Elbara : Melts The Coldest Heart

Menyusun Rencana Baru



Menyusun Rencana Baru

0"Pergi lo dari tempat duduk cewek gue, ratu gue."     
0

//     

Tertampar, terjungkal, terguling-guling dengan kenyataan yang ada. Priska menatap penuh kebencian ke arah lapangan utama sekolah SMA Adalard ini. Ia berdecih, sudah kotak kedua tisu yang dirinya habiskan.     

Kini, Priska, Disty, dan juga Nika tengah berada di rooftop sekolah. Karena ini adalah satu-satunya tempat yang tidak tersentuh ataupun dikunjungi orang-orang, mungkin hanya diinjak oleh petugas kebersihan, dan para anak-anak nakal seperti mereka bertiga. Karena ini adalah tempat paling aman untuk membolos.     

"Liat nih rencana lo belum apa-apa udah tumbang duluan, liat nasib gue sekarang gimana ngenes banget." ucap Priska dengan nada bicara yang serak.     

Bagaiman tidak sakit hati dengan semua ini kalau cowok yang kita cintai, diam-diam sudah jadian dengan seseorang yang kita benci? Tentu saja rasanya sangat menyebalkan sekaligus menyesakkan.     

Disty menatap Priska dengan kedua alis yang menurun, merasa sangat bersalah dengan rencananya yang ternyata tidak semus dengan apa yang mereka bayangkan. "Ka ya maaf… gue gak tau kalau jadinya bakalan kayak gini." ucapnya dengan nada bicara penuh penyesalan.     

Nika menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Disty mengenai mereka yang memang tidak tau apa-apa mengenai hal ini. "Iya tuh bener kata Disty, kita kan gak tau apa-apa. Padahal kan kita ini udah sepakat kalau ini itu rencana yang terbaik daripada punya lo," sambarnya yang ikut berbicara.     

Priska menghembuskan napas, benar juga dengan apa yang dikatakan oleh Nika. Mungkin dirinya terlalu egois untuk mencapai sebuah kemenangan yang dirinya tidak pernah melihat dari sudut dimana ada kekalahan pasti itu akar sebuah kemenangan. Ya begitu deh pokonya, hanya itu saja yang dia tau.     

"Terus gimana ini? Kayaknya udah gak ada harapan lagi deh buat gue, masa iya nyerah? Nyerah juga siapa lagi yang mau gue idam-idamin selain El?" ucapnya dengan lesu.     

El itu bagaikan semangat seorang Priska berangkat ke sekolah, apa-apa pasti setiap pagi mottonya selalu seperti 'ayo semangat sekolah, ayo semangat ketemu mas pacar El' seperti itu kira-kira motto penyemangatnya.     

Disty dan Nika tampak berpikir.     

"Bian aja, udah lama kayaknya tuh anak gak hits semenjak ada berita El sama Nusa yang selalu update terus setiap hari," ucap Disty yang memberikan usulan.     

Priska mendengar itu, mereka duduk di sofa yang tentu saja mereka beli untuk ditaruh di sini dan memberikan pesan kepada siapapun untuk tidak memindahkannya. Jadi, dirinya berada di tengah-tengah kedua temannya.     

"Kalau Bian kayaknya enggak deh. Lo berdua tau sendiri kalau Alvira masib tergila-gila sama dia, gue gak mau lagi cari masalah sama El." balasnya sambil menggelengkan kepala. Lagipula dirinya dan Alvira tidak ada masalah apapun, jadi jangan pernah menarik orang lain tak bersalah ke dalam permasalahan dirinya dengan orang yang sudah tentu bersangkutan.     

Nika menjentikkan jemari, seperti mendapatkan cahaya terang di tengah-tengah badai.     

"Lah? Ngapa lo? Kok gak jadi ngomong, udah tau kita nungguin." ucap Priska yang menegur karena Nika ternyata hanya menjentikkan jari, dan tidak ada perkataan apapun yang dilontarkan oleh cewek tersebut, buang-buang waktu saja.     

Nika hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya elah buru-buru amat lo pada mau kemana sih, gue mau napas dulu     

kali." ucapnya dengan nada bicara santai, memang mengesalkan. "Nih ya, gue pikir-pikir sih lo Priska cocok banget sama Mario, sumpah."     

