Elbara : Melts The Coldest Heart

Dugaan Alvira Mengenai El



Dugaan Alvira Mengenai El

"Oke oke kita utang cerita sama lo, tapi nanti aja. Sekarang lo mendingan istirahat dulu deh," ucap Reza yang di tagih penjelasan oleh El.     

Sedangkan El? Ia saat di suruh beristirahat oleh cowok satu itu pun langsung saja mendengus tidak suka. "Ogah." balasnya dengan datar.     

Jangan menanyakan keberadaan Mario, karena saat ini cowok tersebut tengah asyik duduk di sofa dengan camilan ringan yang di beli saat ke minimarket pagi tadi. Ia juga lagi bangga karena mengenakkan outfit milik El yang dipilihkan langsung oleh Mira, yang di mana sang Ibunda dari sahabatnya itu memiliki selera fashion tinggi namun tetap mengikuti alur jaman yang kekinian.     

Dan jangan di tebak juga, Mario sibuk posting di media sosial dengan berbagai gaya yang diambil dengan latar belakang rumah sakit.     

Alvira menatap El, ia menjadi yang terdepan dan Nusa berada di belakang tubuhnya. "Kak Bara, Kakak harus istirahat lagi loh. Kan sarapan udah, sekarang giliran buat istirahat, oke?" ucapnya sambil menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala El, mencoba untuk membujuk cowok tersebut agar tidak keras kepala.     

El menatap Alvira, ia mengaba-aba pada Reza untuk meninggalkan dirinya dengan kedua cewek yang menjadi bagian terpenting. Ia meminta waktu pada sahabatnya, dan beruntung karena mereka sangatlah pengertian.     

Menggelengkan kepala dengan pelan, istirahat adalah hal terpayah. Bahkan, di saat sakit pun El mengeluh karena dirinya tidak suka berbaring di brankar atau kasur dan orang-orang menatapnya seolah-olah dirinya adalah orang yang paling merasa menderita.     

"Gak mau, gak usah ngatur." ucap El.     

Ya memang begini lah El kalau sakit, ucapannya bahkan terdengar tidak seperti biasanya. Karena saat sakit, cowok satu ini rasa emosionalnya mulai meningkat karena belum stabil.     

Alvira cemberut, setelah itu menyentil kening El. Hanya dirinya doang yang boleh melakukan hal ini kepada cowok tersebut, Nusa pun di musuhi saat awal pertama kali memegang wajah cowok tersebut. "Kalau gak istirahat, emangnya gak mau sembuh, ya?" tanyanya dengan nada lembut, ia selalu mengerti dengan kondisi sang Kakak ya karena El selalu mengerti kondisinya dengan sangat baik.     

El menghembuskan napas. "Mau lah." balasnya.     

"Nah kalau begitu, ayo dong Kakak istirahat."     

"Gak, bosen."     

"Masa istirahat bosen? Mau Vira nyanyiin lagu tidur? Atau dongeng? Oh atau keningnya mau dielus-elus kayak bayi?"     

El menatap Alvira dengan malas, sebenarnya sih niat sang adik itu sangat baik. Namun sayangnya, suasana hati dirinya-lah yang kini tidak baik. "Gak, makasih." balasnya.     

Oke, kalau sudah seperti ini ya Alvira menyerah. Biasanya Mira-lah yang turun tangan kalau El sudah keras kepala dan seperti tidak ingin menuruti kata-kata baik Alvira. Ia mengangkat tangan, seolah-olah menyerah dalam hal membujuk cowok satu itu.     

Nusa memang sedaritadi menyimak percakapan mereka, takut membuka suara. Ia berjalan ke sisi dimana Reza tadi berpijak yang berada di bagian kanan, dirinya berhadapan namun bersebrangan dengan Alvira yang berada di bagian kiri sisi lainnya.     

Menatap El dengan raut wajah yang tenang, tangannya mulai terjulur untuk meraih tangan cowok tersebut yang tidak cedera lalu mengelus punggung tangan yang berurat khas para cowok.     

El pun menolehkan kepala ke arah Nusa, begitupun Alvira yang sepertinya akan menjadi penyimak di antara mereka. Cewek ini menunggu Nusa untuk mengatakan kalimat apa yang ingin dikatakan, ia menjadi pengamat.     

