Elbara : Melts The Coldest Heart

Nusa Ditembak El?!



Nusa Ditembak El?!

0"Helm pakai, Sa."     
0

"Kayaknya pakai jaket juga deh biar gak kedinginan, angin pagi lumayan kenceng."     

"Udah sarapan kan? Nanti kita beli bubur pinggir jalan aja kalau lo belum isi perut,"     

"Lo harus cantik, iya lah biar banyak yang minder sama lo karna deket cowok-cowok ganteng."     

Sesuai dengan apa yang disepakati kemarin, akhirnya mereka bertiga, si cowok-cowok idaman sekolah benar-benar memperhatian Nusa. Sebelum berangkat ke sekolah, mereka mampir terlebih dulu ke rumah cewek tersebut untuk memastikan dia yang baik-baik saja.     

"Apaan sih kalian? Udah tau aku masih jelek gini, gak siap-siap sekolah." balas Nusa sambil menatap mereka bertiga dengan aneh. Jelas-jelas ia memakai baju tidur bergambar kelinci yang sangat menggemaskan, malah sudah di suruh memakai helm dan tak lupa dengan jaketnya juga.     

Mario mengerjapkan kedua bola matanya, menatap ke arah Nusa dengan sebelah alis yang terangkat. "Loh lagian ngapain daritadi belum siap-siap? Ngurusin bayi gede lo?" tanyanya sambil terkekeh kecil. Bayi gede a.k.a Rehan.     

Reza ikut terkekeh, ia membayangkan bagaimana manjanya seorang Rehan kalau sudah di dekat Nusa saat makan malam kemarin semua sifat cowok itu semuanya tidak ada yang mereka kenal. "Di belakang jadi matcho, di depan Nusa jadi chibby." sambungnya.     

"Ekhem!"     

Tiba-tiba, deheman nada bariton itu pun terdengar dengan jelas. Membuat mereka berdua yang tadinya terkekeh dengan candaan yang dibuat sendiri pun terhenti, melihat sang bahan pembicaraan sudah muncul tiba-tiba di samping Nusa dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya.     

"Nusa gak sekolah, ambil cuti istirahat dulu." ucap Rehan dengan tegas, ia ingin adik kesayangannya pulih terlebih dulu setelah kejadian mengenaskan saat kemarin.     

"Oh yaudah kalau begitu, kita mah doa aja yang terbaik." ucap Mario sambil menganggukkan kepala. Siapa yang melarang seseorang untuk beristirahat? Tidak ada.     

Walaupun bahasa Rehan sangat terdengar seperti seorang pekerja yang mengatakan 'cuti' dan bukannya izin tak masuk sekolah, tapi tujuannya memang sama saja yaitu mengambil libur sekolah dan tentunya sudah memberitahukan hal ini langsung ke kepala sekolah supaya informasinya turun dengan cepat ke telinga guru-guru.     

Menganggukkan kepala karena setuju dengan apa yang diucapkan oleh Mario, akhirnya Reza merangkul El dengan menepuk-nepuk bahu cowok tersebut. "Nih ada jagoan yang bakalan jagain kalau lo udah sembuh, Sa." ucapnya sambil terseyum lebar.     

El yang dikata seperti itu hanya bisa menganggukkan kepala dengan wajahnya yang tentu saja terbilang sangat amat teramat datar. Ia berdehem kecil, lalu tanpa basa basi langsung saja menarik tangan Nusa untuk ikut dengannya. Menjauh dari Rehan, Reza, dan Mario yang menatap ke arahnya dengan penuh kebingungan.     

"Eh Bara ngapain narik-narik Nusa?" tanya Nusa dengan kebingungan, sampai mereka berada di taman kecil rumahnya yang terdapat pohon rindang namun terawat dan justru terlihat segar daripada seram. Dan juga terdapat kursi taman di sana, tentu cowok tampan itu mengarahkan mereka untuk duduk disana.     

El menatap Nusa begitu cewek tersebut sudah berada disampingnya, tatapannya sangat lekat, seperti tengah mencari apa pantas sosok didekatnya ini dijaga oleh dirinya?     

"Bara kenapa si? Jangan bilang kerasukan, nyari pak haji di pagi-pagi kayak gini susah, Bara." ucap Nusa lagi dengan lugunya malah mengira kalau El kerasukan sosok yang berbeda alam dengan mereka, padahal kalau dari sudut panjang cowok tersebut pun tidak ada yang patut untuk di kira-kita seperti tadi.     

