Elbara : Melts The Coldest Heart

Termasuk Bolos yang Halal



Termasuk Bolos yang Halal

0"Nanti lo jatoh."     
0

"Tapi aku diliatin banyak orang, Bara."     

Nusa menatap El dengan sorot mata penuh keraguan karena dirinya ini benar-benar malu sekaligus risih dilihati para murid-murid yang berlalu lalang dan memutuskan untuk berhenti dan menatap dirinya dengan El seperti orang-orang kurang kerjaan.     

El siap melajukan motornya, tas punggung di pakai ke bagian depan tubuhnya dan helm pun sudah terpasang sebagai alat perlindungan diri.     

"Jatoh bodo." ucapnya dengan singkat, padat, jelas, seperti biasa.     

Menghembuskan napasnya karena El selalu membuat Nusa seperti tidak memiliki pilihan lain, ia menggigit bibir bagian dalamnya.     

Apa sih yang membuat mereka harus berdebat kecil dulu sebelum pulang? Jawabannya adalah karena El meminta Nusa untuk memeluk dia dari belakang agar tidak terjatuh karena tau sendiri bagaimana cara cowok satu ini berkendara, kan? Jadi, dirinya agak.. ah entahlah. Apalagi ia dalam kondisi lemas dan tidak fit, takutnya malah nanti tumbang di tengah jalan.     

"Nunggu apa lagi?" tegur El karena masih melihat Nusa yang kembali terlihat berpikir, menimang-nimang permintaannya.     

Nusa mengerjapkan kedua bola matanya sebanyak tiga kali, setelah menghembuskan napasnya. "Ya udah Bara jalan dulu pelan-pelan sampai luar gerbang, nanti Nusa pegangannya pas udah di luar aja, kalau kayak gini jadinya aku diliatin orang."     

"Siapa?"     

"Aku, Bara, ish…"     

"Mereka ngeliatin gue, bukan lo."     

"Ih? Maksudnya Bara, aku geer, gitu?"     

"Ya."     

Kalau seperti ini, tidak jadi pulang-pulang deh karena Nusa juga termasuk cewek yang ribet. Se-simpel-simpelnya cewek pasti bisa ribet pada akhirnya.     

Nusa berdecak kecil, setelah itu menjulurkan kedua tangannya untuk berpegangan pada tali tas milik El. "Udah, ayo pulang." ucapnya dengan nada kecil,     

El berdecak, setelah itu tangannya menarik tangan Nusa supaya melingkari tubuhnya. "Batu." ucapnya dengan nada datar, tidak ada pula nada malu-malu karena jujur ini kali pertama seorang El menyuruh cewek untuk berpegangan padanya selain Alvira yang tentu saja si adik manja.     

Nusa terkejut, ia membelalakkan kedua bola mata dan mendengar para murid menyoraki mereka dengan heboh. Dengan itu, Nusa tidak ingin memperlihatkan wajahnya dan langsung saja mengenggelamkan wajahnya ke punggung El. "Bara, ayo jalan." ucapnya dengan pelan.     

Salah besar kalau berpikir hati El baik-baik saja di peluk begitu jelas walaupun dari belakang oleh Nusa. Ia mengerjapkan kedua bola matanya, tidak menyangka dirinya yang kaki bisa memperlakukan seorang cewek dengan sangat spesial seperti ini.     

Mendengar pinta Nusa yang mengatakan untuk segera jalan, akhirnya El mulai menyalakan mesin motor besar kesayangannya lalu mulai melaju meninggalkan parkiran dan halaman sekolah. Tanpa di introgasi petugas keamanan sekolah yang berjaga —yang dimana mungkin sudah di konfirmasi Bu Misel—, salah seorang dari petugas itu langsung membukakan gerbang.     

"Hati-hati, kasep." ucapnya seiring motor El melaju melewatinya.     

Mulai membelah jalanan, masuk ke jalan raya, cara berkendara El juga selalu menyalip yang sudah di ketahui itu sangat berbahaya. Dan tentunya membuat Nusa semakin mengeratkan tangan yang otomatis pelukannya sangat erat pada tubuh El.     

Pagi ini, memang bukan pagi yang bisa dinyatakan spesial karena penuh dengan kehebohan dari beberapa topik pembicaraan yang dibawakan El dan juga Nusa. Tapi, pagi ini juga membuat hidup El terasa lebih spesial daripada sebelumnya. Jangan gengsi dengan diri sendiri, tapi dalam diam dirinya merasa nyaman dengan pelukan Nusa.     

…     

"Ke rumah aku aja, Bara. Kalau ke rumah kamu gak enak, mau istirahat juga kan rasanya beda."     

