Elbara : Melts The Coldest Heart

Nusa Menolak El



Nusa Menolak El

0Nusa menatap El yang ada di sampingnya. Duduk dengan tenang, seolah-olah kejadian tadi bukan hal yang nyata, padahal jelas saja apa yang dilakukan cowok tersebut berhasil mengundang pembicaraan banyak murid yang tertarik dengan gosip.     
0

Mungkin jatuhnya bukan gosip lagi, ya? Karena memang kabar ini keluar langsung dari mulut si yang menjadi perbincangan.     

"El, kamu aneh." ucap Nusa, memandang El dengan kedua alis yang berkerut.     

Saat ini, bel masuk belum berbunyi. Murid-murid pun masih banyak yang berkeliaran, bahkan ada yang lari-larian —ini sih para cewek lebih dominan— karena saat ini para cowok sedang asik mabar alias main bareng game online.     

Menolehkan kepala ke arah Nusa, El lalu mengangkat kedua bahunya. "Gak tau deh. Gue cuma gak mau liat lo sama Bian," balasnya. Kali ini, ia lebih memilih jujur dengan perasaannya.     

Tadi, sebelum menginjakkan kaki masuk ke koridor, Reza dan Mario memberikan beberapa nasehat dengan kata-kata mutiara yang sebenarnya tidak pantas terucap oleh mereka berdua.     

Throwback     

Di area parkir …     

Reza dan Mario tanpa izin kini sudah berada di dalam mobil El, mereka berdua menahan cowok tersebut agar tidak keluar terlebih dulu dari dalam mobil karena ada hal yang ingin di bicarakan karena mereka datang berpas-pasan dengan Bian yang memboncengi Nusa.     

"Ada yang mau di jelasin?" tanya Reza, ia duduk di kursi belakang bersama dengan Mario yang berada di sampingnya.     

El menghembuskan napas, ia tidak ingin lagi menyembunyikan perasaan apapun yang bersarang di hatinya karena benar terasa sangat menyesakkan. "Ada." balasnya, lalu mengubah posisi duduknya agar bisa menatap kedua sahabatnya yang berada di jok belajang.     

"Kita perlu pukulin Bian sampai bonyok gak sih? Kayaknya tuh orang gak ada kapoknya, sumpah." ucap Mario yang sudah menegakkan posisi duduk, yang tadinya menyandarkan punggung di kepala kursi mobil.     

Mendengar itu, El berdecih. "Jangan." ucapnya yang seperti sudah bosan melakukan tindakan kekerasan kepada Bian. Toh kan sama saja hasilnya? Pasti cowok tersebut tidak ada kapoknya dengan semua hal yang sudah dirinya lakukan, memang sosok yang bebal.     

Reza menaikkan sebelah alisnya. "Terus mau lo apain? Serius deh, gue bakalan bantuin lo kok." ucapnya dengan serius.     

Perihal El yang jatuh cinta itu adalah hal yang langka, jadi sebagai sahabat pun memang harus turun tangan jika ada orang yang ingin berperan seperti layaknya orang ketiga. Itu terdengar sangat menyebalkan.     

Mario menganggukkan kepala. "Lagian juga ngeliat Bian sama Nusa tuh kayak jomplang banget, keliatan cakepan Nusa kemana-mana daripada Bian, nanti tuh cowok insecure. Mendingan lo kemana-mana daripada Bian, El." balasnya sambil terkekeh kecil.     

El menganggukkan kepala. "Iya, bantu gue." ucapnya yang tidak mempedulikan apa yang dikatan oleh Mario. Kalau boleh berbesar kepala, dirinya menyetujui apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu itu.     

"Bantu apaan? Tadi katanya gak mau, sekarang mau." ucap Reza yang menaikkan sebelah alisnya, merasa agak kebingungan dengan keputusan seorang El.     

Mario berdehem, lalu sorot matanya pun berubah menjadi serius. "El, kayaknya lo harus nunjukkin kalau lo lebih unggul daripada Bian. Sepenglihatan gue, nih Nusa lagi mau ngejauhin lo, bener kan? Dan akhirnya dia milih Bian, nanti pasti Nusa kebiasa dengan Bian. Gue tau El kalau lo sayang sama Nusa, jadi mendingan buktiin deh dari sekarang." ucapnya yang memberikan saran.     

