Elbara : Melts The Coldest Heart

Permintaan Sederhana Nusa



Permintaan Sederhana Nusa

0"Gimana kalau lo hubungi Priska, El? Kan dia tergila-gila banget sama lo, coba lo telpon, kali aja nanti dia kelepasan ngomong atau gimana gitu sama lo."     
0

- episode sebelumnya     

//     

Nusa tiduran terlentang, menatap langit-langit kamar yang terlihat putih bersih. Ia menatap menerawang, seperti ada sesuatu yang harus dihilangkan dari pikirannya saat ini dan tentu saja seterusnya.     

"Jahat banget…" lirihnya.     

Masih ingat bagaimana senyuman Priska yang terlihat tulus, namun sebenarnya itu hanyalah pemanis agar dirinya termakan dengan apa yang diucapkan oleh mereka. Ia menghembuskan napas dengan perlahan.     

Mengingat bagaimana Priska, Disty, bahkan Nika yang menjelaskan secara detail segala hal yang ada di ruangan renang. Membuat dirinya kemarin hampir percaya kalau mereka menyesal dengan perbuatan mereka, namun ia salah, salah besar.     

Bukannya ingin meminta maaf, tapi ingin menjebak dengan sesuatu yang lebih besar lagi.     

Semua kepercayaan ini terbawa dari sifat Nusa yang sangat polos dan juga pemaaf, makanya mudah terbawa dengan suasana yang sebenarnya hanya kepura-puraan belaka.     

Dirinya mengambil ponsel yang terletak di sebelah tubuh, setelah itu segera mengaktifkan data seluler karena baru selesai di charge setelah dari kemarin mati total.     

Banyak sekali yang mengirimi dirinya pesan. Ah sebenarnya sih tidak banyak, hanya ada 4 orang cowok yang dengan denang hati menjaganya. Rehan, El, Reza, dan Mario. Namun walaupun hanya pesan dari 4 orang, semua itu sudah membuat ia berpikir kalau dirinya lebih spesial daripada apa yang dibayangkan.     

Memencet tombol gagang telepon, lalu dering ponsel pun mulai berbunyi. Dering pertama tidak ada jawaban, dering kedua pun tidak ada, bahkan sampai dering ke tunuh tidak ada tanda-tanda.     

"Ini orang kemana sih. Giliran adiknya ada malah gak sempet, giliran adiknya ilanh aja dicariin sampai tengah malam."     

Baru saja ingin mematikan dering telepon, tiba-tiba panggilan tersambung karena langsung terdengar deheman kecil dari seberabg sana.     

"Halo Nusa?!"     

Malah terdengar nada bicara yang bahagia dari seberang sana. Ya memang seharusnya bahagia sih, tapi bahagia Rehan terdengar seperti baru tau kalau dirinya telah kembali.     

"Halo Kak Rehan, ini Nusa. Nusa udah pulang, dan sekarang ada di rumah." balasnya sambil tersenyum simpul.     

Nusa bergerak, mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur dan menyandarkan punggungnya pada kepala kasur.     

"Kamu udah pulang? Ya ampun Kakak seneng banget gila!" Terdengar juga suara cairan bening hidung yang di tarik, se-sedih itu kah?     

Nusa menganggukkan kepala, seolah-olah sang lawan bicara bisa melihat pergerakannya, padahal itu mah hanya gerakan refleks. "Iya aku udah pulang, Kak. Bukannya udah dikabarin Bara ya dari pagi, Kak?" jawabnya dengan nada bicara yang penuh dengan keheranan. Bagaimana tidak heran? Toh kan seharusnya Rehan sudah tau tentang kepulangannya, pantas saja tidak menghubungi apapun dari tadi.     

Terdengar decihan dari seberang sana. "Emang itu Tuan muda kampret! Bohong aja sama adik kesayangan Kakak. Gak, gak ada tuh kabar apapun."     

"Ih El, padahal udah aku suruh bilangin. Aku mau hubungi Kakak, eh ponsel ku tadi baterainya habis lupa di cas malah keasikan ngobrol sama Bara."     

"Asik? Tuh es lo kata asik? Palinh sepatah dua patah kata doang yang dia omongin."     

"Enggak Kak, kali ini panjang. Aku gak tau kenapa, apa jangan-jangan ada seseorang yang nyuruh Bara buat begitu ke aku ya?"     

Padahal mah jawabannya adalah 'iya'. Cowok di seberang sana-lah yang membuat peraturan baru untuk El supaya berubah dan tidak terlalu dingin lagi kepada Nusa. Ya sebagai rasa pertanggung jawaban karena lalai menjaga.     