"Kenapa?" tanya El, to the point saja sih. Bukan karena ingin buru-buru mengetahui apa yang akan di katakan oleh Nusa, namun karena dirinya cukup gugup yang menyebabkan tubuhnya hampir kaku karena tangannya di elus dengan lembut oleh cewek yang kini menjadi titik fokus baginya.     

Nusa memberikan senyuman yang sangat manis, setelah itu menampilkan senyum yang menunjukkan deretan gigi putihnya yang putih bersih serta rapi. "Bara kalau gak istirahat, justru nanti gak pulih." ucapnya, dengan tangan yang mengelus merambat sampai siku El, lalu kembali ke punggung tangan cowok tersebut. "Kalau gak pulih, gimana mau main lagi kan sama aku, Reza, Mario." sambungnya.     

El diam, tatapannya masih terpaku di dalam manik mata milik Nusa.     

Sedangkan Alvira? Justru dirinya juga menjadi bungkam karena menunggu El menunjukkan ekspresi sebagai tanggapan dari apa yang dikatakan oleh cewek tersebut. Ia takut kalau…     

Tanpa di duga, El menganggukkan kepela dengan perlahan. "Tapi gue mau lo ada di samping gue," ucapnya seperti tidak ingin di bantah.     

WHAT?! APA SEORANG EL AKAN MENJADI SOSOK YANG BUCIN DENGAN NUSA?     

Alvira membelalakkan kedua bola matanya, walaupun baru satu kali kalah telak dengan Nusa, namun tak dapat di pungkiri kalau untuk hal satu ini yang tidak bisa dirinya lakukan malah bisa di lakukan oleh Nusa.     

Tengah mengobrol dengan heboh pun Reza dan Mario tetap saja menajamkan pendengaran, dan saling melontarkan kode raut wajah satu sama lain yang merasa turut senang dengan perubahan El yang daridulu selalu kaku dengan cewek menyerupai kanebo.     

Nusa yang mendengar perkataan El pun membelalakkan kedua bola mata, ia menolehkan kepala ke arah Alvira karena merasa tidak enak dengan cewek satu itu. Yang secara nyata pun orang-orang menyadari kalau ucapan Alvira tidak di hiraukan oleh El, yang dimana cewek itu adalah satu-satunya cewek terdekat El. Ia hanya takut kalau Alvira menjadikan dirinya sebagai musuh.     

Akhirnya pun Alvira yang juga menatap ke arahnya menganggukkan kepala sambil tersenyum, tidak boleh egois adalah sifat yang paling penting untuk di kembangkan oleh dirinya karena El sudah memberikan banyak sekali jasa, jadi ia seharusnya membalas dengan hal yang sama membahagiakan.     

Akhirnya, walaupun hanya di jawab dengan aba-aba pun sudah membuat Nusa menganggukkan kepala dengan paham. Merasa lega karena Alvira sendiri pun tidak keberatan.     

Ia mengalihkan pandangan lagi ke arah El, lalu memberikan senyuman terbaik. "Kulkas berjalan macam apa yang tiba-tiba manja?" tanyanya dengan nada bicara yang meledek, ia juga tidak lupa mengulum senyuman.     

El berdecak kecil, dilanjutkan dengan mendengus. "Ya udah si gue mah cuma bilang, kalau lo gak—"     

"Mau." potong Nusa dengan cepat. Ia segera narik kursi lipat, dan mulai mendaratkan bokongnya di sana. Ia juga langsung memberikan perhatian penuh kepada El, tentu saja bersedia menemani cowok tersebut sebagai timbal balik.     

El dalam hati tersenyum, namun namanya juga ya es batu, mau bagaimana pun ekspresinya tetap di sembunyikan dengan sangat baik. "Oke." balasnya.     

Bahkan, saat ini El tidak menolehkan kepala sedikitpun ke arah Alvira. Yang dimana adiknya itu tengah menunggu untuk di ajak berbicara, namun sepertinya sudah teralihkan oleh Nusa.     

Alvira tersenyum pahit. "Kak, aku mau ke kantin dulu ya. Mau beli susu, tadi roti doang ternyata gak kenyang." ucapnya sambil menepuk-nepuk perut dengan pelan.     

El menganggukkan kepala saja, dalam hati semakin membuat Alvira merasa… di singkirkan? Atau bahkan terlihat tergantikan? Ternyata benar dugaannya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.