Elbara : Melts The Coldest Heart

Reza Memberikan Saran



Reza Memberikan Saran

0"El, sini gue pakein sesuatu buat lo."     
0

Mendengar Reza yang tiba-tiba berkata seperti itu setelah menyusun beberapa barang —walaupun tidak banyak—, di bagian bagasi mobil. El menolehkan kepala ke sumber suara, sambil menaikkan sebelah alisnya. "Apaan?" tanyanya yang merasa bingung.     

Alvira sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, kali ini mereka menaiki mobil milik Mario. Lagi dan lagi, terbukti dengan jelas kalau cowok satu ini memang jauh dari kata pelit, namun tingkahnya saja yang terkadang sangat menyebalkan dan mampu membuat orang-orang emosi. Sedangkan Mario sendiri? Ya tentu saja juga sudah duduk manis di jok pengemudi dengan tangan yang sudah siap di stir mobil. "Woi ayo buruan masuk, malah ngobrol." tegurnya pada Reza dan Mario.     

"Iya tunggu sebentar." ucap Reza sambil memberikan aba-aba tubuh kepada Mario. Setelah itu, ia menatap El dengan tangan yang merogoh sakunya. Ia mengambil barang —gelang— yang tadi dirinya temukan. "Gue pikir, ini buat lo dari Nusa. Dia gak sempet kasih ke lo, El." sambungnya yang memusatkan perhatian pada cowok di hadapannya, sambil menjulurkan gelang tersebut.     

El meraihnya, lalu meneliti benda itu. Ia membaca pahatan Kutub Selatan yang diketahui memang itu adalah panggilan Nusa untuknya. Entah kenapa, rasa khawatir pun menguasai hatiny saat ini. "Dapet darimana lo?" tanyanya.     

"Gue nemu tadi, sebelum ninggalin ruang inap lo." balas Reza. "Lo kenapa sih sama dia? Kalau ini gara-gara Alvira, gue mau kasih tau suatu hal." Ia menunjuk tepat dimana hati seorang El berada, hati yang dimana baru tampak kini menyukai seorang cewek. "Lo yakinin sama hati lo, jangan sampai Alvira malah nyakitin hati Nusa. Lo juga harus bisa kasih pengertian sama Alvira, yang dimana gak bikin perhatian lo ke dia berkurang."     

Sudah layaknya pakar cinta, Reza memberikan saran yang sekiranya itu yang mampu dirinya berikan sebagai pegangan El untuk percaya dengan apa yang dirasakannya saat ini.     

El menyimak, lalu menghembuskan napas. Lebih dulu ia memasangkan gelang tersebut ke tangan kirinya, lalu di atur sampai menurutnya tidak longgar atau terlalu mencekik pergelangan tangan. "Gue paham, tapi lo gak tau gimana Alvira, Za. Gue sendiri aja gak habis pikir dia ngomong begitu, walaupun kondisinya bukan face to face sama Nusa." ucapnya yang mencoba untuk cerita.     

Dipikir-pikir El, memang Reza adalah jembatan yang tepat bagi setiap masalah. Kalau Mario, cowok itu kebagian untuk menghibur di kala merasakan masalah datang. Mereka berdua punya plus dan minus, tapi tidak selamamya selalu plus karena kalau sudah menyatu pasti heboh dan gokil karena ada saja tingkahnya.     

Reza menganggukkan kepala, paham dengan apa yanh dikatakan oleh El. "Gue emang belum terlalu paham sama Alvira, tapi yakin sama ucapan gue, El. Alvira sayang banget sama lo, dia itu cuma takut kalau lo bakalan lebih milih Nusa daripada dia." balasnya, tidak ingin hanya karena hubungan percintaan, El menjadi mengubah minded-nya untuk sang adik kecil yang selalu dilindunginya.     

"Lo emang paling bisa di andelin, Za. Tapi sorry ya gue gak mau cerita apa yang jadi permasalahannya," ucap El. Lalu dirinya menatap gelang yang melingkari pergelangan tangannya, seperti tanda kepemilikan dari Nusa. "Buat gelangnya, makasih ya." sambungnya.     

Walaupun kalimat yang diucapkan oleh El itu panjang, namun tak dipungkiri kalau raut wajahnya sangat datar.     

