Elbara : Melts The Coldest Heart

Membahas Kecelakaan El



Membahas Kecelakaan El

0"Jadi gimana lo berdua bisa tau gue ada di arena balap Ricardo?"     
0

El menatap Reza dan Mario secara bergantian, sorot matanya yang tajam pun diberikan ke kedua sahabatnya itu dengan cukup intens. Meminta penjelasan yang sedaritadi tertunda karena katanya ada Nusa dan Alvira yang gawat kalau cewek berdua itu tau mengenai kebenaran ini.     

Kalau Alvira pribadi mah sudah tau gimana kejadiannya walaupun tidak setiap cerita tau, namun kalau Nusa… sepertinya cewek itu belum tau apapun karena berita yang diedarkan Reza dan Mario ke sekolah yaitu El kecelakaan saat berkendara di jalan.     

Mario merenggenggang otot-otot tubuh yang terasa lumayan pegal, ingin istirahat dan tidur seperti Alvira yang kini tengah tertidur pulas di brankar kosong samping brankar El. Tentu saja cewek tersebut tidur dengan tirai yang tertutup, sehingga tidak bisa terlihat oleh mata Reza yang mencuri-curi pandang ke wajah cantik Alvira yang lebih terlihat damai saat tertidur.     

"Ini semua berkat Reza sih, gue pribadi anak baik-baik nan polos yang udah pasti gak akan pernah tau tempat gitu-gituan. Dia yang ngarahin kita kesana," jawabnya sambil meminum minuman isotonik botolan yang berada di tangannya. Lalu menutup botol, dan meletakkan di atas nakas.     

Reza yang mendengar ucapan kelewat jujur Mario pun membelalakkan kedua bola matanya ke arah cowok tersebut yang hanya meringis kecil disusul dengan kekehan, ia mengumpat dalam hati. 'Mati gue, El kan gak pernah tau kalau gue kenal tempat gitu-gituan."     

Ya, semasa dulu tuh Reza ibaratnya El yang sekarang, alias suka sekali menyembunyikan kenakalan yang membuat dirinya melakukan pencitraan di hadapan orang-orang kalau ia adalah sosok baik yang tidak pernah ikut balapan liar atau hal sebagainya.     

Dan ya, bukannya Reza tidak ingin jujur dengan Mario dan El mengenai hal ini. Namun dirinya lebih memilih untuk tidak mengingat apa yang pernah dirinya lakukan di masa lalu, ia fokus ingin menjadi yang terbaik untuk masa depannya.     

El mengubah pandang dari Mario ke Reza, menaikkan sebelah alis. Tanpa berucap pun dirinya sudah mampu membuat sang lawan bicara diam tak berkutik, terbukti dengan Reza yang meneguk salivanya dengan kasar.     

Reza mengambil napas panjang, lalu menghembuskan dengan perlahan-lahan guna membuang perasaan bersalah di dalam hati. "Oke sebelumnya gue mau minta maaf. Sumpah, itu gue yang dulu makanya gue tau lokasi RR dimana. Dan sorry gue gak cerita-cerita ya karena buat apaan di ungkit gitu loh? Selagi gue gak ngulangin semua itu lagi, ya gue aman dan ngerasa gak perlu cerita yang malah numbuhin ingetan gue. Ya gak sih?" ucapnya sebagai perawalan.     

"Reza yang dulu bukan lah yang sekarang, dulu sok jagoan sekarang sok sok nyaingin gue jadi pakboy." Dengan memoles perkataannya dengan nada nyanyian, Mario bersenandung kecil karena iseng saja memberikan tanggapan. Ia pun tidak akan menjelaskan sebelum bagiannya ada.     

El menganggukkan kepala, dirinya pribadi tidak masalah juga sih kalau Reza memiliki masa lalu yang buruk karena semua orang pasti beberapa memilikinya. Lagipula juga kan namanya masa lalu itu tidak boleh di bawa ke masa depan, cukup diingat dan jangan pernah berpikiran untuk mengulangi kembali. "Lo lacak gue?" tanya El.     

Reza meringis kecil sambil menggaruk tengukuknya yang tak gatal. "Iya gue lacak pakai aplikasi 'Find My', untung hp kita iPhone."     

"Sombong amad!" sambung Mario.     

