Elbara : Melts The Coldest Heart

Cara El Menjahili Nusa



Cara El Menjahili Nusa

0"Anggep aja jagain lo itu hobi baru gue."     
0

Nusa mengerjapkan kedua bola matanya lagi, tiba-tiba merasa kalau telinganya sedikit berdengung karena takut kalau apa yang di dengarnya barusan hanya angan-angan semata saja. "Hah?"     

Malasnya saat kedua orang salinh mengobrol adalah, jika salah satunya merespon percakapan dengan kata 'hah' atau kata lainnya yang seperti meminta pengulangan apa yang dikatakan barusan.     

El memutar kedua bola matanya, setelah itu meraih tas milik Nusa yang ia letakkan di kursi sebelahnya lalu kembali dipakai dengan diletakkan pada punggungnya. "Cabut," ucapnya sambil beranjak dari duduk.     

Mendengar itu, tentu saja Nusa panik. "Loh kok cepet banget, Bara? Kan ini es krim-nya juga belum habia, duduk juga paling belum ada sepuluh menit, eh udah mau pulang aja." ucapnya yang protes dengan apa yang dikatakan oleh El mengenai mereka yang harus pulang sekarang juga.     

"Bodo, kalau lo mau disini, ya gue tinggal." balas El sambil mengangkat bahu, pertanda kalau dirinya ini tidak ingin tau menau dengan apa yang dikatakan oleh cewek yang sudah jelas kini menatapnya dengan sorot mata yang sebal.     

"Ya udah kalo sini dulu abisin es krim-nya, jangan maen cabat cabut dulu. Bara duduk lagi ih di kursi,"     

Setelah terlihat sebal, kini Nusa terlihat memberikan puppy eyes kepada El. Membuat cowok satu itu langsung menghembuskan napas, lalu mau tak mau kembali mendaratkan bokongnya tepat di kursi yang baru sekitar satu menit lebih dirinya tak tempati. "Cepet."     

Menganggukkan kepala, Nusa cepat-cepat memakan es krim sampai tas sadar belepotan.     

El hanya memperhatikan dengan seksama, kalau es krim miliknya sendiri sih hanya tersisa seperempat kurang, jadinya ia sudah cukup memakan itu.     

"Bara itu es krim-nya gak di habisin?"     

"Gak."     

"Nanti rezeki-nya di patok ayam loh.."     

Mendengar itu, El menaikkan sebelah alisnya. Tidak familiar dengan apa yang dikatakan oleh Nusa barusan. "Dapet darimana?" tanyanya mengenai deretan kalimat yang mengenai rezeki di patok ayam itu, ia belum pernah mendengarnya.     

Nusa hanyamenaikkan bahu, seolah-olah tidak ingin menjelaskan karena nanti pasti akan membahas mengenai ayam. "Ya udah kalau gak mau di habisin, bawa tapinya terus buang di tempat sampah yang tersedia, jangan di atas meja gitu dong." ucapnya.     

"Lo sama nyokap, bawelan lo." El menatap Nusa dengan sorot mata yang datar, setelah itu mendekatkan tempat es krim dengan dirinya.     

Nusa hanya terkekeh kecil, setelah itu menyuapkan suapan terakhir es krim ke dalam mulutnya. "Dah, yuk." ucapnya dengan gembira.     

Melihat Nusa yang ingin beranjak dari duduknya, El langsung memanggil cewek tersebut. "Nusa." panggilnya.     

Nusa pun mengurungkan niat, dan langsung saja menatap El kembali dengan tatapan yang seolah-olah berkata 'Apa?'     

"Bentar." El menjulurkan tangan, menarik dua lembar tisu yang tersedia di setiap meja sampai masuk ke dalam genggamannya. "Sorry." Setelah itu, ia membersihkan ujung bibir Nusa yang cukup belepotan.     

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari seorang El, membuat Nusa mengerjapkan kedua bola matanya karena tidak percaya. Ia hanya diam mematung, sedangkan sudut bibirnya tengah di bersihkan oleh El karena meja pemisah mereka juga tidak terlalu lebah sehingga cowok tersebut dapat meraih bagian wajahnya.     

"Gue gak mau jalan sama badut." ucap El, terdengar nada guyonan di sana, namun mungkin samar? Saking samarnya kali ya, tapi dengusan geli pun sudah menjelaskan kalau dirinya memang bercanda dalam mengatakan hal itu.     

