Elbara : Melts The Coldest Heart

Rencana : CCTV Sekolah



Rencana : CCTV Sekolah

0Pulang sekolah …     
0

"Gimana nih gue panik banget kita harusnya kan apus berkas-berkas CCTV." ucap Nika sambil mengusap wajahnya dengan perlahan, ia kepalang bingung karena tidak tau ingin melakukan apa.     

Ada satu bukti yang bisa membuat mereka bertiga di depak dengan kasar dari SMA Adalard apalagi kalau banyak orang yang mengetahui kalau mereka adalah tersangka utama yang bisa saja membuat nama sekolah tercemar.     

Belum lagi, apa yang dilakukan mereka sudah keterlaluan. Bully yang biasanya saja sudah tercela, ini apalahi bully yang bisa menyebabkan trauma seumur hidup.     

Disty juga panik. Ia membenarkan ikatan rambutnya yang membentuk seperti ekor kuda, terasa kurang kencang mengikat dan menyatukan rambutnya. "Emangnya kita bisa gitu aja masuk kesana? Ya gak bisa lah. Kita aja bukan siapa-siapa loh. Jangankan masuk, ngedeketin ruangan CCTV aja gak mungkin." ucapnya yang menyambar permasalahan yang tiba-tiba dipikirkan dan langsung di ungkapkan oleh Nika.     

Mereka berada di ruang UKS karena tadi Priska ingin mengambil minyak kayu putih karena kepalanya terasa pening, kini sudah tidak lagi. Dan ya, jam pulang sekolah pun sudah berbunyi memenuhi seluruh antero sekolah. Jadi, entah tinggal sisa berapa murid yang masih berada di sini. Sebenarnya sih ada banyak peluang, namun menunggu letak matahari semakin menurun dari langit atas.     

Priska memutar otaknya. Entah mengapa ia juga tidak kepikiran kalau di setiap sudut sekolah ini ada CCTV, jadi masih ada bukti jelas yang mungkin belum terungkap sampai saat ini.     

"Kita harus ke ruang CCTV guys, apapun caranya." ucapnya dengan kedua bola mata yang terdapat kilatan penuh dengan keseriusan. Ia menatap kosong ke arah pintu UKS yang tentu saja belum terkunci karena kuncinya ada di mereka. Jangan ditanyakan apa yang terjadi sehingga ia bisa memegang kunci USK, itu sama sekali bukan hal yang terpenting.     

Nika dan Disty langsung menolehkan kepalanya ke arah Priska, perintah kali ini memang agak menakutkan bagi mereka yang tidak kenal takut.     

"Rencana kita aja udah berantakan, ini lagi harus ngendap-ngendap ke ruangan CCTV. Emangnya gampang?" ucap Nika sambil menghentakkan kakinya sebanyak 2 kali, pertanda kalau sebenarnya ia sudah lelah dengan permainan penutup-nutupi kesalahan ini. Ingin jujur dan mengaku pun tidak mungkin.     

Masa kelas 12 mungkin adalah masa-masa yang seharusnya sudah serius untuk fokus ujian, tapi tidak dengan genk Priska yang malah mencari sensasi tanpa orang ketahui kalau mereka lah dalang dari segalanya.     

Priska menganggukkan kepala, cukup paham dengan apa yang dikatakan oleh Nika karena skala pembicaraan mereka saat ini adalah hal yang menyangkut bagaimana nasib mereka di masa depan. "Gue maunya, kita ke ruangan CCTV. Sekarang, atau gak selamanya." ucapnya.     

"Tapi, Ka. Kita aja gak punya orang dalem buat bantu, kita juga gak bisa percaya siapapun kecuali kita bertiga ini." sambar Disty yang membicarakan tentang kenyataan.     

Nika tiba-tiba saja menjentikkan jemarinya, mendapatkan ide yang menurutnya sangat cemerlang. "Gue ada ide nih, beneran sumpah." ucapnya yang tiba-tiba.     

Priska dan Disty langsung menolehkan kepala ke arah Nika, keduanya juga serempak menaikkan kedua alisnya.     

"Rencana lo apa? Kabur ke luar negeri?" tanya Disty dengan nada bicara malas. Entah percaya atau tidak, dirinya agak ragu dengan apa yang selalu direncanakan oleh cewek itu.     

