Elbara : Melts The Coldest Heart

Perubahan El : Janji



Perubahan El : Janji

0"Minggir atau gue tendang lo pada?!"     
0

El saking kesalnya dengan banyak murid yang berkumpul dan bukannya membantu, akhirnya mengeluarkan suara dengan lantang dan menyeramkan.     

Akhirnya, berkat teriakkannya itu pun langsung saja memberikan dirinya akses untuk berjalan lebih dekat lagi dan sampai lah pada depat loker cewek sekaligus toilet di sana.     

"WOI MISI, MISI COGAN MAU LEWAT!" teriak Mario ikut dengan lantang, berlari-lari kecil menembus kerumunan bersamaan dengan Reza yang mengekor di belakangnya.     

"MINGGIR!" pekik Reza juga dengan barisan laki-laki yang katanya 'bangor' alias nakal, yang malah menghalangi larinya, membuat ia ketinggalan Mario yang sialnya sangat gesit.     

Berhasil menyusul Mario dengan napas terengah-engah, jangan salah kalau ruangan renang ini sangat besar bahkan mungkin luasnya setengah dari lapangan bola di stadion sepak bola, ah mungkin ilustrasi satu ini berlebihan.     

Mereka berdua sudah memasuki loker cewek, dan ya sangat terkejut dengan apa yang didapati.     

"Nusa.." gumam Mario dan juga Reza secara bersamaan.     

Sama paniknya dengan mereka, El langsung menggendong tubuh Nusa ala bridal style setelah melepaskan tas punggung yang masih saja dikenakkan oleh cewek satu ini. "Lo berdua bawa tas Nusa," perintahnya pada Reza dan Mario.     

Ia menatap panik ke arah Nusa yang tak sadarkan diri dengan wajah yang pucat, belum lagi darah kering yang keluar dari hidungnya. "Hei, bangun." lirihnya dengan nada bicara tercekat.     

Dadanya terasa sesak, baru kali ini ekspresi di wajahnya terlihat dan itu cukup membuat para murid terkejut dan langsung menyimpulan kalau Nusa adalah cewek spesial-nya El, seperti berita yang beredar selama ini, ternyata mengandung unsur kebenaran dan bukan hanya gosip belaka.     

"Gue di sini bua lo, plis bangun." ucapnya sambil berjalan panik, kembali menerobos para murid yang sekarang dengan senang hati memberikan dirinya jalan.     

Napas El tercekat, ia tidak tega melihat Nusa yang tadinya bawel dan banyak tanya menjadi diam dengan tubuh yang dingin. "Maaf, maafin gue."     

Tidak peduli ada banyak orang, berpuluh-puluh murid yang menyaksikan dirinya bersedih dengan deretan kalimat yang menyentuh. Ia tidak peduli status 'beku' yang melekat ditubuhnya musnah hanya karena seorang Nusa, ia saat ini benar-benar khawatir.     

Keluar dari ruangan renang disusul oleh Mario dan Reza yang mengawal dari belakang. Mereka juga tidak dapat di pungkiri kalau khawatir setengah mati dengan Nusa, namun tidak bisa berjalan bersisian seperti baris berbaris dan memilih untuk berjalan di belakang sang bos.     

"Gue gak tau lo masih ada di sekolah.." gumam El lagi, mulutnya berbicara, namun matanya sekali dua kali menoleh ke arah Nusa berharap bangun.     

"El udah, lo diliatin tuh sama orang-orang." ucap Reza dengan nada penuh kehati-hatian.     

Mendapatkan teguran seperti itu dari sang sahabat, El langsung membungkam mulutnya. Astaga, ia tidak sadar telah menunjukkan sikap kepedulian yang sebelumnya tidak ia miliki.     

Tapi, hal itu gak masalah. "Nusa tanggung jawab gue," balas El dengan nada bicara yang kembali terdengar dingin dan datar. Tidak perlu lagi di tebak bagaimana raut wajah cowok ini ketika baru pertama kalinya terlihat kalang kabut."     

Dalam diam, Mario dan Reza senang melihat perubahan di dalam diri El yang secara tidak langsung Nusa membawa pengaruh sangat baik. Tapi situasi tidak mungkin membahas hal itu sekarang, bukan waktu yang tepat.     

Akhirnya mereka masuk ke UKS dengan kerumunan murid yang juga ikut-ikutan karena penasaran dengan apa yang terjadi, apalagi sampai El turun tangan dan terlihat sangat cemas berkali-kali lipat daripada biasanya itu.     