Dan ya, berkat kalimat Nusa yang satu itu, kini mereka sudah berada di tempat yang sesuai dengan permintaan cewek tersebut.     

Sudah berada di dalam rumah, memang berduaan sih tapi mereka sama sekali tidak berbuat yang merugikan. Lagipula tipe El itu menjaga, bukan merusak.     

"Nusa ke atas dulu ya, Bara. Kamu tunggu di sini dulu oke?" ucap Nusa sambil menaruh jus jeruk kemasan yang sudah di tuang ke dalam gelas panjang, ia tersenyum simpul.     

El menganggukkan kepala, setelah itu menjulurkan tangan untuk meraih jus tersebut. "Iya, thanks." ucapnya tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Ia meneguk minumannya, hanya seperempat gelas.     

Melihat Nusa yang belum juga beranjak dari posisinya, El menaruh gelas kembali ke atas meja dan mendongakkan kepala ke arah cewek tersebut dengan sebelah alis yang terangkat. "Nunggu apa?" tanyanya dengan nada heran, pasalnya sudah tidak ada lagi yang harus dirinya lakukan.     

Nusa terlihat menekuk senyuman, kedua tangannya memegangi tali tas. "Bara belum bilang terimakasih sama aku." ucapnya dengan nada pelan dan penuh dengan kehati-hatian, karena salah berbicara sedikit akan mengakibatkan tatapan tajam cowok yang duduk di sofanya itu terlihat menyeramkan.     

El menaikkan sebelah alisnya, seperti bingung. "Makasih buat apa lagi?" tanyanya.     

"Kan gara-gara Nusa, Bara bisa bolos halal alias diizinin langsung sama wakil kepala sekolah."     

"Oh gitu?"     

"Ih bara mah yang bener!"     

"Iya, makasi."     

Mendengar itu, Nusa menekuk senyumnya. "Ih yang ikhlas dong." ucapnya sambil melangkahkan kaki untuk mendekati diri ke arah El, lalu ia berhenti tepat di hadapan cowok tersebut.     

"Mau ngapain lo?" tanya El waspada, ia cukup waswas karena Nusa pernah memegang wajahnya yang sensitif saat awal mereka bertemu.     

Nusa terkekeh kecil, wajahnya sudah tidak terlalu pucat namun kelihatan kalau cewek tersebut membutuhkan istirahat yang cukup. "Bilang makasih dulu yang tulus ih," ucapnya.     

Mau tidak mau, El menganggukkan kepala dengan gerakan pelan. "Makasih ya Nusa." ucapnya, hei kali ini nada bicaranya terdengar seperti bebas dari kekakuan yang selama ini menguasai tubuhnya.     

Nusa menggelengkan kepala. "Bukan begitu Bara cara kerjanya ketulusan, tapi gini.." ucapnya sambil menjulurkan tangan lalu jemari telentuknya masing-masing mendarat di sudut bibir El, membantu sudut bibir itu terangkat dan membentuk senyuman yang jarang hadir. "Nih gini." sambungnya sambil tersenyum hangat.     

Percaya atau tidak, El merasa ada sesuatu yang lega dari dalam dirinya. Ia jarang tersenyum, bahkan kalau tidak penting menunjukkan ekspresi tersebut pun tidak dirinya tunjukkan. "Apaan si lo." ucapnya sambil menepis tangan Nusa dari wajahnya, ia mengembalikan ekspresinya yang kaku lalu menolehkan kepala ke arah lain asalkan tidak dilihat cewek yang berada dihadapannya ini.     

"Loh aku kan cuma ngajarin tulus, wle. Gitu doang marah, nanti cepat tua baru tau rasa."     

"Oh gitu?"     

"Bara, aku kan ada di depan kamu, masa kamu ngeliatnya ke samping sih huh!"     

"Iya."     

El kembali menatap Nusa, lalu menatap cewek tersebut dengan sorot mata terlebih-lebih datar daripada sebelumnya. "Dah sana." ucapnya yang mengusir Nusa, ya ini supaya dirinya juga bisa bernapas lebih leluasa lagi.     

"Iya bos, Nusa ke atas dulu ya sambil rapih-rapih. Bara kalau mau nonton ke ruang TV aja nyalain, terus kalau mau camilan ada di kulkas, kalau mau ke toilet ada kok gak jauh dari sini —sambil menunjukkan sebuah pintu bertuliskan 'toilet' yang tidak jauh dari jangkauan mata—, terus juga kalau Bara mau—"     

"Laper, lo masakin gue." potong El.     

Mendengar itu, Nusa membelalakkan kedua bola matanya. "H-hah?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.