." balasnya, entah terdengar lebih dingin daripada biasanya.     

Bahkan, Nusa pun sempat bertanya-tanya di dalam hati, ada apa dengan Alvira saat ini? Pasalnya, cewek tersebut terlihat sangat aneh.     

Namun, sepertinya Nusa mengurungkan niat karena takutnya kalau itu hanya prasangka hati saja. Ia mendaratkan bokong di kursi sebrang Alvira, menampilkan senyuman. "Kok gak balik-balik ke ruangan?" tanyanya. Padahal ia sudah tau jawabannya kalau Alvira itu sedang menikmati makanan yang berada di hadapannya.     

Alvita menaikkan kedua bahu, setelah itu menghembuskan napas dengan perlahan. "Gak apa, lagi gak mood ada banyak orang." balasnya, terdengar sebagai jawaban klasik.     

Nusa merasa ada yang janggal, ia menyipitkan kedua bola mata untuk menatap lebih masuk ke dalam manik mata cewek di hadapannya. "Kamu kenapa, Ra? Marah sama aku atau—"     

"Diam Kak, aku lagi gak mood sama Kakak."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.