Sudah menunggu lama karena Nika tak kunjung angkat suara, sekalinya berbicara malah benar-benar membuat orang yang mendengarnya langsung naik darah.     

Bahkan, Priska yang tadinya menangis pun memutuskan untuk menahan emosi dan menghilangkan sejenak perasaan sedih yang bersarang di dalam hatinya.     

"Suka-suka lo deh, sial. Nyesel gua nungguin lo ngomong," ucap Priska sambil melempar tisu bekas kearah Nika dan mendarat di pangkuan cewek tersebut.     

"Ih Priska mah jorok, sebelas dua belas tuh kan lo sama Mario. Udah deh sana lo jodoh aja," ucap Nika dengan nada bicaranya yang sangat lugu.     

Disty terkekeh kecil. "Yang ada mah lo yang pantes sama Mario. Kalau Priska sama tuh cowok, yang ada Mario kena mental terus gara-gara gak satu frekuensi." ucapnya.     

Priska pun bergidik ngeri saat dengan sangat tidak sopannya pikiran dirinya yang membayangkan kebersamaan bersama Mario terlintas begitu saja, melalui pikirannya dengan sangat tidak sopan. "Skip, skip. Ngapain lo berdua malah jadiin gue ajang jodoh-jodohan sih? Coba deh omongin dulu ini gimana. Kalau begini jadinya ya Nusa semakin terdepan, dan gue cuma jadi upik abu." ucapnya sambil menyandarkan tubuh pada kepala sofa.     

Disty menganggukkan kepala, merasa setuju di bagian 'Nusa semakin terdepan'. "Gimana lagi? Gue udah bingung sumpah, dan kalau gue bingung nih ya Ka, jangan sekali-kalinya lo minta saran sama si Nika." ucapnya yang melakukan hal serupa dengan Priska, yaitu bersandar.     

Priska menatap langit-langit ruangan yang berwarna coklat gelap, ia menerawang dengan tatapan yang kosong. Masih tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh El mengenai cowok tersebut yang sudah memiliki 'ratu'. Hei, seumur-umur, ia sangat menginginkan posisi tersebut. Bahkan cewek yang baru beberapa hari menetap saja mampu merebut segalanya.     

Bukannya insyaf atau merasa harus menyudahi semua ini karena sia-sia, Priska merasa kalau di lubuk hatinya semakin membenci sosok Nusa. Terlihat sok lugu di matanya, namun mampu merebut seseorang yang menjadi titik kebahagiaannya sampai dengan saat ini.     

"Apapun rencana lo Nika, gue mau coba." ucap Priska pada akhirnya, ia tidak peduli karena konsultasi dengan orang yang salah. Baginya saat ini adalah, apa salahnya mencoba? Siapa tau pikiran Nika jauh lebih luas daripada dirinya dan juga Disty, iya kan? Selagi belum mencoba, jangan berpikir yang macam-macam.     

Namun Disty yang mendengar itu pun sontak langsung saja menepuk kening dengan perlahan. Ia merasa kalau setelah ini akan menjalani sebuah rencana yang entahlah bisa jadi sangat aneh. Namun apa perintah Priska ya tetap harus dijalankan, kalau cewek itu marah bisa-bisa mereka dalam keadaan yang gawat.     

"Duh, habis gelap kan seharusnya terbitlah terang. Ini habis gelap, malah mau lebih ngerasain tambah gelap lagi." gumamnya.     

Capek deh!     

"Yeee iri aja lo karna rencana lo gagal." balas Nika yang ternyata mendengar gumam-an Disty, membuat cewek itu hanya memutar kedua bola matanya karena tidak ingin ambil pusinh kalau ada apa-apa setelah ini.     

Nika tersenyum lebar, kan kalau dirinya dipergunakan oleh El, rasanya benar-benar menjadi sosok yang sangat teramat berguna. "Oke, pada akhirnya gue tau kalau jasa gue ini bakalan di pakai sama lo, Ka." ucapnya dengan semangat. Setelah sekian lama ucapannya tidak pernah didengar dan sekalu disingkirkan, akhrinya kini terwujud sudah menjadi kepala pikiran dalam genk.     

"Oke, jadi kita susun rencana baru."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.