El dan Reza sama-sama terbengong, pasalnya apa yang dikatakan oleh Mario mengandung unsur kebenaran. Menjadikan mereka terkagum yang di campurkan dengan perasaan tidak percaya.     

"Coba kasih tau rencana lo, tapi jangan yang aneh-aneh." ucap Reza, seperti mewakili El karena dirinya tau kalau cowok satu itu enggan menanggapi apa-apa dengan sesuatu kalimat yang panjang.     

Mario menganggukkan kepala. "Sebelumnya gue mau tau perasaan lo El ke Nusa itu gimana? Gak usah takut di ejek sama kita, karena jujur kita seneng malah kalau lo bisa deket sama Nusa." ucapnya yang dengan perawalan mencari sumber.     

Tampak berpikir, lalu El terlihat menganggukkan kepala. "Ya kayak yang lo liat, suka." balasnya dengan nada bicara yang dingin.     

"Oke, ada lagi gak perasaan yang lain?"     

"Nyaman."     

"Terus?"     

"Udah."     

"Nyaman kayak lo gak mau kehilangan dia, atau nyaman karena semenjak ada dia hidup lo terasa berubah dari sebelumnya, atau gimana?"     

"Segala hal gue nyaman sama Nusa,"     

Mendengar jawaban El membuat Reza dan Mario saling beratatapan, kini mereka tau jawaban dari penuturan sang ketua.     

Reza menganggukkan kepala, bisa meyakini perasaan yang El rasakan untuk Nusa sekarang. "Oke gue udah paham, lo jatuh cinta sama Nusa." ucapnya yang sudah mendapatkan kesimpulan.     

"Jatuh cinta?" El mengulang.     

Kini, giliran Mario yang menganggukkan kepalanya. "Perasaan jatuh cinta, lo merasa harus selalu bersama seseorang itu. Lo menginginkannya untuk memenuhi kebahagiaan lo, ngerasa bahagia kalau kalian berdua dan terasa saling melengkapi." ucapnya seperti kata-kata roman picisan.     

El menghembuskan napas, masih belum mengerti dengan arti cinta yang sesungguhnya. "Oke, jadi ada saran apa gak?" tanyanya, kembali pada topik awal pembicaraan.     

"Tenang ada, dalam lima menit kedepan lo langsung bisa bersikap seolah-olah Nusa dan lo itu emang beneran pacaran. Intinya apa? Gak boleh kaku kayak kanebo, oke?"     

Throwback off     

Jadi, ini semua adalah kerjaan Reza dan Mario yang menjadikan El berubah menjadi sosok yang terlihat memang romantis.     

Nusa mengunci pandangannya ke El, ia merasa senang dengan apa yang dikatakan oleh cowok yang ada di sampingnya. "Makasih, El." ucapnya yang juga dengan sudah payah berusaha untuk memanggila dengan nama panggilan seperti banyak orang, yang biasanya hanya dirinya dan Alvira saja yang boleh memanggil dengan nama 'Bara' namun untuk saat ini pun sudah tidak lagi.     

"Sama-sama. Gue juga mau nunjukin lo sesuatu," balas El. Ia sebisa mungkin untuk menjadi sosok yang lebih baik untuk menanggapi perasaannya sendiri sebelum musnah dan kalah telak dari orang lain, maka, ia memilih untuk seperti ini. Walaupun menurut orang-orang terlihat manis, namun tetap saja baginya, sifat yang Reza dan Mario ajarkan padanya terlihat aneh dan konyol.     

"Apa?" balas Nusa, penasaran.     

El menampilkan senyuman kecil yang tercetak jelas hanya untuk Nusa seorang, setelah itu mengambil tangan cewek tersebut dan mengecup punggung tangan yang mulus itu dengan lembut. "Gue mau nunjukin perasaan gue ke lo." bisiknya agar tidak di dengar orang lain. Tapi di yakini sih, Reza dan Mario memasang telinga sangat tajam untuk menguping.     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, lalu di detik selanjutnya ia menarik tangan yang berada di genggaman El. "Maaf, El. Kayaknya kamu harus berjuang biar aku percaya, aku gak bisa begitu aja terima dan percaya, apalagi Alvira yang masih anggep aku kayak musuh."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.