Priska terkekeh kecil, kali terakhir Nika mengatakan rencana ya memang itu, mengajak mereka berdua untuk kabur ke luar negeri. Ya sebenarnya sih bisa saja, soalnya kan mereka orang 'ada' yang dalam artiannya mencukupi untuk mewujudkan rencana tersebut. Namun tetap saja, tiba-tina kabur ke luar negeri tanpa jejak, semakin memperkuat kalau mereka memang bersalah.     

"Gue gak bosen nih dengerin saran lo, Ka. Ya walaupun gak bener dan gak sesuai dengan ekspetasi, tapi apa salahnya mendengar?" ucapnya. Ia adalah ketua terbaik, walaupun di mata para murid tingkahnya sebelas dua belas dengan iblis berwujud manusia.     

Nika tersenyum lebar, lalu yang tadinya duduk di kursi lipat pun langsung beranjak dari duduknya. Ia langsung saja menarik satu tangan dari Disty dan juga Priska supaya berada di sebelahnya.     

"Eh apaan nih narik-narik." ucap Disty yang bingung.     

Sedangkan Priska mah mengikuti saja apa yang dilakukan oleh Nika. Ia ingin mendapatkan hiburan karena kepalanya juga pening, karena sahabatnya yang satu ini bisa menghibur secara tersirat.     

Nika menampilkan senyuman lebar di permukaan wajahnya, setelah itu menghembuskan napas pelan untuk memulai rencananya.     

"Nih ya…"     

Akhirnya ia menjelaskan, tidak ada yang boleh tau bagaimana jalannya rencana mereka, termasuk para pembaca saat ini.     

Mendengar itu, senyuman cerah terukir dari bibir Disty dan Priska.     

"Gila, terharu banget gue sama lo. Ternyata jalan pikir lo udah bener-bener berkembang gila, sumpah gue sih terharu banget." ucap Disty sambil memeluk tubuh Nika dengan refleks.     

Biasanya, seorang Disty tidak pernah mengeluarkan rencana hebat karena kemungkinan besar cewek satu ini hanya asal-asalan saja memberikan pendapat dan masukan. Tapi untuk kali ini, cewek satu itu mengeluarkan gagasan rencana yang sempurna.     

"Ini beneran langsung dari otak lo? Selama gue jadi ketua sekaligus sahabat lo, belum pernah tuh denger lo ngeluarin rencana sehebat ini." ucap Priska sambil merangkul Nika. Rencana cewek ini sungguh di luar pemikiran dirinya dan juga Disty, bahkan ia pun tidak ada bayangan kesana.     

Nika tersenyum lebar, setelah itu menaik turunkan alisnya. Kali ini ia memberika rencana yang benar, bukan seperti sebelumnya saat di rooftop.     

"Gue serius karena ini mengancam masa depan, Ka, Ty. Gue tuh gak mau masa depan gue jelek, cuma gara-gara bully kutu kupret." balasnya. "Gue tuh gak pernah serius ngasih rencana, sekalinya ngasih boom banget, iya kan?" sambungnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.     

Priska menatap Disty dan Nika secara bergantian. Ini adalah cara satu-satunya, tidak ada lagi rencana yang bagus karena pribadi darinya dan Disty sudah tidak memiliki rencana lagi.     

"Inget ya kalau kita gagal, kalian tau sendiri konsekiensinya. Bisa-bisa nih kita di depak dari sini, gak kurang-kurang juga keadaan berbalik jadi kita yang di bully mereka." ucapnya sebagai pembuka motivasi supaya rencana mereka berhasil kali ini, ya semoga.     

Disty dan Nika menganggukkan kepala dengan yakin. Mereka akan mengerahkan semampu mereka, dengan mengerahkan seluruh kekuatan.     

"Janji ya apapun keadaannya, tetap jadi genk yang selamanya gak pernah pisah ya oke?" ucap Nika sambil memeluk dua sahabatnya.     

Priska terkekeh renyah. "Ya elah, Ka. Ini belum akhir kali, udah buat perpisahan kayak gini aja sih lo." ucapnya.     

Disty ikut terkekeh, lalu tersenyum. "Ya apa salahnya, kan apresiasi kalau gagal."     

"Sialan lo malah mikir positif gagal." balas Priska.     

Nika terkekeh, lalu melepaskan pelukannya pada mereka. "Ya udah yuk, kita gak punya banyak waktu buat ngobrol."     

Tanpa mereka ketahui, di lain sisi juga ada El and the genk yang memikirkan hal serupa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.