Elbara : Melts The Coldest Heart

Melakukannya Demi Nusa



Melakukannya Demi Nusa

0"Sial, gak ada siapa-siapa. Adanya noh anggota OSIS, gue sih ogah ya curigain mereka. Ya karna gak pantes aja anak bae-bae di curigain, mana liat tuh kegiatan mereka banyak banget begitu."     
0

Mario sampai ngos-ngosan. Ia memilih untuk berhenti tepat di samping Reza, dan langsung merebut es teh yang di pegang dalam plastik pada genggaman tangan cowok itu.     

"Dih woy itu es gue, beli sana." ucap Reza yang kembali merebut es teh miliknya. Habisnya Mario asal ambil saja, menyebalkan.     

El juga ngos-ngosan, namun dirinya tampak lebih cool daripada Reza dan Mario. Ia duduk di kursi koridor yang mengarah ke lapangan, entah apa yang dirinya pikirkan saat ini.     

"El, lo mau minum gak?" tanya Reza sambil menyodorkan satu bungkus es lagi ke hadapan El, masih baru dan tidak tersentuh.     

El menganggukkan kepala, lalu meraih bungkusan berisi es teh manis yang ditawarkan oleh Reza. "Thanks ya." ucapnya, lalu diberikan sedotan juga oleh temannya yang satu itu. Ia meminumnya, dan langsung saja es teh manis mengalir di dinding tenggorokkannya, melepas dahaga.     

Mario yang melihat itu cemberut, setelah itu menatap Reza dengan marah. "Sialan lo ya ngajakin berantem. Kok El dibeliin tapi gue gak? Tega lo gue mati kahausan," ucapnya sambil berdrama pura-pura sedih.     

Reza terkekeh kecil, habis itu mengeluarkan satu bungkus teh lagi dari tasnya. "Nih, makanya lo jangan ngeselin jadi orang." ucapnya sambil menjulurkan tangan untuk memberikan minuman tersebut pada sang sahabat.     

"Haha nah gitu dong jadi sahabat, ini namanya solidaritas." ucap Mario dengan bersemangat, setelah itu menyambar es teh manis dari tangan Reza yang memang diberikan untuknya.     

El menyudahi minumnya lebih dulu, lalu memghembuskan napas. "Sialan." umpatnya dengan kasar tiba-tiba. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja dirinya mengumpat karena saking kesalnya.     

"Lah ngapa lo El?" tanya Mario yang sontak menolehkan kepala ke arah sang ketua. Terlihat wajah kecut El dengan tatapan yang sangat tajam menahan pandangannya lurus.     

El mengusap wajahnya dengan kasar, tidak habis pikir kalau langkahnya keduluan oleh seseorang yang seperti berada satu langkah di depannya.     

"Capek gue." ucap El, setelah itu tangannya mulai mengikat bungkusan es teh manis, dan menaruhnya di pojok tempat duduk. "Balik." sambungnya sambil beranjak dari duduk.     

Reza menganggukkan kepala, lalu mengikuti jejak El. "Rio, buang tuh sampah El." ucapnya yang memerintah Mario, sambil menunjuk bungkusan es teh milik El yang diletakkan begitu saja oleh cowok tersebut.     

Mendengar itu, Mario mengerucutkan bibirnya. "Udah di tinggal, di suruh-suruh pula." gumamnya. Walaupun mengeluh, ia tetap saja menjalankan apa yang dikatakan oleh Reza karena kan memang tidak boleh membuang sampah sembarangan, benar kan?     

Mulai menyusul El dan Reza, Mario berlari sekuat tenaga agar segera berjalan sejajar. "El, lo mau nyerah?" tanyanya tiba-tiba. Tak dapat di pungkiri, dirinya juga sangat penasaran dengan kejadian satu ini yang sangat membingungkan.     

"Siapa lagi kalau pelakunya bukan orang dalem? Gak ada loh orang yang bisa megang kunci ruangan terlarang bagi murid, selain punya bantuan, iya gak sih?" sambar Reza yang mengatakan kemungkinan lainnya.     

Habisnya bagaimana, ya? Kemungkinan yang mencakup kebenaran tersebut memang terasa sangat meresahkan. Apalagi tidak ada bukti kuat, rekaman CCTV yang hard pun tidak ada.     

