Elbara : Melts The Coldest Heart

Meninggalkan Area Sekolah



Meninggalkan Area Sekolah

0"Ini kemana sih Nusa? Ditungguin kayak orang gak ditungguin, mana lama banget ini gak keliatan-keliatan."     
0

El berkali-kali melirik ke arah jam yang berada di tangannya. Ia menghembuskan napas, merasa kalau sudah terlalu lama menunggu namun tidak menemukan hasil apapun.     

Akhirnya, ia melihat Priska and the genk yang baru saja keluar dari gedung sekolah. Ia langsung meninggalkan motor dan berlari kecil ke arah 3 orang cewek yang seharusnya ia hindari, namun apa boleh buat, kan?     

Ia berhenti di depan mereka, dan mendapatkan raut wajah terkejut sekaligus wajah-wajah yang menatap dirinya dengan mengulum senyuman yang terlihat sangat senang.     

"Eh pangeran gue datang, pasti mau ngajak aku pulang bareng kan? Oh jelas dong, siapa sih cowok yang gak mau nganter gue—"     

"Gak usah ge'er."     

El menatap Priska dengan jengah, siapa juga yang ingin mengantar cewek tersebut pulang? Tidak ada. Kalaupun Priska adalah cewek terakhir di muka bumi, ia juga tidak akan menyisihkan waktu untuk menghabiskannya bersama dia.     

Priska menurunkan senyuman, lalu menaikkan sebelah alis kala melihat wajah El yang seperti tengah mencari seseorang.     

"Terus lo ngapain masih ada disini selain nunggu Priska?" Ini yang berucap adalah Disty sambil menyenggol Nika supaya sahabatnya satu itu mengiyakan apa yang dirinya katakan.     

Nika menganggukkan kepala, setuju dengan ucapan Disty yang dimana mereka memang selau berkompromi satu sama lain. "Iya udah sana anter Priska balik aja, lagian juga tumben banget seorang El masih ada di sekolah biasanya langsung cabut."     

El yang mendengar itu pun seperti menutup telinga, tidak mendengarkan ucapan Disty maupun Nika yang sudah pasti mendukung Priska. "Gak, makasih. Dan ya, bukan urusan lo." balasnya dengan dingin.     

Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, dirinya melihat ke ruang pesan bersama dengan Nusa. Terakhir kali cewek tersebut online itu pada jam pulang tadi, mengatakan kalau dia harus piket kelas, selebihnya tidak ada kabar apapun.     

El menghembuskan napas, ia mengirimi pesan lagi untuk Nusa karena cewek tersebut masih menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan amanah Rehan.     

Priska tersenyum dalam diam, ia melirik Disty dan Nika untuk melaksakan rencana selanjutnya. "Ekhem!" dehemnya untuk mengambil perhatian El, dan akhirnya cowok tersebut kembali menatapnya. "Nusa dimana? Katanya lo mau bareng dia, sekalian jalan pulang sekolah, tapi kok gue liat-liat gak ada. Lo bohong ya? Sebenernya gak jalan sama Nusa, cuma mau ngehindarin gue doang."     

Mendengar itu, El menaikkan sebelah alisnya sambil bersedekap dada. "Jadi, sok tau." balasnya. Singkat, padat, dan tajam.     

"Terus kalau jadi mana tuh Nusa-nya?"     

"Ini gue mau tanya lo, mana Nusa?"     

Priska terkekeh kecil, ia menjulurkan tangan berniat mengelus bahu El namun langsung ditepis dengan kasar oleh cowok satu itu. "Lo nanyain dia sama gue? Gue pikir kalian gak jadi jalan, pas lo main basket nih ya, gue liat dia udah balik kok." ucapnya dengan nada bicara yang dibuat serius agar cowok dihadapannya ini percaya.     

El yang mendengar itu mengubah raut wajahnya menjadi sangat datar, ia merasa di bohongi oleh Nusa. Bisa-bisanya cewek satu itu bilang sedang piket, namun diam-diam kabur? Raut wajahnya menegang, ia menurunkan tangan yang disilang depan dada. "Oh." Hanya itu saja jawabannya.     

Mendengar jawaban El yang sangat simpel, bahkan tidak ada ekspresi apapun membuat Priska, Disty, Nika, menatap satu sama lain dengan heran.     

"Lo gak marah, El?" tanya Nika. Ia seperti mewakili Priska yang nyaris tidak percaya kalau El memang benar-benar tidak memiliki perasaan, mungkin?     