"Eh eh eh, lo semua ngapain ih ikut-ikutan aja. Balik sono ke kelas renang, ini lagi ngapain kelasan laen juga ikut liat-liat kepo amat." Mulut mercon Mario langsung saja mengomel kala melihat barisan murid yang ingin tau saja urusan orang. "Udah ya ini ruangan khusus orang-orang terpilih, bye maksimal!" sambungnya sambil menutup pintu UKS dan menguncinya.     

Reza juga bergerak, ia menutup hordeng UKS supaya tidak ada yang bisa mengintip-intip.     

"Heran orang-orang kepo banget." Reza mendumal.     

Kembali lagi bersama El yang sudah meletakkan Nusa pada brankar UKS. "Sus, ini teman saya, tolong di periksa."     

Memang selalu ada suster yang siap berjaga di UKS ini, jadi tidak perlu memanggil dan menunggu lama lagi supaya ada perawat yang datang.     

"Jadi kalian yang bikin ulah?"     

Sebenarnya sih Reza dan Mario sudah langganan kabur jam upacara dan mengumpet di UKS dengan alasan sakit dan lain sebagainya, untung suster satu ini sangat baik hati dan tidak lemes mulutnya untuk mengadukan kepada guru.     

Mario dan Reza terkekeh.     

"Cepet Sus di periksa itu teman saya," ucap Mario yang kembali mengingatkan sang suster.     

Suster tersebut menganggukkan kepala, dan beranjak dari duduknya. "Selagi saya memeriksa, salah satu dari kalian boleh memesan teh hangat. Sisanya silahkan duduk untuk menunggu,"     

"Gue aja." ucap Mario yang memilih untuk keluar dan memesankan teh hangat.     

Tersisa El dan Reza yang sudah duduk di kursi lipat, agak menjauh dari brankar Nusa yang kini sudah ditutupi dengan hordeng hijau tosca yang membuatnya tertutup.     

"Nusa baik-baik aja, El." ucap Reza yang merasakan kesedihan El, apalagi saat melihat sahabatnya tadi berekspresi sedih yang jarang sekali diperlihatkan selain wajah datarnya.     

El menghembuskan napas, lalu menganggukkan kepala dengan perlahan. "Pasti."     

"Jangan nyalahin diri lo sendiri, El."     

Sebaliknya, kini El menggelengkan kepala. "Gak, ini tetep aja salah gue."     

"Kalau lo semakin nyalahin diri lo sendiri, semakin lo ngerasa kalau lo gak pantes loh buat Nusa, yakin sama gue. Kalau lo nantinya punya perasaan kayak gitu, siapa yang mau jagain Nusa?"     

"Ada lo sama Mario."     

"Lo tau kan kalau gue lagi sibuk nunjukkin ke Alvira kalau gue bener-bener sayang sama dia? Gimana jadinya kalau dia mikir gue lebih perhatian sama Nusa?"     

"Mario."     

"Lo yakin nyuruh dia buat jagain Nusa? Kalau gue sih enggak. Gue yakin tuh Mario sambil tebar pesona jalan ke kantin, gue bukannya gak percaya sama sahabat sendiri kayak Mario, tapi tipe cowok kayak dia itu masih suka bercanda dan main-main."     

El seperti tertampar, namun seperti dipojokkan juga. Ia menatap Reza yang duduk di sampingnya, lalu memijat kening dengan perlahan. "Gue gak tau mau ngomong apa." ucapnya yang tiba-tiba menjadi lesu.     

Reza tersenyum simpul, menaruh tangan kanannya tepat di bahu kanan El. "Nanti kita cari dalangnya siapa, kita bantu jagain Nusa." ucapnya yang menenangkan.     

"Iya, Za."     

"Setelah kejadian ini, buktiin sama Nusa kalau lo bisa jagain dia lebih baik daripada ini."     

"Ya, gue janji." ucap El dengan bersungguh-sungguh. Di ruangan UKS yang berbau obat ini, El berjanji akan menjaga seorang Nusa yang kini tengah berbaring lemah yang diduga terkunci di loker dari pulang sekolah sampai tadi.     

"Buktiin El, gue gak mau lo jadi kayak Bian yang pengecut."     

"Jangan samain gue sama orang brengsek, Za."     

"Kalau begitu tunjukkin ke gue kalau lo bisa!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.