Elbara : Melts The Coldest Heart

Kebingungan Nusa



Kebingungan Nusa

0"Ini kenapa deh? Kok tumben rame-rame gini heboh banget?"     
0

Nusa menatap ke sekelilingnya, memperhatikan lara murid yang berlalu lalang. Namun tak serperti biasa, mereka heboh yang berbeda. Tidak ada pekikan lagi yang meneriaki betapa gantengnya El, tidak ada pekikan memuji, tidak ada pekikan yang seolah-olah ingin menarik perhatian cowok tersebut.     

El menghentikan motornya di tempat parkiran, yang sudah dapat di duga kalau di sana ada sosok Reza dan Mario. Datang duluan daripada dirinya dan Nusa, bahkan sampai menunggu seperti apa yang ia katakan di grup mereka bertiga.     

"Gila lo El, ricuh banget suasana gara-gara lo." ucap Reza sambil menggeleng-gelengkan kepala, menelusuri pandangannya juga pertanda tengah memantau suasana.     

Mario menganggukkan kepala. Tangannya sudah memegang plastik kiloan yang berisi sate, kemungkinan beli di abang-abang tukang bubur. "Iya lah cuma seorang El nih yang bisa banget buat satu sekolahan kayak gini, keren sih emang." ucapnya yang meneruskan perkataan Reza.     

Nusa menyimak semua itu, namun belum berani untuk berkomentar jauh karena dirinya juga bingung dengan keadaan ini. Belum lagi para kaum cewek-cewek yang melihatnya dengan sorot mata yang sendu dan sayu.     

Sedangkan El? Ia mengangkat bahunya, tidak tau menau dengan kejadian pagi ini yang sejujurnya ia tau namun tidak ingin menanggapinya. Ia melepas helm dari kepalanya, setelah itu menghembuskan napas dan menaruh benda tersebut tepat di bagian depan body motor.     

"Ya udah ayo masuk, masa iya mau di parkiran terus?" ucap Reza pada akhirnya.     

Mereka menganggukkan kepala. Termasuk Nusa yang kini sudah berjalan bersisian dengan El, bahkan Reza dan Mario ada di belakang mereka seperti pengawal.     

"Emang serius mereka bakalan jadi relationship goals di sekolah ini?"     

"Ya itu mah udah jelas, El kan pujaan di sekolah ini, gak mungkin hubungan mereka biasa-biasa aja."     

"Tapi gue liat mereka cuma jalan bersisian, kan biasanya kalau orang pacaran tuh ya paling mentok pegangan tangan."     

"Sok tau lo anjir kayak udah pernah pacaran aja, jomblo dari lahir jugaan."     

Mendengar percakapan beberapa gerombolan yang tak sengaja masuk ke indra pendengaran, membuat Nusa semakin penasaran. Ada apa dengan relationship goals yang di maksud mereka? Itu kan artinya pasangan goals gitu, iya kan? Oke, Nusa mulai kelihatan bodoh dengan kebingungannya.     

Tiba-tiba, terasa ada sengatan dari dalam tubuhnya, kala jemari El yang kekar mulai membawa jemari lentiknya untuk di genggam.     

"E-eh?" ucap Nusa dengan refleks karena terkejut tangannya di pegang oleh El.     

"Jangan komentar." balas El dengan nada bicara yang pelan, namun bukan perkataannya yang mengundang perhatian orang-orang untuk memusatkan pandangan ke arah mereka. Namun gerakannya yang tiba-tiba menggenggam tangan Nusa-lah yang langsung menjadi pusat perhatian.     

Reza dan Mario saling senggol.     

"Wah bos kita kayaknya on the way jadi bucin deh." ucap Mario dengan mengulum sebuah senyuman, tidak pernah menyangka kalau El akan bertingkah seperti ini setelah sekian lama tidak pernah dekat dengan makhluk lawan jenis.     

Reza terkekeh kecil, ia mah selalu mendukung apa yang terjadi di kehidupan para sahabatnya asalkan positif. Dan ya, kenapa El dekat dengan Nusa masuk ke dalam kategori positif? Ya karena Nusa sudah membawa pengaruh besar bagi kehidupan El, dan hal itu sangat terlihat jelas.     

"Iya tuh bener, nanti gak ada lagi pak bos kita yang dingin. Ya mungkin ada sih, tapi masih besar kemungkinan bakalan luluh sama Nusa."     

