Elbara : Melts The Coldest Heart

Melihat Galeri Ponsel Nusa



Melihat Galeri Ponsel Nusa

0"Kamu emangnya kenapa nanya kayak gituan ke Kakak?" Rehan melempar begitu saja tubuhnya ke atas sofa ruang televisi, tubuhnya cukup lelah karena sudah hampir satu minggu ini cafe banyak sekali pengunjungnya.     
0

Ia merasa ada yang aneh dengan pertanyaan-pertanyaan Nusa, karena tidak biasanya cewek satu itu menanyakan hal tersebut.     

Suatu saat cemburu dengan seseorang yang akan menjadi pasangan di hidupnya? Ayolah, Nusa sama sekali tidak pernah memiliki pemikiran yang seperti itu. Bahkan sang adik cenderung terima-terima saja, tak ayal pun suka bertanya kapan dirinya memiliki kekasih.     

Jadi, sudah pasti pertanyaan itu pribadi bukan perasaan yang saat ini dirasakan karena Nusa bukan sosok adik yang terlalu over mengekang.     

Nusa yang baru saja ingin melangkahkan kali untuk naik ke lantai dua pun mengurungkan niat, lalu menolehkan kepala ke sumber suara dengan wajahnya yang terlihat layu. Mungkin efek menangis beberapa jam lalu, belum lagi memang dirinya belum makan.     

Ia baru ingin makan setelah berganti baju menjadi pakaian yang terlihat lebih santai, setelah itu mengusi perut dengan makanan yang baru di belinya tadi bersama dengan Rehan.     

"Ya gak apa-apa sih cuma mau nanya doang, emangnya gak boleh, ya?" balasnya sambil menaikkan sebelah alisnya.     

Menggelengkan kepala, ayolah bukan itu maksud dari apa yang ingin disampaikan oleh Rehan. "Bukan, bukannya begitu. Kalau nanya mah boleh-boleh aja, tapi pertanyaannya ya agak beda. Kayak bukan kamu aja," ucap Rehan. Ia menaikkan kedua kaki ke atas sofa, di luruskan supaya rasa pegal dapat di manjakan dengan kelembutan sofa.     

Nusa menghembuskan napas, tidak bermaksud ingin menyembunyikan sesuatu dari Rehan. Namun dirinya belum siap untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Nantian aja ah ceritanya, Nusa mau buru-buru ganti baju terus makan. Kan juga Kakak harus balik lagi ke tempat kerja." balasnya sambil melanjutkan langkah, menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamar.     

Tanpa di sadari, Nusa meninggalkan ponsel di meja panjang yang berada di hadapannya. Menjadikan Rehan langsung meraih benda pipih tersebut. Tidak, bukan kebiasaannya untuk memeriksa apa yang ada di dalam ponsel sang adik. Namun ia ingin melihat galeri saja kok, banyak foto mereka berdua yang di simpan dengan sangat baik oleh sang adik kesayangannya.     

Tau kata sandi ponsel masing-masing pun sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka. Rehan tau kata sandi ponsel Nusa, dan begitu juga dengan hal sebaliknya.     

Ia langsung membuka galeri, lalu melihat potret baru yang tidak dirinya temukan beberapa pekan lalu saat memeriksa galeri Nusa. Itu adalah poto El, Reza, Mario, dengan Nusa yang berada di tengah-tengah mereka. Menunjukkan senyuman penuh kebahagiaan, kecuali El yang tetap cold but stay cool, terlihat menawan.     

"Lah sejak kapan ini mereka suka poto-poto?"     

Rehan terkekeh. Sungguh, ia tidak marah kok kalau mereka terempat terlihat dekat bahkan berani jamin saling menjaga dan bukan merusak. Bagus jika Nusa memiliki teman walaupun para cowok, yang terpenting citra ketiga cowok tersebut terkenal baik dan tidak banyak tingkah.     

Lalu, menggeser foto demi foto. Yang dirinya tangkap, Mario-lah yang gemar sekali mengajak Nusa berpoto. Terlihat banyak sekali foto mereka berdua dengan beberapa pose berbeda dan juga background yang beberapa ada yang sama. Mungkin, Nusa lebih nyaman dekat dengan Mario.     