El menggelengkan kepala. "Gak, lo jelek." ucapnya sambil membuang muka. Hanya itu saja jawaban darinya, benar-benar menyebalkan.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, ia tau kalau bukan itulah yang ingin dikatakan El. "Ih boong. Masa ngajak aku ngejauh dari mereka cuma mau bilang aku jelek? Aneh kamu mah, gak jelas." ucapnya sambil cemberut.     

Tubuh memang sudah fit, tapi kan pikiran belum. Namun apa yang dikatakan oleh El, walaupun singkat, entah mengapa rasanya sangat menghibur hati. Kalau diingat-ingat lagi, ucapan El barusan sangatlah lucu.     

El menaikkan bahu, seolah-olah tidak ingin tau menau. "Ya gapapa." balasnya.     

El pun sendiri sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun sepertinya gengsi kembali menyelimuti karena ia merasa kalau di lubuk hatinya yang paling dalam, terasa kebimbangan yang tercetak jelas.     

"Lo… kenapa gak sekolah?" tanya El. Duh, bahkan ia bertanya hal yang sebenarnya memang sudah ada jawabannya. Merutuki kebodohannya sendiri adalah hal yanh sangat memalukan.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung dengan ucapan El. Beruntung mereka menjauh dari ketiga cowok yang melihat ke arah dirinya dan El dengan kepo, terlebih lagi memelankan nada bicara mereka satu sama lain. Kalau tidak, pasti mereka bertiga sudah menertawakan kebodohan El.     

"Kan tadi Kak Rehan udah bilang kalau aku gak diperbolehin masuk dulu, nunggu kondisi benar-benar pulih. Emangnya kenapa nanya gitu?" balasnya dengan nada bicara yang heran.     

El menghembuskan napasnya, namun tetap saja raut wajah datar adalah ekspresi andalannya. "Gue bakal cari tau semuanya." ucapnya dengan serius. Ia menatap lekat lagi, mulai memasuki kedua manik mata cewek di sampingnya dengan dalam.     

Sebelum menemukan kebenaran, tidak ada kata pantang menyerah di kamusnya. Kenapa ia sebegini terobsesinya untuk mengetahui siapa dalang dari kejadian Nusa? Ya jawabannya karena.. karena ia peduli?     

Tunggu sebentar, apa? Peduli?     

Nusa terkesiap, napasnya kembali tercekat. Setiap orang-orang yang berbicara padanya dan mengucapkan beberapa kata yang menjerumus kejadian yang menimpa dirinya, ia menjadi teringat kembali segalanya dengan sangat baik dan jelas terputar di memori otaknya.     

"H-hah?"     

"Gue mau jaga lo."     

"Dalam artian gimana nih, Bara? Kan emang Bara di suruh Kak Rehan kan buat jagain aku? Ya kalau itu juga aku tau, Bara."     

Setelah itu, keduanya saling berhenti berbicara. Menatap satu sama lain, dengan El yang sangat mempertahankan posisi tatapan matanya yang memang dapat diakui sangat memuja.     

Nusa meneguk salivanya dengan susah payah, setelah itu berdehem guna menghancurkan suasana yang hadir tiba-tiba disekeliling atmosfer mereka berdua.     

"Bara? Hari udah makin siang ih, nanti kamu telat. Di hukum lagi, di hukum terus, emangnya gak bosen? Gih sana, tuh Reza sama Mario udah gak bisa diem, ramai banget malah di depan rumah aku takutnya kan ganggu tetangga yang—"     

"Gue mau lo jadi pacar gue."     

Tunggu sebentar. Nusa langsung mengatupkan mulutnya, dan berhenti untuk tidak melanjutkan setiap perkataan yang sebenarnya masih menyangkut di ujung tenggorokan.     

Sedangkan El? Ia sepertinya juga terkejut dengan perkataannya sendiri. Namun ia mengucapkannya dengan sangat serius, tanpa adanya unsur bercanda ataupun guyonan seperti apa yang sering dilakukan oleh Mario.     

Pagi ini, adalah pagi penuh pertimbangan. Di tembak seorang El yang menjadi idaman satu sekolah? Yang benar saja, ini bagaikan mimpi!     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.