"Gue sih dukung mereka, kalau sampe ada pelakor, sumpah si gue bejek-bejek."     

Padahal mereka kan berjalan di belakang orang yang mereka bicarakan. Walaupun menggunakkan intonasi bicara yang pelan, namun sama sekali tidak menutup kemungkinan kalau ucapan mereka berdua terdengar.     

Kedua pipi Nusa menjadi terasa panas, ya dirinya blushing akibat dari perkataan Reza dan Mario. Bucin? Pelakor? Ada apa ini sebenarnya? Hei, tolong kasih tau dirinya karena memang tidak tau dengan apa yang terjadi. Baru satu hari di tinggal izin masuk sekolah, tapi sudah ada berita besar yang tertinggal. Apalagi berita ini mengenai dirinya sendiri, yang dalam artian kan ia harus tau.     

Namun El mempererat genggaman tangan mereka sambil menatap ke arah Nusa dengan sorot mata yang seolah-olah mengatakan, jangan bertanya mengenai kadaan saat ini dan nanti akan dirinya yang menjelaskan.     

Akhirnya, mereka mulai masuk ke dalam kelas. Yang tadinya ricuh, kini tiba-tiba menjadi diam dengan kedatangan El dan Nusa yang saling menggenggam tangan mereka.     

Terutama Nusa, sorot matanya langsung bertabrakan dengan milik Priska. Ia menahan napasnya sebentar guna tidak membuat pikirannya kembali mengingat hal yang sangat menakutkan bagi dirinya. Sendirian, sepi, tidak ada peneman bicara, siapa yang sanggap menghilangkan semua memori yang telah ditanamkan buruk oleh cewek tukang bully itu?     

Tanpa Nusa sadari, El melihat bagaimana raut wajah cewek tersebut saat melihat ke arah Priska. Itu menjadikan dirinya yakin kalau si nenek sihir-lah yang tengah memperlambat pengakuannya sendiri mengenai kejahatan yang telah di perbuat.     

Mulai duduk di kursi masing-masing, dan seperti biasa Reza dan Mario langsung memutar tubuhnya untuk menatap El dan Nusa.     

"Lo liat gak sih muka nenek sihir asem banget? Kasian ya ngejar-ngejar lo lama banget, eh tetep aja gak bisa dapetin." ucap Mario yang mulai mulut embernya berbicara. Ya sebenarnya sih tidak berbicara dengan nada lantang, namun tetap saja karena kondisi kelas yang mendadak sepi membuat ucapannya terdengar di setiap sudut ruang kelasnya.     

Reza mah urusan memanas-manasi seperti Mario juaranya, apalagi mengenai Priska yang memang sepertinya sudah musuh abadi. "Iya emang kasian banget. Ya tapi sih gue akuin emang cakepan Nusa kemana-mana sih daripada dia, mukanya cantik, sifatnya juga cantik."     

"MASIH KALAH JAUH, PIW PIW PIW!" seru Mario sambil tergelak tawa, diikuti oleh Reza.     

Urusan seperti ini, tidak ada yang bisa menengahi Reza dan Mario yang kalau sudah tidak suka sama orang, maka mulutnya mengalahi cabai setan.     

Priska mendengar semua itu, ia tetap diam saja tanpa perlawanan seperti biasa, dan hal itu malah membuat para murid merasa aneh dan memutar otak yang bertanya-tanya mengapa cewek satu itu diam saja.     

Nusa menghembuskan napasnya, tidak tau apapun mengenai hal ini. "Ada apaan sih?" gumamnya, bertanya pada El.     

Mendengar pertanyaan yang penuh keluguan itu membuat El menggelengkan kepala dengan perlahan, ia melepaskan genggaman tangan mereka. "Jangan banyak tanya, gue ngantuk." balasnya yang juga bergumam, biarkan saat ini yang beraksi adalah Reza dan Mario.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Tapi kan udah mau bel masuk, Bara."     

El membenamkan kepalanya pada tangan yang sudah disilangkan ke atas meja, lalu menganguk. "Iya, tau. Kabarin kalau Reza Mario gelud sama Priska."     

Setelah itu, Nusa tidak mendengar perkataan apapun lagi dari El. Menjadikan dirinya menolehkan kepala ke arah Priska. Dan ya.. seperti dugaannya kalau cewek satu itu menatapnya dengan penuh kebencian.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.