El terkekeh ringan, bukan kekehan yang santai namun kekehan yang terlihat agak menyeramkan. "Marah? Gak guna," setelah itu ia lebih memilih untuk berbalik badan.     

Meninggalkan Priska and the genk yang entah apa perasaan mereka saat ini, kenapa El percaya dengan mereka? Alasan pertama, gedung sekolah sudah sepi dalam artian cewek bodoh yang berstatus anak baru mana yang menetap lama di sekolah karena belum memiliki kegiatan tambahan? Kedua, tak menutup kemungkinan juga Nusa belum pulang karena setaunya cewek itu tidak enak selalu bersamanya. Kesimpulan, ia lebih baik pulang sekarang atau menongkrong bersama temannya.     

Berdiri di samping motor besarnya, lalu menghubungi Reza untuk bertanya dimana keberadaan cowok satu itu yang pasti kini juga bersama dengan Mario.     

"Halo bos El!" sapa suara Mario di seberang sana.     

Sudah El bilang, kalau mereka itu pasti kamana-mana selalu berdua. Ada Reza, pasti ada Mario, begitu pun sebaliknya.     

"Dimana?" tanya El dengan sangat dingin.     

Sejujurnya ia kesal-lah diperlakukan seperti ini sama seorang cewek. Dirinya sudah lama menunggu, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda apapun yang memperlihatkan kalau seseorang yang ditunggu itu akan muncul sambil meminta maaf kalau dia telat.     

"Dimana-mana hati ku senang, disana senang, disini senang, dimana-mana lagi hati ku senang."     

Salah memang kalau bertelponan dan yang menjawab adalah Mario, pasti akan seperti ini jadinya. Alias memang menyebalkan.     

El mendengus. "Jawab yang bener." ucapnya.     

Terdengar kekehan dari seberang sana, seperti kekehan konyol yang enggan memberitahu posisi namun terpaksa mengatakannya karena sang lawan bicara adalah bongkahan es. "Iya iya elah El, peace nih kita damai."     

"Jawab."     

Kan, memang hobi sekali Mario mnegulur-ulur waktu. Padahal kan bisa langsung menjawab tapi cowok tersebut menunda-nunda.     

Terdengar ringisan dari seberang sana, belum lagi ada suara Reza yang mengatakan 'makanannya enak banget, tante'. Mencurigakan.     

"Di rumah lo, El."     

"Ngapain di rumah gue?"     

"Numpang makan lah, makan gratis soalnya gue sama Reza udah gak punya duit alias mau irit buat tabungan masa depan."     

El yang mendengar itu pun memutar kedua bola matanya. Padahal mah uang mereka banyak, tapi ya gitu katanya makanan gratis jauh lebih menggugah selera.     

"Ya, gue otw."     

Baru saja ingin mematikan telepon, tiba-tiba Mario menahannya. "Eh eh eh El, jangan di matiin dulu."     

El menaikkan sebelah alisnya, lalu menolehkan kepala ke arah Priska dan kawan-kawannya. Beruntung, mereka sudah pergi dan menyisakan dirinya sendirian di sini. Kalau masih ada mereka, rasanya risih sekali. "Apa?"     

"Kok lo cepet banget udah mau pulang aja, jadi jalan kan sama Nusa?" tanya Mario dengan nada kecil di sana, El cukup beruntung dengan cowok satu ini yang tidak membuka hubungannya bersama dengan Nusa.     

Namun El pun kini tengah memutar otaknya, ingin menjawab apa pun dirinya tidak tau. Akhirnya mengambil napas panjang, lalu menghembuskan dengan perlahan-lahan. "Gak jadi, dia ternyata udah pulang sendiri." jawabnya.     

"Oh, ya udah sini balik, rumah lo selalu terbuka buat diri lo sendiri."     

"Bodo ah, Rio."     

Pip     

El mematikan sambungan telepon, lalu masukkan benda pipih tersebut ke dalam saku celananya. Ia menaiki motor kesayangan, disusul dengan memakai helm. Setelah itu, mulai melajukan motor meninggalkan halaman sekolahan yang sekiranya masih terdapat beberapa murid yang memiliki kepentingan di sekolah, termasuk adanya Nusa.     

Seiring dengan kepergian El, ada tiga orang cewek yang saling ber-tos-ria seperti merayakan kemanangan dan rencananya yang berjalan dengan sangat mulus tanpa adanya kendala. "BERHASIL!" seru mereka sambil ketawa-ketawa, balas dendam yang terbaik adalah seperti ini.     

Belum lihat saja kalau El mengamuk, pasti hari esok akan lebih seru lagi daripada hari ini dan hari-hari sebelumnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.