Elbara : Melts The Coldest Heart

Hangatnya Seorang Elbara



Hangatnya Seorang Elbara

0Kejadian seheboh ini ya kali tidak menggemparkan warga sekolah sampai pada telinga para guru. Tentu Nusa langsung di bawa ke ruangan kepala sekolah, bersama dengan El sebagai peneman, ah juga Reza dan Mario yang memaksa ikut masuk ke dalam dengan alasan 'Nusa kan juga tanggung jawab kita, kita harus tau apa yang terjadi sama dia juga loh' begitu katanya.     
0

Yang berhadapan mereka adalah wakil kepala sekolah karena kepala sekolah ada urusan dinas di luar sekolah, jadi terpaksa ambil tangan mengenai kejadian yang menakutkan ini.     

"Nusa, bisa jelaskan pada Ibu apa yang terjadi sama kamu? Ibu takut setelah ini akan ada korban lagi loh, Ibu gak mau nanti malah berita ini kesebar sampai luar sekolah."     

Mendengar wakil kepala sekolah yang bernama Bu Misel itu pun El langsung menaikkan pandangan untuk menatap wanita tersebut. "Ibu bisa, jangan berbicara hal negatif? Itu malah membuat Nusa takut mengeluarkan suara," ucapnya dengan nada dingin yang terdengar kental.     

Oh ya satu lagi waktu dimana El akan berbicara panjang, yaitu kepada guru-guru.     

Bu misel menatap El, ia merupakan sosok yang tegas namun saat tau dirinya salah pun tidak akan membenarkan diri atau semacamnya. "Baiklah maaf, Nusa? Bisa beritahu Ibu apa yang terjadi?" ucapnya yang meralat perkataan.     

Bagi Nusa, hari kemarin dan sekarang adalah penjara. Kenapa dirinya bilang penjara? Hei, ia di kurung dengan sangat tidak manusiawi oleh tiga orang yang sudah dirinya percaya. Tidakkah tindakan mereka sudah kelewat batas? Bagaimana kalau Nusa memiliki riwayat penyakit seperti magh atau sesak napas?     

Nusa meremas jemari tangan dengan tangannya yang lain, ia takut kalau berbicara yang sejujurnya akan membuat Priska semakin membenci dirinya dan tau kan kalau seseorang yang memiliki hati kejam merasa benci dengan seseorang? Pasti orang tersebut tidak akan berhenti untuk melakukan hal buruk.     

El menunggu jawaban Nusa, begitu juga dengan Bu Misel, Reza dan Mario. Mereka menatap ke arah Nusa, tampak kegelisahan di sana.     

Reza dan Mario yang biasanya nyerocos tidak jelas pun sekarang benar-benar bungkam, menghargai situasi karena ini tidak bisa diisi dengan guyonan.     

Menghembuskan napas dengan perlahan, yang tadinya Nusa menunduk pun langsung mengangkat wajahnya. "Aku mau pulang," lirihnya sambil bergantian mencengkram erat ujung rok-nya dengan sangat kuat.     

Bukan, bukan perkataan itu yang diinginkan oleh mereka berempat. Tapi sepertinya memang sebuah kewajaran kalau korban tidak bisa bercerita di hari itu juga karena kemungkinan menciptakan trauma tersendiri.     

Bu Misel menganggukkan kepala, ia juga tidak bisa menahan Nusa karena tampaknya cewek tersebut pun bingung ingin memulai dari mana.     

El dengan inisiatifnya langsung meraih tangan Nusa, lalu menautkan jemarinya dengan jemari lentik milik cewek tersebut. "Ayo pulang sama gue," ucapnya sambil menolehkan kepala ke arah Nusa. Tatapannya masih sangat datar, apalagi nada bicaranya pun masih sama. Namun niat yang dimilikinya ini menyerupai malaikat yang tetap ingin menjaga Nusa.     

Mendengar itu, Mario dan Reza sumringah yang dalam artian mereka bisa bolos pelajaran atas izin langsung dari wakil kepala sekolah.     

"Bu, kita juga ikut Bu. Kan kita jagain Nusa juga, udah seharusnya kita kawal dan jaga sampai pulang." ucap Mario dengan menahan raut wajahnya agar tidak terlihat sumringah.     

