Elbara : Melts The Coldest Heart

Perilaku Tercela Dua Preman



Perilaku Tercela Dua Preman

0Nusa berlari secepat yang dirinya bisa. Sudah sial di jambret ponselnya, menjadikan ia tidak bisa menghubungi seseorang untuk menjemput dirinya. Ia benar-benar tidak mengerti dengan situasi seperti ini, apa yang dirinya perbuat setelah ini.     
0

Kakinya lelah, namun karena kepanikan dan deru jantungnya yang berdegup dengan cepat menjadikan Nusa terus berlari walaupun lemas. Ia tidak ingat dari arah mana dirinya bisa masuk ke jalanan yang seperti ini, bodoh karena merutuki nasib yang buruk.     

Ternyata ini yang ditakutkan oleh Rehan. Melarang Nusa agar tidak kemana-mana sendiri, apalagi sampai pulang dari mana-mana sampai malam yang cukup larut. Oke, setelah ini Nusa harus memohon ampun dengan Rehan jikalau cowok itu murka dengannya.     

NGENGGGGG!     

"AAAAAAAA!!"     

Teriakan Nusa menggelegar. Bukannya semakin mendapatkan jalan keluar, dirinya terlihat malah memasuki jalanan lebih ke pedalaman. Cahaya mulai meremang karena rumah warga sudah beberapa berlalu. Ingin berbalik badan pun tidak mungkin, ia juga tidak berlari lurus melainkan ke kanan kiri agar tidak mudah di ikuti.     

Sial, dan kini benar-benar cahaya lampu sudah sirna menerangi jalannya.     

Cahaya hilang, dam Nusa hanya di temani dengan cahaya rembulan yang berada tepat di atasnya.     

Napas mulai naik turun, dan…     

"BERHENTI!!!"     

Bertepatan dengan larian Nusa yang melemah, satu motor yang dinaiki oleh dua orang itu pun mulai menghalangi jalannya sambil tersenyum-senyum.     

"Neng cantik, ngapain si lari-larian? Malah larinya asik banget ngajak ke tempat sepi," ucap salah satu dari cowok bertubuh kekar. Mungkin jika dapat di samakan, mereka berdua memiliki umur yang tidak jauh berbeda dari sosok Rehan.     

Nusa menghentikan larian. Akhirnya ia berhenti, namun sekalinya berhenti langsung di hadapi oleh dua musibah sekaligus. Sudah merampas ponselnya, kini menggoda pula. "Kembaliin ponsel Nusa.." ucapnya yang bergetar takut, air mata pun masih basah di kedua pipinya.     

Sekarang, bukan mengenai El dan Alvira lagi yang membuatnya menangis sedih, namun juga kedua preman yang kini berada di hadapannya.     

"Oh jadi namanya Nusa bro,"     

"Suaranya lembut banget, pasti kalau ehem-ehem nikmat suaranya nafsu banget."     

"Udah mikirin gituan aja lo, nikmatin dulu lah."     

Nusa mendengar percakapan mereka berdua, menjadikan dirinya menggelengkan kepala dengan penuh ketegasan. "Gak! Kalian gak boleh macem-macem atau aku laporin ke kepolisian!" serunya dengan lantang, namun tak ayal kristal bening pun meluncur begitu saja ke pipinya.     

"Wah ngancem lo anak kecil?!" tanya si cowok satunya dengan nada tinggi, seperti sensitif sekali di saat Nusa membawa-bawa tentang kepolisian. Mungkin mereka hanya penjahat kelas kakap, yang dalam artian hanya berani melakukan kejahatan namun saat nantinya tertangkap merasa tak rela.     

"Aws sakit!"     

Rahang Nusa di cengkram dengan sangat kencang, ia —si cowok preman— mendengus lalu pandangannya menatap Nusa seolah-olah tengah meneliti wajah yang sangat cantik itu. "Bisa nih kita jadiin budak." katanya dengan penuh penekanan, tidak membiarkan tangannya lengah supaya Nusa tidak terlepas.     

Si cowok temannya pun melihat perilaku tersebut. "Jangan kasar-kasar, kan niatnya mau nyopet doang bukannya mau bunuh orang."     

"Gue gak bunuh, ini gertakan aja biar dia gak berani ngomong seenaknya. Mentang-mentang cantik!"     

"Iya betul, makanya gue gak mau milih cewek cantik karena ya gayanya belagu!"     

Tunggu sebentar, di saat-saat seperti ini, Nusa malah menghidupkan pikiran tersendiri. 'Emangnya cewek cantik mana yang mau sama preman penuh tato di tubuh dan kasar dengan lawan jenis seperti ini? Pasti sudah kabur duluan karena ketakutan' batinnya yang seperti menghibur diri.     

