Elbara : Melts The Coldest Heart

Penggalian Informasi



Penggalian Informasi

0Menatap rumahnya dari halaman depan. Ya, di sana sudah terdapat 3 motor besar yang terparkir nyata. Sudah dapat di ketahui siapa sang pemiliknya karena kendaraan itu sudah sangat familiar di pandangan dan ingatannya.     
0

Tanpa perlu berpikir lama lagi, Rehan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu utama rumah. Masuk ke dalam dengan mendorong pintu, lalu langsung terlihat ketiga cowok yang tiduran di lantai beralasan karpet seperti pepes ikan. Jangan lupakan melepas sepatu yang menjadi alas kaki, ah akhirnya kakinya bebas dari dekapan sepatu kulit.     

"El." panggilnya tanpa basa basi lagi.     

Mungkin karena mereka terkejut, mereka langsung saja dengan cepat mengubah posisi tiduran. Tapi terlihat hanya dua orang saja yang sekarang duduk menatapnya, tapi orang yang di panggil justru sama sekali tidak bergerak.     

"El, gue tau lo denger." ucap Rehan lagi sambil melangkahkan kaki mendekat ke arah mereka.     

"Hm." Hanya deheman ini saja yang keluar dari mulut El, bukannya enggan menjawab namun ya inilah dirinya yang dingin.     

Rehan menghentikan kaki di hadapan mereka, dan ikut duduk di karpet.     

"Daritadi Al El Al El, emangnya ada apaan sih, Han?" tanya Mario yang gemas dengan kedatangan Rehan. Sudah tidak ada salam apapun, tiba-tiba terdengar mendadak masuk ke dalam indra pendengaran mereka. Sudah tau dirinya juga penasaran, malah El saja yang di panggil.     

Rehan menolehkan kepala ke arah Mario, lalu terkekeh kecil melihat ekspresi cowok tersebut. Hanya kekehan yang bertahan 2 detik saja, setelah itu musnah. "Ngapa lo? Mau di panggil juga?"     

Mario menggelengkan kepala. "Kalau di kasih duit gue mau deh, tapi kalau di panggil doang, kayaknya gak dulu." balasnya. Seperti biasa, guyon.     

Hanya membawa santai apa yang dikatakan oleh Mario, akhirnya Rehan mengembalikan pandangan menatap ke arah El yang fokus menatap layar TV padahal tengah menyaksikan film… barbie? Sejak kapan cowok dingin itu malah menonton serial yang sudah pasti dominan di tonton oleh para anak cewek? Oke, tapi bukan ini poin pembahasannya.     

"Lo gak bilang apa-apa tentang Nusa yang udah balik ke rumah?" ucapnya yang bertanya dengan tenang. Seperti biasa, ia mengingat segala nasehat Nusa, dan ya emosinya sudah hilang entah kemana.     

El menolehkan kepala ke arah Rehan, posisi tidurannya masih sangat nyaman, makanya ia tidak beranjak dari tiduran seperti yang dilakukan Reza ataupun Mario. "Lupa." balasnya.     

Kan, memang El mampu sekali membuat orang emosi. Yang tadinya sudah berpikir tidak perlu menanamkan amarah, malah menjadi kesal dengannya lagi.     

Rehan menaikkan sebelah alisnya, lalu menghembuskan napas. "Boong, mau lama-lama kan lo sama adik gue? Kan kalau tadi gue pulang cepet, lo gak bakal tuh sampai sekarang ada di rumah gue." ucapnya. Rehan marah? Tentu tidak, malah nada bicaranya seperti tengah menggoda cowok dingin berparas tampan itu.     

Reza dan Mario saling senggol.     

"Oh jadi itu El alesannya lo mau nganterin Nusa sendiri ke rumah, pantesan… ternyata mau ngajak Nusa PDKT-an, asik." ucap Mario, bersiap menjadi kompor yang memanas-manasi keadaan.     

Reza tiba-tiba juga ber-oh-ria, namun panjang. "Ohhhhh gitu El? Astaga ternyata ketua kita udah gede ya, udah mulai main cinta-cintaan, uhuy!" ucapnya yang seperti menyambung Mario.     

Mendengar itu, El memutar kedua bola matanya. Padahal sih opsi perkataan Rehan lebih tepat. Entah kenapa ia ingin berlama-lama dengan Nusa, karena dirinya tidak ingin meninggalkan cewek itu sendirian. Akhirnya, ia memutuskan untuk beranjak dari tiduran dan mengambil posisi duduk.     

