Elbara : Melts The Coldest Heart

Puncaknya Rasa Khawatir



Puncaknya Rasa Khawatir

0"Besok kita lanjutkan pencarian, hari sudah menyentuh tengah malam, kalian pulang saja karena besok sekolah."     
0

"Tapi Nusa?"     

"Itu gampang, gue juga yakin kalau adik gue gak bakalan kenapa-napa kok."     

//     

Sama seperti hari-hari sebelumnya, kedatangan El and the genk adalah hal yang paling di tunggu para warna sekolah. Apalagi mereka datang di waktu yang mepet bel masuk sekolah berbunyi. Oh selain itu yang menjadikan daya tarik lebih, mereka juga kini malah memakai pakaian yang berantakan, terlihat semakin membuat hati para cewek-cewek membara.     

"GILA MAKINCAKEP AJA COWOK GUE!"     

"DUH ITU SINI GUE PAKEIN DASI-NYA, GEMES BANGET.."     

"RAMBUTNYA WOY GAK KUAT BERANTAKAN GITU MINTA DI ELUS!!"     

Dan masih banyak lagi pekikan yang lainnya. Jujur, El, Reza, dan Mario sama sekali tidak risih. Selain sudah terbiasa dihadapi dengan situasi seperti ini, selagi mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh juga mereka fine-fine saja kok.     

Mereka berjalan melewati koridor, banyak cewek-cewek yang modus kepada Reza dan Mario, tapi tidak dengan El. Mungkin mereka takut? Ya tentu saja takut, karena cowok satu itu memang sangat menakutkan. Tapi tetap, auranya membuat para cewek bisa mengagumi dalam diam.     

El berjalan dengan wajahnya yang datar, pikirannya menebak-nebak apakah Nusa sudah pulang ke rumah dan sekarang sudah berada di kelas seperti biasa datang pagi-pagi buta?     

Mereka bertiga sampai, dan langsung memasuki kelas. Pikirannya musnah begitu melihat bangku Nusa yang masih kosong, ia menghembuskan napas. Tapi tunggu, ada tiga bangku lainnya juga yang masih kosong sebagaimana seharusnya sang empunya suka datang pagi-pagi juga.     

"Sialan, mau di introgasi tapi gak ada."     

Ya, dari malam saat sampai ke rumah Priska, Ibu cewek tersebut mengatakan kalau dia tidak ada di rumah. Katanya sih sedang pergi bersama dengan kedua temannya, dan saat El memaksa untuk mengecek di seluruh sudut rumah dengan sopan dan atas izin wanita setengah baya yang bernotabene sebagai Ibu-nya Priska itu. Dan ya, yang dicari memang tidak ada di rumah.     

"Kenapa El?" tanya Mario sambil menepuk bahu El, dirinya dan Reza berdiri di masing-masing sisi cowok tersebut.     

"Ada yang liat kemana dan dimana Priska?" tanya El dengan lantang pada seluruh orang yang ada di kelas ini, ia menatap tajam satu persatu sehingga suasana kelas yang tadinya ricuh pun langsung terdiam, bahkan ada yang meneguk salivanya dengan susah payah.     

Mereka semua yang berada di kelas menggelengkan kepala.     

"Gue gak liat, El. Daritadi emang tuh bangku bertiga kosong, ditambah lagi bangku Nusa." jawab salah satu cowok yang tidak terlalu di kenal, namun dipastikan namanya Seno.     

Yang dimana satu sekolah tau kalau genk Priska dan Nusa memiliki masalah, mereka booming karena pem-bully-an yang terjadi kepada Nusa saat di kamar mandi cewek.     

El, Reza, dan Mario langsung menaruh sangka pada Priska dan teman-temannya.     

"Udah pasti mereka, gue habisin." gumam El dengan nada yang menyeramkan.     

Sudah dari malam menahan emosi supaya tidak menuduh siapapun karena dirinya masih masuk ke dalam status 'tersangka' oleh Rehan, kini dirinya tidak bisa lagi menahan kalau apa yang dipikirannya saat ini adalah kebenaran.     

Reza menyenggol El, tidak setuju dengan apa yang dikatakan cowok itu. "El jangan, mereka cewek."     

Tapi kini Mario mengeluarkan suara seperti 'sttt' membantah Reza. "El bener, Za. Priska udah keterlaluan kalau ini memang ulah mereka,"     

Kring     

Kring     

Kring!!     

