Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengingat Perlakuan Alvira



Mengingat Perlakuan Alvira

0Throwback     
0

Reza dan Mario menunggu kepulangan El karena tadi mereka lain adah dan ternyata mereka berdua lah yang sampai duluan, entah kemana El namun dapat di percaya kalau cowok itu pasti mampir ke sebuah tempat karena tidak biasanya kalau balap-balapan siapa yang sampai duluan di rumah El.     

Terlihat Mario yang sibuk bermanja-manja di sofa ruang tamu yang ada di rumah besar milik El, menjadikan dirinya terlihat seperti sudah menjadikan rumah ini seperti rumahnya.     

Reza masih menatap ke arah pintu besar utama rumah ini, masih menunggu kepulangan El dengan setia. "Eh, emang abis ini kita mau ada acara kemana sih? Keluar gitu apa tetep di kamar El?" tanyanya sambil menolehkan kepala ke arah Mario dengan sebelah alis yang terangkat.     

Mario juga menolehkan kepala kala mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Reza, lalu mengembangkan senyumannya. "Lo lupa? El ngajak biliar malem ini, udah pasti bakalan keluar lah kita nanti malem. Ya sorenya kayak biasa, nge-game play station aja dulu." balasnya dengan gembira.     

Walaupun El cuek, namun cowok itu selalu menjadi orang yang mengarahkan mereka ke tempat-tempat keren, termasuk kemana tujuan mereka nanti malam. Hei, tolong di ingat. Ini adalah El yang mengajak, karena kalau mereka berdua yang mengajak sebaliknya malah kalau tempatnya bukan tempat yang sesuai selera El, pasti cowok tersebut tidak akan tampak bersenang-senang di sana.     

Reza menganggukkan kepala, merasa paham dengan apa yang dikatakan oleh Mario. "Oke deh, mantap juga ya punya bos kayak gitu."     

"Gak usah muji,"     

Mendengar suara bariton lain yang sudah pasti bukan keluar dari mulut Mario pun menjadikan mereka berdua menolehkan kepala ke sumber suara yang tiba-tiba menanggapi perkataan Reza dengan nada bicara yang dingin.     

Ya, siapa lagi kalau bukan seorang El?     

"Nah itu orangnya yang di omongin, panjang umur." ucap Mario sambil mengubah posisi menjadi duduk tegak di sofa, kalau El sudah datang pasti bukan di ruang tamu lagi tempat mereka, namun akan berpindah ke kamar cowok itu.     

El menaikkan sebelah alisnya, ia datang-datang membawa plastik berisikan sesuatu yang berada di genggaman tangan kirinya. "Lo berdua gosipin gue?" tanyanya dengan nada bicara yang sedikit terselip kesinisan.     

Reza terkekeh kecil, begitu juga dengan Mario yang menunjukkan wajah watados atau biasa di jabarkan dengan wajah tanpa dosa.     

"Iya, habis lo gak pulang-pulang kayak bang toyib." balas Mario yang mulai beranjak dari duduk, di susul oleh Reza yang menunggu El berjalan lebih dekat ke arah mereka.     

Ya tidak ada gunanya juga sih tau apa saja yang dibicarakan Reza dan Mario mengenai dirinya, makanya El memilih untuk bodo amat dan tidak perlu peduli dengan apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya itu. "Ayo ke atas, gue beli pizza." ucapnya sambil berjalan ke arah     

"PIZZA? ASIK, EMANG TERBAIK DEH!" Mario si pecinta pizza pun girang, ia berseru sambil meninju udara dengan semangat.     

Beruntung, kehadiran mereka berdua sudah di wajari oleh seluruh anggota rumah termasuk para pelayan dan pekerja di sini. Karena Reza dan Mario adalah satu-satunya teman yang dimiliki oleh El, dan dapat di lihat kalau El merasa nyaman dengan mereka. Daripada bergaul dengan seseorang yang tak baik, lebih baik yang sudah kenal dan pasti-pasti saja.     

El sudah naik ke atas duluan, sedangkan Mario dan Reza masih di posisinya.     

"Lo ngapain masih di sini tau kalau lo pengen banget pizza?" tanya Reza yang menatap Mario dengan sorot mata yang bingung. Biasanya, cowok satu itu kalau ada pizza langsung saja kabur tanpa mengatakan apapun lagi pada dirinya.     

