Elbara : Melts The Coldest Heart

Pengungkapan Perasaan El



Pengungkapan Perasaan El

0Reza dan Mario saling senggol-senggolan.     
0

"Lo kalau gak kasih tau bos tentang Nusa, mati lo, Za." ucap Mario yang mencoba untuk membuat panik Reza agar cowok tersebut lebih baik bilang saja kepada El mengenai Nusa yang sudah berada di rumahnya dengan selamat.     

Belum jelas Nusa bercerita, kemana cewek tersebut, dan pulang bersama siapa. Entahlah, rasanya mereka berdua ingin memberikan ruang kepala Nusa agar berceritanya nantian saja.     

Reza mendengus, lalu menggelengkan kepala. "Enak aja lo, sial. Lo aja sana, gue mah pemegang amanah terdebes sepanjang masa." balasnya, lalu langsung saja menyambar stik PS yang tergeletak di lantai karena berniat memilih untuk bermain saja jika di bandingkan dengan mengikuti segala ucapan Mario yang malang melintang, tak kunjung ada ujungnya.     

"Helleh, ngomong terus lo gak aus?"     

"Aus lah, sono ambilin minum."     

"Dih, berasa babu gue."     

Reza tertawa terbahak-bahak, ia masil sibuk mencari game yang seru, namun sepertinya tidak jadi karena apa yang dikatakan oleh Mario mengandung unsur guyonan. "Lah emang lo babu, sekalian sono lo nguping El sama Alvira, kan lo jago-nya nguping." ucapnya sambil memberikan masukan yang menguntungnya.     

Mario tampak menganggukkan kepala dengan penuh semangat. Setelah itu beranjak dari duduknya. "Nitip hp, pastiin para doi gue gak masuk ke asrama cewek lo. Awas aja nanti target kita samaan, gue gibeng lo!" serunya dengan memasang wajah yang sok galak.     

Mendengar itu, menjadikan Reza memutar kedua bola matanya. Merasa tidak ingin terlalu menghiraukan apa yang dikatakan oleh Mario. "Ah gue cek-cekin satu-satu kontak lo, kali aja ada yang nyangkut di gue." ucapnya yang meladeni. Semuanya juga tau kalau ia hanya bercanda, Alvira masih menjadi yang terdepan baginya.     

"Gue tampar lo, Za." ucap Mario yang kesal, lalu akhirnya memilih untuk menyambar ponselnya yang tadi tergeletak di lantai.     

Reza yang melihat itu, merebut ponsel Mario dari genggaman cowok tersebut. "Jangan di bawa, oneng. Nanti kalau lo nguping terus nih hp bunyi atau geter, emangnya lo mau ketangkep basah?" tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat.     

Dipikir-pikir sih mereka memang sosok yang cukup kepo mengenai semua ini. Jadi, menguping adalah jalan pintas terbaik.     

"Oh iya juga Za, tumben lo pinter."     

"Iya lah, emangnya lo bodoh terus?"     

"Cela terus Za, sampai gue termotivasi."     

Reza ketawa, lalu mendorong betis Mario karena cowok itu sedaritadi hajya berdiri saja tanpa berminat melangkahkan kaki. "Sana anjir tunggu apaan lagi? Keburu obrolan mereka selesai." ucapnya yang gregetan.     

Mario menghembuskan napas, agak tidak rela meninggalkan ponselnya apalagi kepada Reza. Padahal, ia tau kalau cowok itu tak akan berani mengganggu gugat para cewek yang menjadi incarannya karena sudah memiliki Alvira, ya namanya sebagai tindakan berjaga-jaga saja kok. "Itu, gue mau bilang kalau doi—"     

"Iya bawel, da-a doi da-a doi. Gak gue apa-apain hp lo sih, tenang aja." potong Reza karena sudah mengetahui apa yang akan dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu.     

Mario membuat tangannya manjadi isyarat 'ok' ke udara untuk di tunjukkan kepada Reza, membuat dirinya langsung berbalik badan. Dan meninggalkan sahabatnya yang memilih untuk menetap disini, karena kalau dua-duanya menguping, pasti akan berisik. Belum lagi, mereka berdua pasti akan berdebat di tengah-tengah menyimak pembicaraan El dan Alvira. Bisa gawat.     