Setelah terlihat bersih tanpa noda es krim sedikit pun, El kembali menarik tangannya. "Dah, ayo." ucapnya kembali beranjak dari duduk. Ia melangkahkan kaki mendekati Nusa yang sedaritadi hanya diam mematung, tanpa berniat ingin mengikutinya untuk pulang.     

"Sa, balik." ucap El sambil melambaikan tangannya di hadapan Nusa, tak mendapatkan respon apapun membuat dirinya berdehem kecil. "Woy." Lalu mau tak mau sedikit mengguncang lengan cewek tersebut, yang tentunya dengan pelan.     

Nusa tersentak kaget, lalu menolehkan kepalanya ke belakang, tepat menatap El dengan wajah konyolnya. "Oh ayo-ayo kita balik, makasih ya Bara. Aku gak tau kalau belepotan, soalnya gak kerasa." ucapnya dengan nada bicara yang terdengar sedikit canggung.     

Ya bukan modus sih namanya. Jika seseorang makan, dan makanannya tertinggal di sudut bibir, entah mengapa itu sama sekali tidak terasa dan membuat seseorang tak menyadarinya. Pasti kalian suka seperti ini juga, kan? Padahal ngerasa kalau cara makannya sudah benar, baik, bahkan rapi. Tapi sama saja tiba-tiba ada sisa makanan yang tertinggal.     

Mereka berdua mulai keluar dari kedai es krim dengan rata-rata perhatian yang menuju ke arah mereka, ya mungkin terlihat seperti couple goals yang sebenarnya tidak ada apa-apa diantara mereka berdua.     

Akhirnya, mereka sudah sampai di di halaman depan kedai, tempat terparkirnya kendaraan yang dibawa oleh para pelanggan.     

"Diem." ucapnya sambil melempar wadah es krim ke tempat sampah, ia menyuruh Nusa diam karena tau kalau cewek ini akan memancing dengan pertanyaan introgasi seputar kehidupannya.     

Nusa yang langsung diperingatkan seperti itu pun mendengus kecil, lalu menatap El dengan sorot mata sebal dan jangan lupakan kalau ia menjulurkan lidah. "Wle, dasar pelit!" ucapnya sambil berkacak pinggang, setelah itu mundur dua langkah supaya kalau El ingin memundurkan motornya, ia menjadi tak tersenggol.     

"Ayo naik." El sudah siap dengan tas Nusa yang berada di gendongannya bagian depan, serta helm yang juga sudah membingkai di kepalanya. "Nih helm lo." sambungnya lagi sambil menjulurkan helm berwarna merah muda ke hadapan cewek tersebut.     

Nusa meraihnya, "nih pegangin saampahnya." Bukannya di buang, Nusa malah memberikan wadah bekas es krim ke genggaman tangan El yang tentu langsung diterima baik oleh cowok tersebut, lalu mulai memakaikan helm-nya.     

"Dih ini buang dong," protes El. Ingin melempar sampahnya pun jarak tempat sampah kini agak jauh dengannya. Bukan takut meleset, sungguh tembakan —lemparan— kapten basket sih sudah pasti tidak akan meleset. Namu yang ditakutkan dirinya adalah, wadah ini bervolume ringan. Tau sendiri kan nanti pasti lemparannya tidak sepadan, benar?     

Nusa mengerucutkan bibirnya, setelah itu menyambar kembali wadah yang tadinya di titipkan kepada El. "Iya iya ih ini mau di buang, kan di titip dulu sama Bara." ucapnya, lalu berjalan ke arah tempat sampah dan membuangnya di sana. Setelah itu sudah kembali ke dekat El, lalu dirinya mulai naik dan mengisi jok belakang motor besar tersebut.     

"Ayo bang buruan jalan, sesuai maps ya." ucap Nusa tanpa rasa bersalah sedikit pun, terlebih lagi tak lupa menepuk pelan salah satu bahu El.     

Mendapatkan perlakuan seperti ini, El tersenyum miring di balik helmnya. Lebih dulu ia memundurkan motor, lalu tanpa aba-aba langsung meng-gas motornya dengan kencang namun hanya beberapa jarak saja.     

Ngeng!     

"AAAAAAAA! BARA NYEBELIN!" yang sontak membuat Nusa langsung mengeratkan kedua tangannya pada tubuh El, dalam artian ia langsung memeluk cowok tersebut dari belakang.     

Bukan modus, tapi El punya cara tersendiri ternyata untuk menjahili seorang Nusa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.