"Mana mungkin ada orang yang mau kompromi sama dia, Kakak aja males."     

"Ya udah Kak, aku cuma mau ngabarin Kakak doang kok."     

Nusa menguap kantuk. Jujur, sejak kepulangannya bahkan sampai ada Reza dan Mario yang berkunjung pun tidak menutup kemungkinan kalau dirinya tidak bisa beristirahat.     

Ini atas perintah El, makanya ia berada di kamar. Katanya sih kalau ada Reza dan Mario bakalan berisik, dan El takut kalau dirinya akan terganggu.     

Takut? Sebenarnya sih ini hanya bahasa Nusa yang menangkap perilaku El padanya sebagai sebuah ketakutan, ketakutan yang menyembunyikan perhatian yang sesungguhnya, iya kan?     

"Tunggu, jangan ditutup juga kali teleponnya."     

"Terus ngapain? Kak Rehan juga lagi kerja, masa iya aku malah gangguin Kakak?"     

"Gak ganggu, Kakak juga mau tanya doang kok. Kamu udah makan belum?"     

Beginilah Rehan kalau khawatir dan belum sempat bertatap muka dengan Nusa, pasti segala perhatian akan langsung diberikan pada sang adik kesayangan.     

Nusa menganggukkan kepalanya. "Udah tadi, pagi-pagi udah sarapan dibeliin Reza. Terus siang ini udah makan mie instan kok, bareng mereka."     

"Oh ada bebenyuk di rumah kita?" tanya Rehan     

Terdengar suara blender, Nusa tenak sih kalau Kakak-nya itu berada di dalam ruangan kecil yang berada di dalam bar. "Iya, ada. Mereka mau jagain Nusa, ya hitung-hitung biar gak takut di rumah sendirian, Kak."     

"Kamu sekarang dimana?"     

"Lagi tiduran aja di kamar, mereka bertiga ada di ruang tamu lagi nonton TV."     

"Inget loh ya, kunci pintu kamar kamu. Kakak gak berani jamin kalau mereka anak baik-baik,"     

Nusa terkekeh kecil, lalu memutar kedua bola mata. Lihat, betapa menggemaskannya kalau Rehan begitu over protective terhadap dirinya. Bahkan sampai teman-temannya pun tidak percaya. Rehan belum tau saja bagaimana perjuangan El yang tidak ingin tampak di hadapannya itu, tapi Nusa yakin 100% kalau El-lah yang berperan penting saat menyelamatkannya di loker tadi.     

"Iya siap, Kakak ku yang bawel."     

"Tuh El bakalan habis deh sama gue."     

Mendengar itu, Nusa menghembuskan napasnya. Sudah kebaca sekali kalau Rehan marah karena tidak memberitahukan kalau dirinya sudah pulang bahkan duduk manis di kasur kesayangannya. "Ih Kak Rehan kan belum tau kebenarannya, nanti Nusa ceritain. Baru deh nanti kalau udah tau, pasti bakalan tarik kata-kata Kakak barusan."     

Terdengar hembusan kecil dari seberang sana, terasa kalau perasaan khawatir Rehan sangat kental terhadap dirinya. Nusa saat ini tersenyum simpul dengan perilaku sang Kakak.     

"Iya iya oke. Abisnya cuma kesel aja kok, gak ada hal lainnya."     

"Kesel boleh, kelepasan jangan."     

Nusa biasa juga menjadi pengingat bagi Rehan. Bagaimana pun, Kakak-nya ini adalah cowok, san seusia Rehan pasti memiliki emosi yang masih kurang stabil dan sukar dikendalikan kalau tidak     

ada yang mengingatkan dan memberitahu.     

"Iya Nusa adik kesayangan… Kalau begini, syukurlah Kakak jadi lebih lega. Pas kerja juga gak jadi kepikiran banget kayak tadi, Kakak nanti usahain pulang cepet. Kamu mau di bawain apa?"     

Nusa tampak mengambil pose berpikir, ia memiliki keinginan yang sederhana dan sudah pasti tidak akan merepotkan. "Aku mau Kak Rehan pulang dengan selamat, abis itu masakin nasi goreng buat makan malam kita." ucapnya dengan nada yang penuh dengan rasa semangat.     

Permintaan Nusa selalu sederhana, dan itu yang membuat cewek satu ini juga menerapkan segala kesedehanaan tersebut di dalam kehidupannya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.