"Kapan aja elah, mau cerita ini itu juga gue jabanin." Lalu, Reza tertawa dan menepuk-nepuk bahu El. "Lah gak jelas lo ya? Makasih-nya mah jangan sama gue, bro. Nanti lo temuin Nusa, yang gak tau kemana dan dimana." Tiba-tiba, ia menjadi memikirkan Nusa.     

El menganggukkan kepala, ia pasti akan berterimakasih pada Nusa. "Lo udah hubungi Rehan?" tanyanya. Ia memang menyuruh Reza untuk mengirim pesan pada Rehan. Selain dirinya tak enak karena sudah kedua kali gagal menjaga Nusa, tangannya juga tak memungkinkan untuk mengirim pesan.     

"Udah, tapi belum di bales. Gue tebak sih dia lagi nyari Nusa, jadi gak sempet mungkin megang hp?"     

"Yo kita cari Nusa."     

"Gak perlu, El. Lo istirahat di rumah aja, gak usah ikut dan jangan gegabah. Biarin nanti gue sama Mario aja sambil kontak-kontakan sama Rehan, lo belum sembuh total."     

"Gue bego."     

"Gak ada yang bego juga, udah jangan nyalahin diri lo sendir. Sekarang ayo kita balik dulu,"     

Reza membukakan pintu mobil untuk El, bagian depan dan di samping Mario. Tentu saja tidak membiarkan sang bos duduk di dekat Alvira, yang dimana mereka memang tengah cek-cok satu sama lain.     

El memilih untuk mengalah, dan mulai masuk ke dalam mobil. Reza pun menutup kembali pintu, lalu membukakan pintu sendiri untuknya yang samping-sampingan dengan Alvira.     

"Hai." sapa Reza begitu sudah mendaratkan bokongnya di jok, dan pintu mobil juga sudah dirinya rapatkan kembali. Menampilkan senyuman manis, terlihat sebagai media hiburan karena saat ini melihat wajah cewek di sampingnya yang kecut.     

Alvira menolehkan kepala ke arah Reza, lalu menghembuskan napasnya. "Hai, Kak."     

Mario tertawa mendengar sapaan mereka satu sama lain. "Ya elah, kaku banget kayak kanebo." ucapnya, lalu mulai melajukan mobil untuk meninggalkan pekarangan rumah sakit.     

Reza dan Alvira menghiraukan apa yang dikatakan oleh Mario, lalu keduanya saling tatap dengan Reza yang seperti menyalurkan kekuatan. Tak ayal, tangan kekarnya meraih tangan dengan jemari lentik milik Alvira, lalu di genggam dengan punggung tangan yang dielus-elus secara perlahan.     

Alvira menekuk senyuman, menatap Reza dengan kedua bola mata yang terlihat berkaca-kaca. Ia tidak ingin berbicara, karena pasti nanti perkataannya akan terdengar bergetar.     

Sedangkan Reza, ia sedikit menganggukkan kepala karena paham dengan apa yang diisyaratkan oleh Alvira. Ia memutuskan untuk mencodongkan tubuh, mendekati wajahnya ke telinga cewek tersebut. "Jangan takut, gue di sini buat lo, selalu." bisiknya dengan volume sekecil mungkin supaya perkataannya hanya di dengar oleh Alvira saja. Begitu sudah cukup, ia mengembalikan posisi tubuhnya seperti semula.     

Keadaan Alvira memang tidak baik-baik saja karena tengah di landa dilema yang cukup parah. Namun berkat adanya Reza di sampingnya saat ini, rasanya sangat nyaman. Akhirnya, ia memutuskan untuk mendekatkan diri pada Reza, lalu menaruh kepalanya di bahu cowok tersebut. Bersandar, lalu mendapatkan salurah kehangatan yang hanya bisa di rasakan oleh mereka berdua sana. "Makasih." gumamnya, pelan.     

Reza menjulurkan tangan, lalu mengelus-elus puncak kepala Nusa dengan perlahan penuh kelembutan. Ia tau, Alvira adalah sosok manja yang selalu membutuhkan perhatian dan pengertian. Jadi, ia akan memberikan itu semua untuknya.     

"Boilah, yang belakanh pacaran mulu kayak dunia milik berdua. Jadi mau keliatan pacaran juga sama El." ucap Mario habis melirik kaca atas bagian tengah mobil.     

El yang mendengar itu mencibir. "Lo gue gampar."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.