Menatap Rehan dengan seksama. "Oke gue jelasin." ucapnya, sebenarnya sih malas karena pasti ia akan berbicara panjang. "Nusa gak mau angkat bicara, di depan wakasek sekalipun. Gue mau bujuk adik lo buat ngomong apa yang terjadi, tapi dia tetep diem kayak mau di rahasiain. Kan gue gak bisa diem aja, itu sekolah keluarga gue, kalau nanti tercemar terus gak bisa tau dalangnya, bisa tau sendiri kan apa pengaruhnya?" sambungnya, dan ya ternyata ia berbicara panjang layaknya presentasi kelas.     

Rehan tentu saja menyimak dengan sangat baik. Sedangkan Reza dan Mario sibuk dengan urusan mereka berdua, yaitu bermain ludo. Mereka berdua berpikir tidak perlu ikut bicara di dalam pembicaraan Rehan dan El, tapi tetap saja mereka juga menyimak diam-diam walaupun mulut mereka sama ramai-nya.     

"Oke, gue paham banget kalau niat lo baik, El. Tapi kan tetep aja seharusnya gue tau kondisi adik gue, loh. Lo kan bisa ngomong sama gue di telpon atau chat, gue khawatir setengah mampus pas kerja tadi juga kepikiran. Lo kata gue bisa tenang kerja? Untung aja kerjaan gue stabil, gak berantakan."     

"Ya gue cuma lakuin apa yang menurut gue harus dilakuin, Han."     

Mendengar jawaban El, Rehan menghembuskan napasnya. Lagipula, apalagi yang harus ditakutkan kalau semua keadaan sudah baik-baik saja? Kan yang terpenting Nusa udah aman sekarang.     

"Emang gimana kejadiannya? Gue butuh banget penjelasan, dalang? Dalang apa? Emangnya adik gue kenapa?" Kan, begitu banyak pertanyaan yang langsung keluat dari dalam mulut Rehan.     

El menganggukkan kepala, entah apa yang ia angguki. "Lo tanya aja sama Reza atau Mario, gue mau tidur." ucapnya, setelah itu kembali mengambil posisi tidurnya dan membelakangi ketiga cowok untuk memejamkan kedua bola matanya. Ia sudah malas berbicara, mungkin ke arah capek? Karena tak dapat di pungkiri, dirinya ini berbicara banyak karena Nusa bawel sekali.     

Rehan menolehkan kepala ke arah Reza dan Mario yang tengah asik main ludo, entah kenapa selalu ada permainan yang dilakukan kedua cowok ini. Kalau tidak bermain game, pasti adu mulut dengan pembahasan yang tiada henti.     

"Jadi, ini pada gak mau cerita sama gue?" tanya Rehan menaikkan sebelah alisnya.     

Reza menolehkan kepala ke arah Rehan. "Bentar Han, nunggu menang dulu." ucapnya yang cengengesan. Baru main game dan berhenti di tengah jalan itu tidak enak, kan? Jadi lebih baik menyelesaikannya terlebih dulu.     

Mario menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan Reza. "Nih ya Han, daripada lo tegang, kita main ludo dulu yuk. Satu puteran lagi deh buat lo. Kalau gak, kita maim ludo aja sambil ngobrol-ngobrol, kan seru tuh jadinya gak tegang-tegang banget."     

Mendengar ide yang sebenarnya sih tidak terlalu buruk juga, akhirnya ia memutuskan untuk menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang mereka bicarakan. Lagipula dirinya yakin 100% kalau Nusa sedang beristirahat, jadi ia lebih baik menyetujui kedua cowok ini.     

"Ya udah ayo, gue yang pion merah." ucapnya.     

Mario mengernyit. "Merah gue, lo ijo aja." balasnya.     

Reza menatap Mario, lalu mengetuk kepala cowok tersebut dengan pelan. "Gak jelas! Gue ijo, sarap. Lo daritadi kan lagi maen sama gue, buta warna lo ya?" tanyanya dengan sebal.     

Mario terkekeh kecil, lalu memberikan jari telunjuk dan tengah ke hadapan Reza. "Peace, damai!"     

Rehan menyaksikan semua itu, ia menghembuskan napasnya secara perlahan-lahan. Oke, ini akan menjadi penggalian informasi yang penuh perjuangan karena berada di tengah-tengah Reza dan juga Mario.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.