Elbara : Melts The Coldest Heart

Obrolan Nusa dengan Alvira



Obrolan Nusa dengan Alvira

0"Diam Kak, aku lagi gak mood sama Kakak."     
0

Nusa menatap Alvira dengan sebelah alis yang menaik, ia bahkan tidak tau pernah membuat kesalahan apa sehingga tampaknya cewek tersebut kehilangan suasana hati untuk dirinya.     

Mengambil napas sebentar, lalu menghembuskan dengan perlahan-lahan. Nusa tidak mengerti dengan 'diam' yang di maksud oleh Alvira, terdengar agak kasar karena menyuruh seseoranh untuk diam, apa hanya perasaannya saja?     

"Memangnya kenapa, Ra? Aku punya salah sama kamu? Kalau ada, bilang aja." ucapnya yang mengatakan hal ini dengan nada bicara yang penasaran.     

Alvira menatap Nusa. Yang tadinya menatap dengan serius ke arah layar ponsel pun menjadikan dirinya untuk menaruh kembali barang tersebut ke atas meja, lalu benar-benar kini memusatkan perhatian kepada cewek di hadapannya.     

Sudah berjuta kali ia meyakinkan bahkan mengingatkan kepada diri sendiri untuk tidak merasa tersaingi oleh Nusa, namun dirinya tidak bisa. Selalu saja, sejak tadi melihat El yang ternyata lebih memilih cewek itu dibandingkan dengannya, ia menjadi merasakan cemburu yang dulu pernah ia rasakan. Dulu, ia cemburu jika Bian di dekati oleh para cewek. Namun ini kali pertama dirinya cemburu pada El.     

"Kak Nusa suka ya sama Kak Bara?" tanyanya sebagai perawalan, ia juga tidak ingin menyakiti sesama cewek kalau langsung bertanya to the point serta mengutarakan apa yang dirinya rasakan.     

Nusa yang mendengar pertanyaan itu pun mengerjapkan kedua bola mata, merasa bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Alvira. Pasalnya, ia juga bingung dengan perasaan yang saat ini dirinya rasakan.     

"Kok tiba-tiba kamu bahas ini?"     

"Ya gak apa Kak, aku mau tau aja. Sejauh ini, Kakak yang terbaik menurut Kak Bara sama Mommy, mungkin? Jadi ya aku gak mau kalau Kakak sampai nyakitin Kak Bara, gitu aja sih."     

Menyakiti Bara? Ayolah, itu bukanlah keahlian Nusa. Dekat dengan cowok saja, baru pertama kali dengan El. Dalam artian, ia belum memiliki pengalaman apapun mengenai percintaan. Jadi, ia juga belum pernah manyakiti atau di sakiti hatinya. Bagaimana kalau seseorang yang belum memiliki pengalaman cinta, bisa menyakiti hati orang lain?     

"Ya aku suka sama Bara, kok. Emangnya kenapa? Gak mungkin para cewek nolak adanya Bara, aku pun sejauh ini juga ngerasa Bara jauh lebih baik."     

Ya, Alvira setuju dimana Nusa mengatakan kalau El menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Sang Kakak berubah, sekian lama sejak kecil memiliki sifat dingin, namun saat bertemu dengan salah seorang cewek pun tiba-tiba sifat murni tersebut perlahan luntur.     

Hal itu seharusnya menjadi poin penting, karena kehadiran Nusa juga sepenting itu untuk El. Mungkin kalau tidak dipertemukan dengan Nusa, sampai menyentuh jenjang nikah pun mungkin cowok satu ini baru bisa luluh dengan sosok belahan jiwa sehidup semati.     

"Iya aku tau, udah kok aku cuma mau tanya itu doang." Akhirnya, Alvira mengurungkan niat untuk mengatakan apa yang dirinya rasakan saat ini. Karena ia sadar, selagi seseorang membawa pengaruh baik ke keluarganya, tidak seharusnya ia bertindak kurang sopan dengan perasaan seolah-olah ingin menyingkirkan seseorang tersebut.     

Nusa mengerutkan kedua alis, sampai tercetak jelas di permukaan wajahnya. Ia menatap Alvira, seperti mencari keseriusan. Apa hanya ini saja yang ingin di bicarakan oleh cewek itu?     

"Kamu serius cuma mau nanya begini doang?" tanyanya, sudah dari awal kalau ia adalah sosok yang penasaran. Jadi, merasa tidak puas dengan pertanyaan Alvira yang seperti itu.     

"Iya Kak, emangnya mau gimana lagi? Aku cuma nanya itu doang kok, gak aneh-aneh."     