"Terus lo gimana? Algojo-nya kan banyak di sepanjang jalan yang sepi," tanyanya menghiraukan sahutan Mario. Kalau El pribadi sih tidak ada yang berani menghentikannya kalau sudah melihat wajahnya yang di tutup helm, dengan senang hati para penjaga bertubuh kekar itu mengizinkannya untuk kembali melajukan motor.     

Reza menaikkan kedua bahu, seolah-olah pertanyaan El bukanlah hal yang sulit untuk di jawab. "Ya dia mah tanya-tanya biasa aja sih—"     

"Mukanya serem banget anjir, El. Emang pada kayak gitu ya? Takutnya sih gue tuh mereka makan besi-besi gitu karna ototnya keren-keren banget sampai over." selak Mario yang memotong pembicaraan Reza.     

Mendengar Mario yang menyelak ucapannya begitu saja membuat Reza menolehkan kepala ke arah cowok satu itu, lau menjulurkan tangan untul menepuk bibir Mario. "Tadi lo nyerahin semuanya ke gue, sialan. Sekarang lo demen banget nyelak-nyelak omongan gue."     

"Ya ampun KDRT kamu mas!" seru Mario dengan mada bicara penuh drama, seolah-olah tersakiti padahal tepukan Reza pun selembut kapas.     

Memdengar itu, Reza memutar kedua bola mata dan bersiap kembali menyambung perkataannya. "Gue pribadi dlu suka kesana tapi cuma mampir ga pernah turun ke area, makin kesini ya bosen aja gitu jadi cuma numpang lewat doang. Jadi, gue udah tau kata kunci di setiap pertanyaan mereka." sambungnya.     

El menganggukkan kepala. Ternyata memiliki sahabat itu memang benar ada untungnya, banyak. Ia tidak perlu cemas kalau keberadaannya tak di ketahui, pasti mereka berdua mencarinya.     

"Gue gak tau siapa yang ada di samping gue, tapi gue apal gimana motornya." ucapnya.     

Reza dan Mario ikut menyimak, hei memangnya siapa yang tidak penasaran dengan seseorang yang berani menyenggol seorang Elbara?     

"Apaan ciri-ciri motornya? Nanti kali aja nemu, jadi bisa introgasi." ucap Reza.     

Mario menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Reza. "Iya tuh bener nanti kita eksekusi mati!" ucapnya dengan dengusan kesal.     

Reza mengetuk kepala Mario, kali ini juga dengan pelan. "Kopong, pantesan ngaco."     

"Ya ampun, El lo gak liat gue daritadi di aniaya sama temen lo yang satu ini?" Pura-pura tersakiti.     

El mendengus, ada saja tingkah mereka berdua. "Motor ninja, perpaduan putih sama hitam." ucapnya, hanya itu saja yang dirinya ingat.     

Mario menganggukkan kepala. "Merk helm apaan?"     

"Pinter juga lo, Rio." ucap Reza yang kali ini benar-benar memuji. Dimana-mana, kalau nantinya sang pelaku ada di ruang lingkup mereka, pasti langsung mengganti body motor jika memang kesehariannya memakai motor. Nah kan kalau helm gak mungkin di ganti.     

El mengingat-ingat kembali, ia sempat memperhatikan dengan seksama. Dan ya, dirinya adalah anak motor yang sekali melihat pun sudah tau merk benda-benda yang berkaitan dengan kendaraan bermotor termasuk helm.     

"Modelan Shoei X14 white."     

"Holang kayah." komentar Mario lagi.     

Reza memutar kedua bola matanya. "El sama gue pribadi sih mampu, buat lo nih ya Mario yang pelit dan medit mah mana mampu bos qu." balasnya.     

El hanya menarik sedikit senyuman, agak terhibur dengan perkataan Reza dan raut wajah Mario yang menjadi sepat.     

"Eh tapi kayaknya gue pernah liat tuh helm deh." ucap Mario lagi.     

El dan Reza tentu tidak percaya, tau sendiri kalau Mario suka sekali mengada-ngada.     

"Paling lo liat di google, gak jauh-jauh." ucap Reza.     

Mario kali ini menunjukkan sorot mata yang penuh dengan keyakinan dan perasaan serius. "Gue serius, itu helm-nya kayak punya Bian."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.