Akhirnya, ia memutuskan untuk balik lagi ke arah Reza untuk mengambil ponsel dan akan menerima konsekuensi kalau ketauan, ia akan memasang mode silent.     

Sudah keluar dari kamar, Mario mulai menuruni anak tangga satu persatu. Ia memutuskan untuk tidak memakai alas kaki karena takut kalalu memakai sandal bisa-bisa ketahuan oleh orang yang ingin dimata-matio olehnya.     

Sengaja Mario pun mengambil turunan tangga lain sisi, agar kehadirannya tidak di ketahui oleh El dan Alvira. Dirinya berdiri di balik salah satu tiang rumah, menyembunyikan tubuhnya di sana karena itu adalah tempat persembunyian paling dekat dengan target. Urusan minum untuk Reza, itu bisa belakangan karena menguping tidak bisa memutar waktu jika ketinggalan.     

Di sisi lain …     

Alvira menatap El dengan sorot mata yang penuh dengan kesedihan, setelah itu mencoba untuk mengambil tangan kokoh El agar masuk ke dalam genggamannya. Tapi justru sang kakak langsung menepis walaupun dengan gerakan yang lembut.     

"Ayolah Kak, kan Alvira udah minta maaf." ucapnya dengan sorot yang menampilkan puppy eyes.     

El menggelengkan kepala penuh ketegasan, menatap Alvira dengan kedua alis yang ikut menajam. "Udah gue bilang kalau lo—"     

"Jangan bicara kasar sama Vira.." potong Alvira dengan melirih, ia tidak bisa mendengar suara El yang agak keras masuk ke dalam indra pendengarannya.     

El menghembuskan napas. "Lo minta maaf ke Nusa." ucapnya yang mengulang perkataan yang tadi belum selesai dengan lebih tenang daripada sebelumnya.     

"Tapi kan Kak Nusa belum pulang, kita semua aja gak ada yang tau, kabarnya aja juga gak ada."     

"Gara-gara lo."     

"Jadinya nyalahin Vira lagi nih? Apa gimana?"     

"Iya. Kalau aja lo bilang lo gak suka sama Nusa, pasti dia gak bakalan pergi. Kenapa sih, Ra? Gue selalu nempatin kebahagiaan lo di atas kebahagiaan gue, sekali aja gue juga mau deket sama Nusa."     

Mendengar itu, Mario berinisiatif untuk merekam percakapan supaya menjadi pembuktian ke Nusa juga pengungkapan ke El jikalau cowok itu nantinya gengsi dengan perasaannya sendiri.     

Alvira menghembuskan napasnya. "Terus emangnya aku salah?" tanyanya tanpa wajah berdosa sedikit pun.     

Menganggukkan kepala, El tentu saja mengiyakan pertanyaan Nusa. "Iya lah lo salah, pake nanya."     

"Kakak kenapa sih? Kak Bara emangnya sayang sama Nusa, hah?" tanya Alvira yang kebingungan. Pasalnya malah daritadi dirinyalah yang di sudutkan, seolah-olah memang paling bersalah di antara semuanya.     

Mendengar pertanyaan itu lagi, kali ini dengan penuh ketegasan sepertinya ia harus mengatakan. "Iya, gue suka sama dia. Gue gak salah suka sama seseorang." balasnya dengan penuh dengan keyakinan.     

Mendengar itu, lidah Nusa seakan kelu. Tidak tau lagi ingin menanggapinya seperti apa. Ia menghela napas perlahan, mungkin memang sudah kalah dengan Nusa. "Gimana nasib aku tanpa Kakak?" tanyanya dengan lesu.     

"Lo juga ada Reza, Ra. Gue emang over protektif sama lo, tapi gue gak pernah larang lo mau hubungan sama cowok manapun karena gue tau lo berhak ngerasain cinta."     

"Kakak nyalahin aku lagi?"     

El mengusap wajahnya dengan kasar. Berbicara dengan Alvira itu seperti berbicara dengan anak kecil, sangat kekanak-kanakan. "Engga Ra, astaga." ucapnya yang tidak tau ingin berkata apalagi kepada sang adik kecil yang susah diberi paham.     

Sedangkan Mario? Ia merasa sudah puas merekan pembuktian dimana El yang suka sama Nusa, ini akan menjadi berita hot baginya dan juga Reza.     

'Asik nih ada gosip baru.'     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.