"Ayo bawa aja ke semak-semak!"     

Tubuh Nusa di seret begitu saja, Nusa pun panik dan tentu meronta-ronta, bahkan berusaha menendang seseorang yang kini menyeretnya. Kini, posisinya sangat mengenaskan dengan pantat menyentuh aspal dengan kedua tangannya yang di pegang masing-masing oleh dua cowok berbadan kekar itu.     

"TOLONG! TOLONG PLIS TOLONGIN NUSA, NUSA TAKUT BANGET!!"     

"Percuma lo, bodoh ya? Gak bakal ada yang denger lo." ucap si cowok yang tadi mencengkram rahang Nusa dengan kuat.     

Nusa menangis kejer, ia benar-benar tiada henti meronta bahkan kini tubuh bagian pinggang ke bawahnya sudah menyentuh rerumputan pertanda kalau dirinya memangdi tarik memasuki area ladang atau entah kebun warga?     

"Plis Nusa bakalan kasih apa yang kalian mau, Nusa bakalan kasih apa yang kalian ingin. Tapi jangan bertindah melecehkan, Nusa mohon…"     

Masih dengan meronta-ronta, suara Nusa terdengar jelas memohon. Menjadikan suaranya tercekat di ujung tenggorokkan.     

"Justru yang kita mau itu lo, Nusa si adik kecil. Kita gak butuh apa-apa lagi lag kalau ada cewek secantik lo walaupun body-nya gak padat."     

Mendengar itu, Nusa semakin menangis dengan jelas. Tubuhnya tiba-tiba di lempat, mendekati semak-semak belukar. Ia menggelengkan kepala, menutupi dagian dada dan area sensitif bawahnya dari tangan kekar yang ingin meraih.     

"Sini abang bukain bajo lo."     

"ENGGAK, NUSA MAU PULANG. AKU GAK KENAL SAMA KALIAN, TOLONG SIAPAPUN TOLONGGGGGG!!"     

Tenggorokkan Nusa sampai terasa sakit. Lemas, lemah, dan sepertinya sudah tidak lagi bisa banyak meronta karena sudah terasa lelah. Namun, ia masih membuat perlindungan diri, dan juga ia menangis histeris.     

"Jauh-jauh dari Nusa jangan mendekat…"     

"Kalau dekat-dekat ya nanti bablas, makanya ini kita kejauhan dan mendekat biar kebablasan."     

Nusa pikir preman dengan pemikiran seperti ini sangatlah berbahaya, ia menggelengkan kepala karena mengerti dengan makna 'kebablasan' yang di maksud oleh sang lawan bicara.     

"Cantik-cantik banyak bacot." ucap si teman cowok satunya.     

"Kalian udah tua, bukannya sibuk kerja halal biar bisa nikah malahan nyari kerjaan yang tercela terlebih lagi mau melakukan hal semena-mena sama cewek!" Nusa memberanikan diri mengatakan hal ini.     

PLAK!     

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi bagian kanan Nusa, membuat cewek ini meringis dan meraba sudut bibirnya yang seperti mengalir sesuatu. Dengan jemarinya, ia mengecek. Dan ternyata, sudut bibirnya berdarah.     

"Jadi anak kecil songong, mampus lo."     

Nusa menangis, entah harus meminta pertolongan pada siapa karena dirinya tak tau lagi.     

"Tuhan marah sama abang sekalian karena udah kasar sama cewek!"     

PLAK!     

Satu tamparan mendadak mendarat di pipi satunya. Dan ya, di saat itu juga pandangan Nusa kabur dan menggelap.     

"WOY LO NGAPAIN CEWEK GUE SIALAN?!"     

Nusa masih bisa menangkap suara itu dengan jela, bahkan kedua bola matanya masih berusaha untuk melihat ke sumber suara. Ia menyerah karena pandangannya kabur, lalu tubuhnya tumbang begitu saja di rerumputan.     

Meninggalkan petarungan sengit adu otot antara cowok yang baru datang seolah-olah pahlawan, dan dua orang cowok lainnya yang tercela.     

Yang Nusa tau kini, rasa nyeri terasa di seluruh tubuhnya, tak terlebih seluruh wajahnya yang mendapatkan tamparan dari cowok yang terkenal memiliki kekuatan tangan yang kasar dan kencang.     

Setelah ini, Nusa menyerahkan nasibnya pada takdir sebelum semuanya benar-benar menggelap dan dirinya tak sadarkan diri.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.