El menganggukkan kepala. Namun tidak menyalahkan petugas yang seharusnya berjaga di sana. Pasalnya, kalau ada seseorang yang bisa masuk, pasti sang penjaga tidak ada. Dan kemungkinan, ini tidak ada sangkut pautnya dengan orang dalam.     

"Mau nuduh tapi nanti suudzan, tapi gak nuduh juga pikiran gue ke sana mulu." ucap Mario sambil menghembuskan napas dengan perlahan. Kan niatnya ingin membantu, namun malah terjebak di situasi seperti ini.     

"Maksudnya?" tanya El sambil menaikkan sebelah alisnya.     

Mereka berjalan sampai pada ujung koridor yang langsung membawa mereka masuk ke area parkiran.     

Berhenti tepat di motornya masing-masing yang selalu berjajar bersama, El kini sudah menunggangi motor besarnya itu.     

Mario berdecak kecil, ia gemas karena El tidak tau apa yang dirinya maksud. "Begini loh, ish.. gue naruh curiga terus sama Priska. Tapi nanti kalau kecurigaan gue salah, ya jatohnya jadi suudzan dong?" ucapnya yang kembali mengulang perkataan.     

Reza menghembuskan napas. "Bukan lo aja yang punya pikiran kayak gitu, Rio. Gue pribadi juga mikir yang sama." ucapnya yang memang satu frekuensi lagi dan lagi dengan Mario.     

El menganggukkan kepala, namun ia ingin tau kenapa sahabatnya menaruh curiga kepada Priska. "Alesannya apa?" tanyanya kepada Mario.     

Mario menganggukkan kepala, pertanyaan El cukup mudah baginya. "Ya kan lo orang yang diincer sama dia, dia marah lah liat lo sama Nusa terus. Sedangkan dia? Dia gak pernah ngerasain ada di deket lo." balasnya yang mengatakan alasan Priska kalau melakukan hal ini, sesuai dengan apa yang berada di pikirannya.     

El merasa cukup puas dengan apa yang dikatakan oleh Mario, pasalnya itu memang mencakup hampir 100% kebenaran. Namun tidak cukup dengan asan Mario, dirinya menolehkan kepala ke arah Reza. "Kalau lo?" tanyanya.     

Reza yang masih menyedot es teh dari sedotannya pun langsung minum buru-buru sampai tak tersisa, setelah itu berjalan sebentar untuk membuang sampah, lalu ia berpijak lagi pada posisi semula.     

"Penjelasan gue mungkin cukup panjang." ucap Reza sebagai perawalan. "Nih gini ya kalau dari logika, siapa sih yang rela ngelakuin segalanya demi dapetin lo, El? Jawabannya adalah Priska. Dia adalah satu-satunya cewek yang gak ngebiarin cewek lagi buat deket sama lo, karena apa? Ya karena dia aja belum bisa dapetin lo, masa cewek lain bisa." ucapnya yang mulai menarik benang merah kenyataan tentang Priska.     

Mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan apa yang ingin dikatakannya. "Nah begitu tau Nusa deket sama lo, makanya dia berani ngelakuin bully sama tuh cewek. Nah kenapa gue positif nuduh dia? Ya karena dari awal, siapa lagi yang naruh masalah sama Nusa kecuali dia? Gak ada, kan? Jadi sih poin gue…" sambungnya yang di akhir kalimat malah menggantungkan ucapannya.     

"Apa?" tanya El dan Mario hampir berbarengan.     

"Gimana kalau genk kita pura-pura baik aja sama mereka? Pasti kedok busuk mereka bakalan ketauan tuh, pinter gak sih gue?"     

Mendengar rencana lagi dari Reza yang sebenarnya sangat cemerlang, membuat El sangat menimang-nimang. Apalagi Mario yang sudah musuh sejati dengan cewek yang bernama Priska.     

"Dih najis ogah banget baik-baik aja sama genk nenek lampir, sorry dorry morry, tapi kita—"     

"Bisa tuh di coba."     

Mario melotot dengan apa yang dikatakan oleh El, bahkan sangat teramat tidak percaya karena sepanjang sejarah, yang namanya El tidak akan pernah ingin dekat dengan Priska. Bayangkan saat cowok ini ditempeli oleh cewek yang suka cosplay jadi ulat bulu… oh tidak!     

"Gila lo El." ucap Mario, tidak terima dengan keputusan sang ketua yang malah menyetujui apa yang dikatakan oleh Reza.     

"Mau gak mau, ya kita harus coba. Gue lakuin ini semua demi Nusa,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.