"Tapi kenapa kamu gak modd sama aku, Ra? Udah pasti aku ada salah, iya kan? Apa gara-gara aku suka sama Bara, kamu jadi kayak gini?"     

Ya, Nusa adalah pribadi yang terlalu polos sehingga mengatakan dengan blak-blakan kalau ia suka kepada orang yang dekat dengan sosok yang berada di hadapannya saat ini.     

Rasa ingin menganggukkan kepala pun sangat besar, namun lagi-lagi Alvira melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menggelengkan kepala. "Enggak, enggak bukan itu. Lagian juga siapa yang mau ngurusin percintaan Kak Bara? Kalau dia bahagia, ya aku bahagia." balasnya, semoga saja. Lalu ia memutar otak untuk mencari alasan, dan ketemu! "Tadi aku sedang kesal saja karena ada beberapa akun yang berhenti mengikuti akun sosial media ku, ku pikir mereka mungkin berubah jadi haters." sambungnya.     

Nusa berusaha untuk memastikan kebenaran, namun raut wajah Alvira sangat sulit untuk di tebak. "Oh astaga, aku kira ada buat kesalahan sama kamu." ucapnya sambil terkekeh kecil. Ia menopang kepada dengan tangan yang sudah berada di atas meja. "Kalau kamu banyak haters, ya siapa yang peduli? Kamu udah sempurna, Vira. Dari atas sampai bawah, perumpamaan cantik yang sebenarnya itu kayaknya ada di kamu." sambungnya.     

Alvira terkekeh kecil, ia sangat tau kalau Nusa tidak berbohong dengan apa yang dikatakan oleh cewek tersebut. Ia merasa bersalah sudah berperilaku jahat seperti ini, padahal Nusa sangat baik kepadanya. "Kakak bisa aja. Lagian bener juga sih haters gak terlalu penting, apa bisanya mereka kalau ada Kak Bara di hidup aku, iya kan?"     

Menganggukkan kepala untuk membenarkan ucapan seperti meminta persetujuan oleh Alvira, Nusa setuju. "Iya benar, Bara kan selamanya untuk kamu. Jaga kamu, gak bakalan biarin adik kesayangannya kenapa-napa."     

Entah perasaannya saja atau Nusa merasa kalau Alvira masih ada pertanyaan yang belum berani di ajukan kepadanya, namun ia memutuskan untuk biasa saja.     

Alvira? Ia memaksakan senyuman, berusaha menghiraukan pikiran buruk yang menimpa pikirannya secara terus-menerus. Ia meraih piring yang berisikan dimsum, kantin yang cukup kece karena menyediakan menu makan yang seperti ini. "Makan Kak, sarapan. Tadi aku udah sarapan roti, gak kenyang ternyata soalnya tadi malam belum makan." ucapnya yang menawarkan.     

Nusa menganggukkan kepala, setelah itu beranjak dari duduknya. "Oke, aku mau pesen makan dulu ya." ucapnya. Hanya ini yang bisa dirinya lakukan untuk mendekatkan diri kepada Vira, dirinya takut kalau cewek tersebut timbul perasaan kalau ia tengah menyainginya.     

Alvira menganggukkan kepala, memberikan ibu jari ke arah Nusa pertanda kalau dirinya mengiyakan. "Oke, aku tunggu kok." balasnya.     

Nusa melangkahkan kaki menjauh dari Alvira, barah saat memunggungi cewek tersebut, helaan napas lega keluar dari dalam mulutnya. "Ternyata tidak ada masalah apapun dengan Alvira kepada ku."     

Ting     

Denting pesan ponselnya masuk, lalu ia segera memeriksanya. Itu dari Rehan.     

| ruang pesan |     

Kak Rehan     

Kakak dapet kabar dari sekolah, katanya kamu izin keluar sekolah hari ini?     

Nusa     

Iya Kak, Kakak udah tau kabar Bara, kan?     

Kak Rehan     

Udah, sayang. Ya udah kamu di sana dulu, nanti tengah hari pas Kakak istirahat mau mampir ke sana buat jenguk plus bawa kamu pulang.     

Nusa     

Tapi aku masih mau disini, belum mau pulang.     

Rehan     

Oke tapi pulang dulu, bersih-bersih, nanti Kakak anter kesana lagi. Gak ada bantahan,     

Nusa     

Oke Kakak!     

Read     

| ruang pesan berakhir |     

Nusa tersenyum, mungkin ia merasa kalau Alvira memang ada hal dengannya karena ia juga paham kalau berada di posisi cewek tersebut karena dirinya juga memiliki seorang Kakak.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.