Elbara : Melts The Coldest Heart

Ketakutan Baru Seorang El



Ketakutan Baru Seorang El

0Nusa kembali ke kantin dengan senyuman yang sama seperti senyuman yang diberikan kepada Alvira beberapa menit yang lalu. Ia kembali ke stand siomay yang dimana ternyata Mario juga ada di sana, entah baru pesan atau ingin mengambil pesanan, kalu dirinya sih ingin mengambil pesanan.     
0

"Lah kamu belum makan, Mario?" tanya Nusa yang sudah sampai tepat di samping cowok yang dirinya tegur ini.     

Mario menolehkan kepala, lalu menggeleng. "Ini baru mau ngambil, habisnya tuh ya tadi gue mager banget soalnya rame. Kalau desak-desakan nanti keenakan cewek-cewek malah nyari kesempatan sama gue, iya gak?" balasnya sambil menaik turunkan alis kala mengatakan kalimat terakhirnya.     

Nusa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan perlahan. "Owh begitu ya.." kebingungan ingin membalas ucapan Mario dengan deretan kalimat yang seperti apa.     

"Lo udah nganter minumannya Vira? Sampai ke tempat dengan selamat kan? Kalau gak pasti nanti dia ngamuk, eh tapi kayaknya gak mungkin sih kalau ngamuk sama lo."     

"Udah kok aman, Rio. Aku mah udah bawa dengan benar, selamat sampai tujuan ko."     

Mereka akhirnya menunggu giliran sampai pada saatnya satu piring pesanan Nusa akan sampai pada tangan dan jemari lentiknya itu.     

"Eh sorry gue duluan ya yang ambil makanannya, gue buru-buru banget nih."     

Tiba-tiba saja, ada yang menyelak sambil merebut piring siomay pesanan yang seharusnya memang untuk Nusa karena cewek satu ini sudah meninggalkan dan membuat pesanan pada Pak kantin supaya di simpan dulu nanti dirinya ambil.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya dengan heran menatap cowok yang menyelaknya, dan ternyata itu adalah Bian. "Ih Bian, kok siomay aku malah di selak gitu aja sih?" tanyanya dengan mada bicara yang tidak rela, pasalnya kan itu pesanannya. Dan lagipula hanya siomay sepuluh ribu untuk mengisi perutnya saja kok sampai siang nanti soalnya saat istirahat kedua dirinya tidak makan.     

Bian menolehkan kepala ke sumber suara dan di sana langsung menemukan Nusa yang menatap ke arahnya dengan alis menurun, serta Mario di belakang cewek tersebut yang jangan ditanyakan bagaimana ekspresi dari cowok satu ini. "Eh sorry, punya lo, Sa?" tanyanya sekedar basa basi karena merasa tidak enak.     

Untung saja antrean siomay sudah sepi, dalam artian tinggal mereka di sana.     

Mario berdecak, menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kedua alisnya menaik, sebenarnya sih lebih tepat ke arah menajam karena benar-benar menatap Bian dengan sangat sangat. "Lo pikir punya setan? Lo gak liat apa ya kita udah ngantri dari tadi rame nyampe sepi, eh lo dateng-dateng kayak gak punya mata." balasnya dengan sewot, walaupun begitu ia berusaha untuk berbicara dengan volume kecil agar tak mengundang suasana.     

Cukup dirinya saja yang memberesi hal ini, jangan sampai El turun tangan dan kembali membuat pahatan sempurna di wajah Bian yang menurutnya itu pas-pasan.     

Dari menatap Nusa, kini Bian menatap Mario dengan sebelah alis yang terangkat. "Sorry ya gue gak ngomong sama lo," balasnya dengan nada bicara yang terdengar datar namum tak bisa menyaingi kedataran El yang sudah mendarah daging.     

Menghembuskan napasnya, Nusa sadar kalau sesaat lagi akan ada perang mulut yang terjadi di antara Mario dan juga Bian. "Ya udah biarin aja, Rio." ucapnya sambil menghalangi tubuh Mario yang ingin maju mendekati Bian, berabe sekali kalau ada hal yang terjadi lebih dari sekedar adu mulut, iya kan? "Nah buat Bian, ya udah itu siomay-nya ambil aja. Nanti Nusa pesan yang baru," sambungnya lagi menatap Bian dengan raut wajah yang sudah berubah menjadi tersenyum hangat.     