Bel masuk kelas berbunyi, dan pelajaran pertama adalah kelas renang. Mereka semua yang berada di kelas langsung bergegas merapihkan barang-barang yang akan di bawa ke ruangan renang untuk ke toilet dan berganti seragamnya menjadi pakaian renang, untuk para cewek pakaian renang dengan bawahan celana selutut —namun menyatu dengan pakaian ketat—, bukan baju tenang yang bermodel bawahannya berbentuk V.     

El, Reza, dan Mario akhirnya juga melakukan hal serupa. Bedanya, mereka berdua langsung saja membawa tas mereka karena kalau memegang-megang pakaian renang itu terlihat merepotkan.     

"Lo bisa nebak Priska sama teman-temannya kemana?" tanya Reza pada Mario, mereka berjalan di belakang El karena ingin menjaga cowok tersebut yang seperti sudah kepalang kesal, takut kelepasan menghajar siapapun.     

Mario menolehkan kepala ke arah Reza, lalu menganggukkan kepala. "Tau lah, apa sih yang gue gak tau tentang semua orang?"     

Mendengar jawaban Mario, Reza sih agak tidak yakin dengan cowok tersebut. Jangan pernah mempercayai apa yang dikatakan Mario karena isi orak cowok itu hanya mengenai sesuatu yang humoris, alias jarang sekali serius. "Kalau tau, mereka dimana?" tanyanya.     

Mario tertawa seperti meremehkan Reza. "Lo gak pernah nonton film ya?"     

"Apaan sih, kok jadi bahas film?"     

"Nih tuh ya, nenek lampir itu kan sejenis makhluk gaib. Udah pasti siang-siang gini mangkal di pohon kamboja yang ada di kuburan."     

Tuh kan! Selain percaya kepada Mario itu musyrik, jawaban cowok tersebut juga ngaco. Reza menempeleng kepala Mario dengan kesal. "Gue nanya serius, ogeb."     

"Lah salah gue dimana?" tanya Mario sambil meringis kecil.     

"Salah lo pas pembagian otak gak protes kali pas dapet sebagian doang,"     

El menghiraukan percakapan kedua orang sahabatnya di belakang, lalu menatap layar ponsel yang entah sejak kapan berada di genggamannya. Memperhatikan ruang chat bersama dengan Nusa, jam terakhir dilihat cewek tersebut saja tertulis :     

Kemarin, 12.03.     

Waktu yang pas sekali saat cewek tersebut mengabari dirinya.     

"Bos jangan galau gitu, ini kita masih cari Nusa. Gak mungkin cewek secantik dia tiba-tiba ilang, ya kecuali di culik pedofil."     

Bukannya menenangkan, Mario malah dengan polosnya mengatakna hal itu. Reza dengan cepat membekap mulut cowok tersebut sambil menjitak kepalanya dengan pelan.     

"Punya temen sinting, hibur El bukannya malah bilanh gitu!"     

"Ya ampun, gue di siksa terus sama lo. Hak asasi manusia gue mana sih…"     

Drama, Mario mengeluarkan ekspresi seolah-olah tersakiti padahal mah tidak seperti itu kenyataannya.     

El menghembuskan napasnya dan memilih untuk tidak menanggapi kedua sahabatny, ia bingung ingin mencari Nusa kemana lagi soalnya kan mereka baru kenal, belum lagi dirinya tidak tau banyak mengenai cewek tersebut.     

Mereka sudah berada di koridor yang akan membawa ke ruangan renang.     

Reza melihat El, mereka berjalan bersisian, selalu seperti itu. "Hei, kita ada di sini El. Kita cari Nusa bareng-bareng. Lo emang gak keliatan ekspresinya karna emang muka lo datar banget, tapi gue tau kalau lo khawatir banget."     

"Bacot."     

El kemakan gengsi, dan Reza paham dengan sifat cowok tersebut. Ia menepuk bahu El sebanyak dua kali. "Gengsi lo gedein, masih aja kaku." ucapnya sambil terkekeh kecil untuk melepas keadaan.     

"TOLONG, TOLONG ADA YANG PINSAN KE KUNCI DI LOKER CEWEK! DIA KAYAKNYA ANAK BARU DEH, PUCET BANGET MUKANYA, TOLONG COWOK-COWOK!!"     

Mendengar itu, El langsung memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu berlari secepat mungkin ke arah ruangan renang.     

"Gue tau kalau itu lo, Nusa. Gue dateng buat lo, tunggu."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.