Mario menaikkan sebelah alis. "Lo juga ngapain disini? Ayo lah bareng, jangan ada ya lo pikiran modus ke Alvira. Gue tau lo lagi nunggu dia, tuh mobilnya baru sampai di halaman depan."     

Mendengar itu, Reza langsung mengalihkan perhatiannya ke arah pintu utama lagi. Bersamaan dengan Mario menatap ke sana, dan… terlihat lah Alvira yang masuk ke rumah dengan menyeret tas-nya seolah-olah mengalami hari yang buruk, oh atau hanya sebatas kelelahan?     

Tatapan mereka bertiga saling bertemu, Reza dan Mario pun jujur belum merasa akrab dengan Alvira karena persahabatan mereka dengan El juga belum terlalu lama.     

"Ngapain sih kalian di sini terus?"     

Bukannya di sambut dengan hangat, Alvira malah mengatakan seperti itu. Bahkan sambil mulutnya yang berdecak kecil, seperti merasa sebal.     

Mario mah santai saja ya, sudah biasa menghadapi berbagai macam karakter para cewek. Beraneka ragam pun sudah pernah dirinya lewatkan dan berhasil meluluhkan mereka walaupun sempat ada yang menampar dirinya sih.     

"Ya kan kita sahabat Kakak lo, Ra. Lagian juga kan kita dateng gak ngerusuh, bukan ngerampok di rumah lo. Jadi, chill aja." balas Mario.     

Reza bungkam, ia memilih untuk tidak menimpali.     

Alvira tertawa renyah, lalu menatap mereka berdua dengan kedua mata yang memerah. "Gara-gara kalian tadi Kak Bara gak jadi nganterin aku pulang, aku harus nelpon Pak supir dulu nunggu di area sekolah yang mulai sepi." ucapnya dengan nada bicara yang tercekat.     

Mario menggelengkan kepala dengan pelan. "Buat urusan itu, kita gak tau apa-apa, Ra. El juga gak bilang mau pulang juga bareng lo,"     

"Ya itu karna Kakak ngajak Kak Bara balapan gak jelas!" seru Alvira, nada bicaranya menaik.     

Bukan hanya Mario dan Reza saja yang terkejut dengan amarah Alvira, namun beberapa pelayan yang tak sengaja lewat pun terkejut. Alvira di kenal srbagai sosok yang lemah lembut, namun ini malah terlihat amarahnya dengan sangat jelas.     

Mario menghampiri Alvira, lalu berusaha untuk mengambil tas cewek itu. "Sini gue bawain tas lo, ayo gue anterin sampe depan pintu kamar biar kamu gak kecapean bawa tas sampai di seret begini masa." ucapnya dengan nada bicara yang terdengar sangat lembut.     

Alvira menatap Mario dengan sorot mata yang tajam, lalu menepis tangan cowok tersebut tanpa berpikir panjang lagi. "Jangan sentuh-sentuh ya Kak," ucapnya dengan sinis. Lalu mengalihkan pandangan ke Reza. "Kakak juga diem aja kenapa?!" tanyanya, namun nada bicaranya pun tidak bisa santai.     

Mario mengurungkan niat untuk membantu, oke dirinya paham kalau Alvira sedang berada di mode yang tidak bisa di kendalikan.     

"JAHAT, GARA-GARA KALIAN BERDUA KAK BARA UDAH GAK PUNYA WAKTU BUAT AKU. KALIAN PENGHALANG, GAK SEHARUSNYA HADIR DI ANTARA AKU SAMA KAK BARA, JAHAT!!!!"     

"Vira!"     

Suara bariton lain pun terdengar, di sana terlihat El yang berlari kecil ke arah mereka lalu langsung saja mendekap tubuh sang adik dengan erat. "Jangan bertingkah kayak gini."     

"VIRA MAU MEREKA BERDUA ENYAH, VIRA CEMBURU GAK BISA DEKET-DEKET KAK BARA LAGI KARENA ADA MEREKA." Nangis sudah Alvira saat ini, betapa merasa kehilangan dan tergantikan.     

Throwback off     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.