Bian menganggukkan kepala, Nusa lebih simpel daripada cewek yang lain yang mungkin tidak akan rela sampai piring pesanan kembali ke tangannya. Pantas saja El langsung nempel sama cewek tersebut, ah tapi bukan tipenya juga sih. "Thanks ya, lain kali tuh ajarin sopan santun sama teman lo." balasnya dengan nada bicara yang terdengar merendahkan cowok yang berada di samping Nusa.     

"Dih sialan lo, lo yang gak punya sopan santun malah gue yang dikataka kayak gitu, sarap."     

"Sorry, emang pantes sih lo."     

"Sara sori sara sori, ngomomg inggris aja walaupun cuma bilang sorry tuh lo gak pantes. Udah sana pergi, ngerusak pemandangan aja lo."     

Mario menjulurkan tangan, mendorong pelan bahu Bian yang padahal ingin sekali dirinya menjoroki cowok tersebut sampai tersungkur di lantai. Namun alasan dirinya menunda selain karena Nusa yang melarang, Bian juga tengah membawa piring berisikan makanan yang kalau tumpah pasti malah ngerepotin karyawan sekolah. "Enyah lo." ucapnya lagi dengan penuh penekanan.     

Bian berdecih, setelah itu membersihkan bahunya yang tadi di pegang oleh Mario dengan tangan yang bebas tak menggenggam apapun. "Tangan lo bau, cuci tangan sana." Setelah berkata seperti itu, baru-lah ia kabur menuju meja yang sudah menjadi kekuasaannya bersama dengan teman-teman.     

Sedangkan Nusa? Ia kembali memesan siomay sesuai dengan isian yang dirinya inginkan, tanpa pare dan juga telur rebus yang menurutnya membuat ia kenyang.     

Sedangkan Mario? Di kedua tangannya sudah ada dua porsi siomay, ia menunggu pesanan Nusa juga tersedia dan akhirnya sudah. "Yuk balik ke tempat duduk." ucapnya sambil membalikkan tubuh dan menjadi kepala yang memberikan arah, dengan Nusa sebagai ekor yang mengikuti setiap langkahnya berpijak.     

Sampailah pada meja, dan sudah mendaratkan bokongnya.     

"Tadi ngapa lo sama Bian?" tanya Reza yang to the point, menanyakan apa yang terjadi tadi. Jelas-jelas kalau terlihat Mario yang adu lidah dengan Bian, namun percakapan mereka tidak kedengaran.     

Mario berdecih sambil melirik ke tempat dimana genk-nya Bian berada, padahal makanan Nusa yang di rebut begitu saja namun dirinyalah yang paling tidak rela. "Biasa, ngerebut milik orang lain. Masa enak banget pesenan Nusa di ambil gitu aja gak sopan bangate katanya dia buru-buru, sialan. Buru-buru darimana anjir? Dia aja duduk nyantai gitu lo liat aja gih tuh." balasnya yang emosi, lalu meraih segelas es teh manis yang memang itu merupakanan pesanannya.     

Mario meletakkan satu piring siomay untuk Reza dan satu lagi untuk dirinya sendiri.     

Nusa duduk di sebelah El, dan ia melihat kalau cowok di sampingnya ini menolehkan kepala ke arahnya lalu mengunci pandangan. Membuat dirinya meneguk saliva dengan susah payah.     

Reza menatap garang ke arah genk Bian, setelah itu mengembalikan pandangan kepada Mario. "Emang minta di gamparin satu-satu, di ajakin tawuran gak pada mau banyak alesannya. Bilang aja kalah lawan kita bertiga, nyali tempe." balasnya.     

Nusa tidak menghiraukan percakapan Reza atau Mario, ia menatap El. "Bara, kata Alvira dia bakalan makan bekelnya kok, jadi Bara tenang aja jangan khawatir kalau Vira gak jad—"     

"Lain kali, lo tendang aja brengsek satu itu." potong El tiba-tiba yang merasa sedikit kesal dengan Nusa yang malah diam saja dan terlihat jelas kalau tadi memang Bian lebih dulu sudah kembali ke mejanya, dalam artian cewek satu ini merasa oke-oke saja.     

"Gak selamanya gue atau yang lain jaga lo, lo harus bisa jaga diri sendiri juga, gue takut lo kenapa-napa, Sa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.