Reza menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario. "Iya bener Bu, jadi kita dengan berat hati harus meninggalkan mata pelajaran guna menjaga Nusa." ucapnya yang mendukung gugusan Mario.     

Mendengar ucapan mereka berdua, Bu Misel kali ini menggelengkan kepala. "Eits, memangnya saya mengizinkam kalian ikut? Kalian pikir, saya gak tau kalau kalian mau bolos, iya kan?" balasnya yang menolak perkataan dua remaja cowok dihadapannya.     

"Yah kok gitu Bu? Gak percayaan sama kita," ucap Reza sambil menyenggol Mario seolah-olah menyuruh cowok tersebut untuk membantu."     

"Bu, kan gini ya—"     

"Enggak, kalian berdua balik ke kelas atau gak bisa ikut ujian kelulusan."     

Mendapat ancaman seperti itu, siapa yang tidak takut? Walaupun Reza dan Mario bobrok, bukan berarti bisa melanggar semua larangan.     

Nusa menundukkan kembali kepala, melihat tangannya yang digenggam sangat erat oleh El dengan kehangatan yang terpancar sampai seluruh tubuhnya. Beruntung memiliki kulkas berjalan yang hanya bisa hangat kepada dirinya.     

El beranjak dari duduknya, lalu menarik tangan Nusa dengan perlahan sambil membantu cewek tersebut berdiri.     

"Bu, saya permisi dulu ya mau anter Nusa pulang. Untuk absen, jangan di bolongin."     

"Iya, nanti Ibu yang akan menghubungi guru-guru yang mengajar di kelas kalian."     

Menganggukkan kepala dengan singkat, El langsung saja menuntun tangan Nusa. Mereka sudah keluar dari ruangan kepala sekolah, dan ya tidak perlu di tebak lagi banyak murid yang terkejut dengan dirinya yang bergandengan tangan bersama Nusa.     

"Bara, lepasin tangan aku." ucap Nusa yang mulai risih diperhatikan banyak orang seperti ini hanya karena El yang menggenggam tangannya.     

El menatap Nusa, bukannya melepaskan genggaman tangannya malah semakin dieratkan. "Lo lagi lemas," balasnya.     

Tidak mengerti dengan jawaban El yang entah kenapa malah mengatakan kalau dirinya lagi lemas, Nusa menaikkan sebelah alisnya. "El ngigo?" tanyanya dengan raut wajah polos dengan kedua bola mata yang mengerjap sebanyak tiga kali.     

"Nanti pingsan, makanya gue pegang."     

"Termasuk modus gak sih, Bara?"     

"Gak."     

Akhirnya, setelah berjalan sepanjang koridor dan menjadi pusat perhatian semua murid, kini mereka sudah berada di parkiran.     

"Lo tunggu sini." ucap El sambil menuntun Nusa untuk duduk di kursi kayu yang terdapat di sana.     

Nusa sudah mendaratkan bokongnya di atas kursi, lalu mendongakkan kepala untuk menatap El. "Bara mau kemana lagi?" tanyanya.     

El melepaskan tautan tangan mereka, lalu menatap balik Nusa. "Gue mau ngambil tas."     

Ah iya lupa, Nusa pun tasnya juga masih tertinggal di Reza dan Mario yang dalam artian mereka berada di kelas.     

"Terus Bara ninggalin aku?"     

"Lo mau ikut?"     

"Capek, gak jadi deh aku disini aja."     

El tidak mengerti sih dengan jalan pikir para cewek, jadi ia lebih memilih menganggukkan kepala saja. Ia menatap Nusa dengan lama, masih menerka-nerka apa yang berusaha disembunyikan oleh cewek ini. Ia tau kalau Nusa belum bisa cerita, tapi kan dari cerita itu bisa mengetahui dalang kebusukan ini.     

"Rehan libur gak?" tanyanya tiba-tiba.     

Mendengar pertanyaan itu, Nusa langsung menggelengkan kepala. "Masuk kerja, emangnya Bara gak tau jadwal karyawan?"     

"Oh, gak." balas El dengan singkat.     

"Emangnya kenapa Bara nanyain Kak Rehan?" tanya Nusa sambil menaikkan sebelah alisnya.     

El menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala Nusa dengan lembut. "Gue jagain lo di rumah gue aja,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.