Ya akui saja, cowok humotis satu itu memang sangat menghibur dan mengerti perasaan cewek. Kalau Reza, ya sama humorisnya sih, namun cowok satu ini cenderung serius dan juga kabarnya sedang mendekati Alvira dan mana mungkin berani terlalu dekat dengan Nusa. Kalau El, ya seharusnya jangan di pertanyakan lagi deh, sepertinya cowok satu ini anti selfie.     

"Kalau Nusa sama El, bisa juga sih. Gue pribadi mah dukung-dukung aja, lagian juga Nusa gak pernah punya pacar. Mungkin cowok gak banyak tingkah kayak El bisa jadi pengisi hatinya,"     

Tiba-tiba, Rehan membayangkan saat-saat dimana Nusa tidak lagi bergantung pada dirinya. Terlebih lagi cewek tersebut punya El, pasti bisa lebih mudah untuk mengurangi rasa ketergantungan terhadap dirinya. Bukan, dirinya bukannya merasa keberatan karena selalu memikul beban Nusa. Namun dirinya ingin melihat Nusa bahagia dengan orang lain, bukan hanya dengan dirinya.     

Setiap potret yang ada wajah Nusa, Rehan men-zoom untuk melihat senyuman merekah itu. Senyuman yang selalu menjadi penyemangat hari-harinya yang mungkin suatu saat ada orang seberuntung dirinya yang kehidupannya bisa di hadirkan oleh cewek seperti Nusa.     

"Adik gue cantik banget ya, mana bisa El nolak dia. Kalau di tolak, ya gue bakalan bikin pertanyaan lah. Apalagi kalau nolak Nusa yang kayaknya udah suka sama tuh cowok, pasti bakalan sakit hati. Dan gue gak mau adik gue sakit hati lah,"     

Rehan memutuskan untuk merebahkan diri di sofa, ia berniat sambil bersantai. Jadi, yang nanti makan siang hanya Nusa saja karena dirinya kenyang.     

Mengingat beberapa percakapan Reza dan Mario saat mampir ke tempat kerjanya tanpa El, menjadikan dirinya terkekeh geli karena mungkin adiknya baru merasakan di mabuk asmara.     

'Lo tau gak, Han? Adik lo nih ya kalau di deket El tuh kayak apa ya… kayak mau tau banget gitu. Pasti kalau dia penasaran sama sesuatu yang ada di diri El, dia langsung nanya gak pake basa basi sih keren banget.' Ini ucapan Reza.     

'Nah bener. Kalau gue bisa setia nih ya, Nusa mau udah gue pacarin dari awal, jadiin dia cinta sehidup semati gue. Tapi gue titisan buaya darat sih, alias gue gak mau nyakitin Nusa karena dia terlalu baik buat gue.' Kalau yang ini, ucapan Mario.     

Mengingat kalimat mereka berdua pun memang terdengar cukup meyakinkan, kalau Nusa penasaran dengan sesuatu pasti objek tersebut telah membuat dia terpesona.     

"Ih Kakak ngapain cek-cek hp aku? Sumpah Kak, gak ada apa-apanya kok."     

Tiba-tiba terdengar suara panik Nusa yang diiringi dengan suara kaki yang mulai turun tangga tergesa-gesa membuat Rehan langsung menolehkan kepala ke arah tersebut. "Ini biasa, sayang. Kakak lagi liat-liat galeri kok, gak liat aplikasi lain, nih buktinya." ucapnya yang membalas perkataan Nusa dengan kejujuran sambil membalikkan ponsel supaya layarnya dapat di lihat oleh cewek yang kini sudah berada di hadapannya dengan napas yang terengah-engah.     

"Ih kirain Nusa ngapain."     

"Emang kenapa sih kalau aplikasi lain?"     

"Boleh aja, tapi jangan buka-buka whatsapp!"     

"Emang kenapa, Sa? Ada chatan dari pacar kamu ya? Kenalin dong siapa orangnya,"     

Rehan menggoda Nusa, menaik turunkan kedua alisnya dengan mulut yang terlihat jelas tengah mengulum sebuah senyuman geli karena berhasil membuat kedua pipi Nusa terlihat jelas berwarna merah.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.